Indonesia.go.id - Kondisi Perekonomian Indonesia Menurut Lembaga Keuangan Internasional

Kondisi Perekonomian Indonesia Menurut Lembaga Keuangan Internasional

  • Administrator
  • Selasa, 2 Januari 2024 | 08:12 WIB
OUTLOOK EKONOMI 2024
  Pekerja membongkar muat peti kemas di IPC Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (7/12/2023). Presiden Joko Widodo menyatakan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,1-5,7 persen, dibutuhkan realisasi investasi Rp1.650 triliun. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso
Sejumlah lembaga ekonomi internasional melaporkan pandangannya terhadap outlook perekonomian Indonesia di 2024. Pemerintah mengambil langkah dan kebijakan antisipasi.

Dengan modal politik dan ekonomi yang baik, maka Indonesia pun percaya diri memasuki tahun baru 2024. Pemerintah RI optimistis untuk melaksanakan kinerja perekonomian dengan lebih baik.

Presiden Joko Widodo dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2024 yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (22/12/2023) berkata, “Ekonomi outlook 2024 Indonesia sangat optimistis. Optimisme karena melihat kinerja ekonomi kita dan optimistis karena situasi politik yang dingin menjelang Pemilu 2024. Yang penting konsisten kerja keras, kerja sinergis antara pemerintah dan swasta, dan kerja yang berkelanjutan.”

Dari sisi ekonomi, dilansir www.presiden.go.id, Presiden RI dalam seminar bertema “Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global” tersebut menyampaikan bahwa sepanjang triwulan 2023 ekonomi Indonesia masih tumbuh baik dalam rentang angka lima persen dan nilai inflasi yang jauh di bawah rata-rata inflasi global. Selain itu, indikator perekonomian lainnya juga berada pada angka yang baik.

“Penyerapan tenaga kerja naik sebanyak 4,5 juta orang dari Agustus 2022 ke Agustus 2023, PMI manufaktur di November 2023 masih berada di level ekspansif yaitu 51,7%, neraca perdagangan masih surplus dan sudah surplus 43 bulan berturut-turut, Indeks Keyakinan Konsumen pada November juga berada di angka 123,6. Artinya, keyakinan kuat terhadap kondisi ekonomi kita,” kata Presiden.

 

IMF: Pemulihan Ekonomi yang Kuat

Dalam acara seminar tersebut, Presiden Jokowi juga sempat menyinggung pertemuannya dengan pimpinan International Monetary Fund (IMF). Bahwa telah banyak negara dunia yang menjadi “pasien” IMF. “Saat bertemu dengan Managing Director-nya IMF—ini sudah bolak-balik saya sampaikan—96 negara masuk menjadi pasien. Anggota IDB 57 negara, 32 negara kondisi ekonomi, keuangan, fiskalnya juga sangat berat. Tetapi memasuki tahun 2024 ini, kita tidak punya alasan untuk tidak optimistis,” katanya.

Awalnya, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) yang diterbitkan IMF pada April 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 mencapai 5% dan terus menguat mencapai 5,1% untuk 2024. Tapi pada laporan WEO edisi Juli 2023, angka tersebut dipangkas tipis menjadi 5%. Selanjutnya dalam WEO edisi Oktober 2023, IMF melihat masih ada dampak dari ketidakpastian global yang salah satunya datang dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) .

Namun IMF tetap menilai, Indonesia akan mengalami pemulihan ekonomi yang kuat seiring dengan meningkatnya investasi, konsumsi, dan ekspor. Tentu saja, sambil terus mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan struktural dan risiko eksternal, seperti ketidakpastian global, tekanan inflasi, dan ketegangan geopolitik.

Maka IMF merekomendasikan agar Indonesia terus menjaga kebijakan makroekonomi yang kredibel, fleksibel, dan koordinatif, serta mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing.

 

Bank Dunia: Waspadai Pelambatan Ekonomi

Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 4,9% dalam laporannya bertajuk East Asia and The Pacific Economic Update edisi Oktober 2023. Alasan utama untuk perlambatan pertumbuhan adalah melemahnya harga komoditas global, yang akan mengurangi ekspor dan pendapatan Indonesia.

Alasan lainnya adalah Bank Dunia menyebut, salah satu hal yang perlu dikhawatirkan Indonesia adalah perlambatan ekonomi Tiongkok. Selain itu, tahun politik 2024 juga akan menghambat investasi, terutama di sektor infrastruktur.

Namun, menurut laporan Prospek Ekonomi Indonesia yang diterbitkan Bank Dunia setiap enam bulan sekali, Bank Dunia juga menilai Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan dapat mengatasi tantangan yang ada.

Konsumsi swasta, investasi bisnis, dan belanja publik diperkirakan akan meningkat seiring dengan reformasi dan pemulihan pascapandemi. Inflasi diperkirakan akan menurun menjadi 3,2% pada 2024 dari rata-rata 3,7% pada tahun ini, masih berada dalam rentang target Bank Indonesia.

Menurunnya inflasi mencerminkan melemahnya harga komoditas serta tingkat pertumbuhan permintaan domestik yang kembali ke tingkat normal setelah pemulihan pascapandemi.

Pertumbuhan PDB diperkirakan akan sedikit menurun ke rata-rata 4,9% pada 2024-2026 dari 5% pada tahun ini akibat mulai melemahnya lonjakan harga komoditas. Konsumsi swasta diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada 2024. Investasi bisnis maupun belanja publik juga diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari reformasi dan proyek-proyek baru pemerintah.

“Tantangan bagi negara ini adalah memanfaatkan fundamental ekonomi yang sudah kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih hijau, dan lebih inklusif. Maka adalah penting untuk terus menjalankan reformasi sehingga Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik, serta mencapai visinya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045,” tutur Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, dalam siaran pers resmi (www.worldbank.org), Rabu (13/12/2023).

 

OECD: Pertumbuhan Lebih Tinggi

Dibandingkan dengan lembaga internasional lainnya, The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) lebih optimistis melihat perkembangan perekonomian Indonesia, yakni mencapai 5,1% pada 2024. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 yang sebesar 4,7%.

“Pertumbuhan PDB riil Indonesia akan stabil pada 2023 sebesar 4,7% dan pertumbuhan diproyeksikan meningkat menjadi 5,1% pada 2024,” tulis OECD dalam Update Economic Outlook for Southeast Asia, China, and India 2023, dikutip Senin (4/9/2023).

Director of OECD Development Centre Ragnheiður Elín Árnadóttir menyampaikan, negara-negara di Asia akan menghadapi tantangan, terutama dari sisi global yang terus berlanjut. “Permintaan domestik, terutama konsumsi swasta yang kuat, akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di kawasan ini,” katanya dalam siaran pers pada Senin (4/9/2023).

OECD menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didorong oleh permintaan komoditas ekspor utama dan konsumsi yang tertunda sejak pandemi. Namun, OECD juga mengingatkan adanya risiko yang bisa mengganggu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti persoalan energi, pupuk, pangan, dan ketegangan sosial menjelang Pemilu 2024.

Kebijakan moneter yang ketat dan dukungan untuk rumah tangga rentan diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

 

ADB: Tingkatkan SDM dan Kualitas Pendidikan

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan, perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,0% pada 2024, yang utamanya didukung oleh kinerja permintaan domestik. Perkiraan tersebut termaktub dalam Asian Development Outlook (ADO) edisi September 2023.

“Untuk 2024, ekonomi juga diproyeksikan tumbuh sebesar 5%. Inflasi umum diperkirakan akan mencapai rata-rata 3,6% tahun ini dan akan turun lebih lanjut menjadi rata-rata 3,0% pada 2024,” kata Jiro Tominaga, Direktur ADB untuk Indonesia, dalam rilis resmi yang diunggah di www.adb.org, Rabu (27/9/2023).

ADB juga menyebutkan bahwa dampak pandemi Covid-19 dapat mengurangi potensi pertumbuhan jangka menengah dan panjang, terutama melalui hilangnya pendapatan para pekerja dan hilangnya daya pembelajaran anak-anak. ADB menyarankan agar pemerintah Indonesia terus meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan kualitas pendidikan untuk mengatasi tantangan tersebut.

Selain itu, ADB juga mengungkapkan tinjauan pengaruh politik terhadap pertumbuhan ekonomi. Senior Country Economic ADB Henry Ma menyebut, alasannya karena 2024 merupakan tahun Pemilu yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan.

“Kalau investasi mungkin akan lemah, dan khususnya investasi di bangunan selama setahun ke depan. Berkaitan dengan kondisi politik,” katanya seperti dikutip Kontan.co.id pada Rabu (11/10/2023).

 

2024: Optimistis Tahun Politik

Beragam prediksi ini tentu menjadi informasi berharga bagi pemerintah. Dalam pidato sambutan dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2024 tersebut, Presiden Jokowi telah menyinggung tentang proses Pemilu 2024.

“Saya menegaskan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau bacanya sosmed, menonton TV, adu debat antarpolitikus, ya, sepertinya suasananya panas. Tetapi, kalau Bapak, Ibu, turun ke masyarakat, ke desa, ke daerah, bisa merasakan rakyat itu santai-santai saja,” katanya.

Presiden juga mendorong seluruh pihak untuk terus konsisten dalam menarik investor baik dalam maupun luar negeri. Investasi tersebut, tambah Presiden, difokuskan untuk memberikan nilai tambah kepada negara. “Investasi hilirisasi di semua sektor unggulan baik mineral, pertanian, perikanan dan kelautan, perkebunan dan semuanya serta penguatan ekonomi digital, ekonomi hijau, dan penguatan ekonomi biru,” katanya.

Walau begitu, Presiden Jokowi mengingatkan agar tetap waspada dan hati-hati. “Kalau orang Jawa bilang, tetep eling lan waspada, harus selalu ingat hati-hati dan waspada. Ketidakpastian global masih berlanjut, konflik di Timur Tengah yang bisa memicu kenaikan harga minyak global juga kemungkinan masih ada. Kita inginnya pertumbuhan ekonomi kita tumbuh lebih baik, tetapi tetap harus dalam posisi kehati-hatian. Ekspansif boleh, tetapi juga dalam kalkulasi yang super hati-hati,” katanya lagi.

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari