Seluruh masukan peserta 2nd DEWG G20 Meeting 2022 akan dirangkum dan diolah menjadi rancangan deklarasi Bali Package.
Sidang Kedua Kelompok Kerja Ekonomi Digital (Digital Economy Digital Working Group) atau 2nd DEWG G20 Meeting akhirnya menghasilkan lima subtopik untuk menjadi bahan bagi resolusi Bali Package pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Menteri Digital G20 di Bali, Oktober 2022.
Sidang yang berlangsung di Yogyakarta, 17-18 Mei 2022 tersebut memang difokuskan pada isu prioritas pertama DEWG G20, yakni konektivitas digital dan pemulihan pascapandemi Covid-19.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate saat konferensi pers penutupan 2nd DEWG G20 2022 Meeting di Yogyakarta, Rabu (18/5/2022) menjelaskan, sidang kedua DEWG ini melanjutkan berbagai hal yang telah didiskusikan pada saat premeeting workshop dan Sidang DEWG pertama, pada Maret 2022 lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam dua pertemuan tersebut, para delegasi telah melakukan diskusi dan pertukaran informasi antaranggota negara G20 terkait tiga isu prioritas DEWG untuk mewujudkan percepatan transformasi digital secara global.
Ketiga isu prioritas tersebut, antara lain, konektivitas dan pemulihan pascapandemi Covid-19, keterampilan digital dan literasi digital serta data free flow with trust dan cross border data flow.
Kementerian Kominfo, sebagai pengampu DEWG, telah berkonsultasi dengan negara-negara anggota G20 dan para mitra akademisi (knowledge partner), baik lokal maupun global untuk menindaklanjuti hasil kedua pertemuan tersebut. Seluruh masukan tersebut menurutnya telah dicatat, dirangkum dan diolah menjadi rancangan deklarasi yang telah diperkenalkan sebagai Bali Package.
"Dokumen Bali Package inilah yang nantinya mencerminkan komitmen G20 dalam mencapai pemulihan yang tangguh melalui kerja sama untuk transformasi digital yang inklusif, yang berdaya dan yang berkelanjutan," tukas Menteri Johnny.
Sidang Kedua DEWG G20 ini juga menyepakati lima sub topik, yakni pertama, konektivitas digital dengan menempatkan masyarakat sebagai fokus utama pengembangan. Kedua, keamanan digital sebagai kunci pengaktif untuk mendukung masyarakat.
Ketiga, G20 Digital Innovation Network (Jaringan Inovasi Digital G20) sebagai kelanjutan dari G20 Innovation League pada Presidensi G20 Italia tahun lalu. Keempat, digital transformation expo (pameran transformasi digital) yang akan digelar di acara KTT G20 Bali, pada November 2022. Kelima, smart village and smart island initiative (inisiatif desa pintar dan pulau pintar) yang digagas International Telecommunication Union (ITU).
Melalui inisiatif tersebut, DEWG G20 juga mendorong adanya solidaritas pemanfaatan transformasi digital, tidak hanya dari negara-negara anggota G20, tetapi juga negara nonanggota G20. Terutama memberikan perhatian kepada negara-negara berkembang kepulauan atau small island developing state.
Pada perhelatan itu Indonesia juga menunjukkan berbagai inisiatif di sektor ekonomi digital sebagai pendukung pembahasan mengenai substansi selama sidang kedua DEWG G20 berlangsung. Inisiatif-inisiatif ini ditampilkan melalui Wall of Indonesia’s Digital Transformation yang diprakarsai oleh para anggota DEWG Industry Task Force yang terdiri dari berbagai pelaku industri tanah air.
Tidak hanya menyajikan keunggulan inovasi digital. Ajang DEWG G20 juga tetap menonjolkan kearifan lokal dan keramahan khas Jawa. Para delegasi dan peserta 22nd DEWG G20 Meeting selama dua hari di Yogyakarta merasakan nuansa budaya Jawa dan Nusantara yang disuguhkan tuan rumah. Mulai dari nuansa wayang serta batik di bandara dan hotel, gala dinner di Candi Prambanan, menonton sendratari kolosal Roro Jonggrang, dan menikmati kuliner khas Jawa.
Pada hari ketiga Sidang Kedua DEWG G20 Meeting 2022, para delegasi menggelar lokakarya untuk merumuskan alat ukur (tool kit) literasi dan kemampuan digital secara global. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Badan Litbang SDM Kominfo) Hary Budiarto, Kamis (19/5/2022), mengharapkan para delegasi bisa memberi masukan yang konstruktif dalam membentuk alat ukur tersebut yang akan menjadi acuan bagi G20 dan internasional.
Pertemuan tersebut dihadiri 15 delegasi negara G20 secara langsung di Yogyakarta, yakni Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Prancis, Jerman, Inggris, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Turki, dan Uni Eropa. Adapun delegasi lima negara hadir secara daring antara lain Kanada, Tiongkok, Meksiko, Afrika Selatan, dan Rusia serta dua negara undangan yaitu Singapura dan Kamboja, serta perwakilan ITU dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Menurut Hary Budiarto, tool kit itu menjadi salah satu tujuan deliverables Presidensi G20 Indonesia 2022, khususnya dalam ajang DEWG G20 tahun ini. Pengukuran tersebut dinilai sangat penting karena akan menjadi indikator peningkatan kemampuan literasi dan keterampilan digital suatu negara.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari