Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 merupakan Presidensi G20 ketiga yang diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global.
Indonesia kembali menekankan pentingnya kerja negara G20 untuk membawa manfaat bagi semua—dari barat ke timur, utara ke selatan, (negara) kecil maupun besar. Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi ketika menyampaikan pernyataan pers secara virtual setelah pertemuan sherpa di Jakarta pada Selasa, 7 Desember 2021 pagi.
Dalam pidato pembukaan Pertemuan Sherpa G20, Retno juga menyoroti ekspektasi dunia yang besar terhadap G20 agar dapat memimpin pemulihan global dan menghasilkan solusi yang konkret. Pertemuan sherpa dibuka Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menlu Retno Marsudi.
Pertemuan itu merupakan pertemuan pertama G20 di bawah keketuaan Indonesia. Pertemuan sherpa akan berlangsung 7-8 Desember 2021. Sementara itu, pertemuan deputy finance akan dilakukan di Bali pada 9-10 Desember 2021. Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit).
Fokus dari pertemuan sherpa yang pertama ini adalah membahas mengenai mekanisme kerja ke depan dan mulai membahas arah pembahasan agenda G20 setahun ke depan. Pelaksanaan pertemuan dilakukan dengan cara memperhatikan protokol Kesehatan secara ketat.
“Jadi pertemuan ini sangat penting artinya karena akan set the tone untuk mekanisme kerja atau cara kerja dan hasil dari keketuaan Indonesia selama satu tahun ini,” kata Menlu Retno.
Lebih lanjut Menlu Retno mengatakan, mengingat pentingnya pertemuan ini, maka Presidensi Indonesia telah meng-introdusir apa yang dinamakan “sofa talk” yang akan memungkinkan para sherpa berbicara secara lebih terbuka sehingga memudahkan kerja setahun ke depan.
Pertemuan sherpa akan dilakukan secara hibrida dan dihadiri oleh 38 delegasi, terdiri dari 19 anggota G20, sembilan negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Sebanyak 23 delegasi hadir secara in-person, dan sisanya secara virtual.
Dijelaskan oleh Menlu Retno, prinsip inklusivitas jelas tampak dari daftar invitee. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, G20 mengundang negara-negara pulau kecil dari Pasifik dan Karibia, di samping negara berkembang lain dari Afrika, ASEAN, dan Amerika Latin.
Negara-negara Karibia diwakili oleh Ketua Caribbean Community (Caricom), yang saat ini dipegang oleh Antigua dan Barbuda. Negara-negara Pasifik diwakili oleh Ketua Pacific Islands Forum (PIF), yang saat ini dipegang oleh Fiji. “Kita juga mengundang sejumlah organisasi internasional seperti IMF, ILO, ADB, WHO, World Bank, dan WTO,” kata Menlu Retno.
Juga disebutkan, secara khusus, panitia juga mengundang Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Dr Tedros Adhanom, yang hadir secara virtual, sementara Managing Director Bank Dunia Mari Elka Pangestu, hadir secara fisik. Kedua pimpinan organisasi internasional ini akan memberikan briefing mengenai kondisi kesehatan dan ekonomi global terkini.
Dalam welcoming remark pertemuan sherpa, pada Selasa pagi, Menlu Retno, antara lain, menyampaikan ekspektasi dunia terhadap G20 yang sangat besar agar dapat memimpin pemulihan global menghasilkan solusi yang konkret. Ia menyebut dari sejak keketuaan Indonesia di G20, Presiden Jokowi selalu menekankan pentingnya kerja G20 membawa manfaat bagi semua dari barat ke timur, utara selatan, kecil dan besar.
“Kerja G20 harus down to earth. Dengan demikian, G20 tidak memiliki alternatif kecuali mengambil tanggung jawab agar dapat menghasilkan deliverables yang konkret untuk menjawab tantangan global, dari pandemi, lingkungan, sampai ke isu pencapaian SDGs.
Saya sampaikan bahwa G20 harus menjadi katalis bagi pemulihan global yang kuat, inklusif dan sustainable,” paparnya.
Dalam pidato pembukaan itu disampaikan bahwa isu inclusiveness ini sangat terefleksi dari tema besar keketuaan Indonesia, yaitu “Recover Together, Recover Stronger”. Indonesia menekankan bahwa kemitraan dan menciptakan “enabling environment” sangat penting artinya.
Untuk framing kerja G20 ke depan, dalam pidato welcoming remarks, Menlu Retno kembali menekankan tiga prioritas Indonesia, yaitu membangun arsitektur kesehatan dunia yang lebih kuat, transisi energi, dan transformasi digital. “Dan sebagai penutup, di dalam remarks, saya mengharapkan agar sherpa G20 dapat menghasilkan arah yang jelas, mentransformasikan tantangan menjadi opportunities, dan tentunya kemudian semua rekomendasi ini disampaikan kepada para pemimpin G20,” kata Menlu Retno.
Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 merupakan Presidensi G20 ketiga yang diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global. Pasalnya, pandemi Covid-19 masih berlanjut, khususnya dengan adanya varian baru yang muncul. Selain itu, pemulihan pandemi dan ekonomi global yang masih belum merata, menyebabkan semakin tingginya kemiskinan, dan tidak tercapainya target SDGs pada 2030.
Untuk itulah, diperlukan peran kolaborasi global melalui Forum G20 yang diharapkan akan menata kembali arsitektur dan tata kelola kesehatan global, sebagai syarat utama dalam mewujudkan pemulihan ekonomi global. Sebagai forum premier kerja sama ekonomi multilateral, G20 saat ini harus menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar untuk mempercepat pemulihan bersama dan menjadi lebih kuat.
“Presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan internasional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, yaitu mewujudkan pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya tahan, dan berkesinambungan,” kata Airlangga Hartarto, dalam keynote remarks dalam 1st Sherpa Meeting G20 Indonesia, di Jakarta, 7 Desember 2021.
Sebagai gambaran kondisi pemulihan kesehatan di Indonesia, sejalan dengan target WHO untuk vaksinasi dosis ke-2 sebesar 40% dari jumlah penduduk, maka Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 113 juta jiwa yang sudah tervaksin atau 41,8% dari total jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 54,3% dari total sasaran pada akhir 2021. Adapun posisi capaian vaksinasi dosis-2 saat ini adalah sejumlah 99,6 juta jiwa atau sekitar sekitar 37% dari total jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 47,8% dari sasaran.
Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022 mengusung tiga topik utama, yaitu yang pertama, arsitektur kesehatan global sebagai sebuah upaya Indonesia memperkuat dan menyusun kembali tata kelola dan arsitektur kesehatan global pascapandemi. Mendorong ASEAN, terutama Indonesia, menjadi transfer hub untuk pengembangan dan produksi vaksin.
Kedua, transformasi berbasis digital, dalam rangka membuat nilai-nilai ekonomi melalui teknologi digital, serta mendorong digitalisasi sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan baru. Ketiga, transisi energi dengan memperluas akses terhadap teknologi menuju energi bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.
“Ketiga topik utama tersebut akan menjadi guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih prorakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan,” ujar Menko Airlangga.
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan berkontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk memperjuangkan negara-negara kecil dan berkembang. Indonesia ingin mengajak negara anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global.
Pada pertemuan sherpa track maupun finance track, Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang menjadi fokus dalam Presidensi G20 Indonesia. Selain itu, diharapkan para anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional dapat membahas dan merumuskan inisiatif konkret, sehingga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tantangan global.
Menko Perekonomian juga menyampaikan bahwa pada hari kedua gelaran 1st G20 Sherpa Meeting, para Sherpa G20 akan mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), yang menjadi salah satu showcasing inisiatif konkret Indonesia dalam mendorong industri digital dan mewujudkan digitalisasi industri.
PIDI 4.0 merupakan solusi satu atap dalam percepatan transformasi Industri 4.0 di Indonesia, dan menjadi jendela Indonesia 4.0 untuk dunia. PIDI 4.0 menawarkan lima layanan utama dalam membantu industri bertransformasi ke industri 4.0, yaitu showcase center, delivery center, capability center, ecosystem for industry 4.0, dan engineering and AI Center.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari