Jakarta, InfoPublik - Sesi pertama diskusi yang dilaksanakan pada Senin (6/6/2022) di Lombok terkait Building Global Health System Resilience pada Health Working Group 2 terdiri dari empat panelis. Berikut poin-poin penting yang tercatat dalam pertemuan tersebut.
Moderator pada sesi pertama tersebut Yodi Mahendradata pada Selasa (7/6/2022) saat konferensi pers mengatakan panelis pertama yaitu Director for Health Emergency, Strategy, Programme, Partnership World Health Organization (WHO), Scott Pendergast.
“WHO sendiri baru melaksanakan World Health Assembly yaitu salah satu forum tertinggi WHO dalam pengambilan keputusan. Pada forum tersebut mereka menyiapkan 10 proposal untuk Global Health System Architecture kedepan, menyangkut dimensi, Governer System, dan Financing,” kata Yodi.
Saat ini, lanjut Yoda proposal tersebut untuk implementasinya membutuhkan banyak dukungan termasuk dari negara anggota G20, agar proposal-proposal itu bisa diakselerasi implemetasinya.
Panelis kedua, Medical Science dari Oxford Univercity, Sir John Bell, melalui pesan utamanya bahwa untuk kedepannya G20 harus memiliki sistem untuk mendeteksi dan mencegah penyakit yang istilahnya always on.
“Jadi selalu menyala terus jangan on/off begitu. Karena yang ada sekarang ini, ada Pandemi baru on, jika pandemi selesai off. Kita perlu sistem yang always on selalu siap sehingga tidak kaget,” kata Yodi.
Sedangkan Perwakilan Civil Sociaty untuk The Accses to COVID-19 Accelerator Reservation Council, Fifa Rahman, dalam diskusinya mengatakan untuk kedepannya perlu sekali keterwakilan dari negara- negara berkembang dalam arsitektur kesehatan global.
Karena menurut beliau, kata Yodi saat ini masih didominasi negara-negara maju sehingga banyak kepentingan-kepentingan dari negara berkembang kurang terwakili. Jadi kedepannya harus ada keterwakilan dari negara-negara berkembang.
Panelis terakhir yaitu Chief Scientist WHO, Shoumya Swaminathan, menjelasakan dalam diskusinya yaitu ketika pandemi seperti saat ini, Genomic Data Platform sangat dibutuhkan untuk pengembangan pengembangan vaksin, teurapeutik, dan seterusnya.
“Ini bisa manfaatkan secara maksimal kedepannya dan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu harus timely (cepat), representative (mewakili). Sebisa mungkin seluruh wilayah ada dan berkualitas,” kata Yodi.
Lanjut Yodi, saat ini WHO sudah menyiapkan draf untuk prinsip-prinsip Pathogen Genomics Data Sharing untuk maksimalkan pemanfaatan dan negara-negara anggota G20 juga diminta untuk memberikan masukan-masukan terkait hal tersebut.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes