Jakarta, InfoPublik - Forum Pertemuan Ekonomi Dunia (EF) yang baru saja berlangsung di Davos, Swiss, turut membahas berbagai persoalan yang terkait dengan topik prioritas yang akan dibahas dalam KTT G20 di Bali, November 2022 mendatang, seperti arsitektur kesehatan global, transisi energi, dan digitalisasi.
“Hal penting yang dibahas terkait transisi energi, misalnya, diperlihatkan komitmen membentuk berbagai inisiatif seperti First Movers Coalition dari 50 perusahaan yang akan mengurangi emisi karbon industri berat dan sektor transportasi jarak jauh yang bertanggung jawab atas 30 persen emisi global dan CEO Climate Leaders Alliance, yang sepakat untuk mengambil tindakan tegas untuk pengurangan emisi,” ujar Ketua Penyelenggara B20 Indonesia Shinta Kamdani, melalui keterangan tertulisnya, Senin (6/6/2022).
B20 adalah salah satu engagement group terkemuka di dalam G20 yang berada di bawah Sherpa Track atau Jalur Sherpa. B20 sendiri lebih dikenal sebagai forum dialog antara komunitas bisnis global. Menurut Shinta B20 Indonesia sudah membentuk Energy, Sustainability & Climate Task Force yang bertugas untuk memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendorong langkah konkret negara-negara G20 dalam mentransisi dunia menjadi lebih hijau di berbagai tingkatan, seperti membuat perkembangan dalam perdagangan karbon dan mendorong inovasi dalam produksi energi alternatif.
“Melalui kecanggihan teknologi digital, big data, artificial intelligence dan quantum analytics kita dapat mengidentifikasi serta mempercepat upaya dekarbonisasi. Ini sangat penting dan relevan dengan langkah yang dilakukan B20 Indonesia melalui Digitalization Task Force dan Energy, Sustainability & Climate Task Force, dalam mendorong kebijakan yang menstimulasi mendorong kebijakan yang menstimulasi aktivitas ekonomi rendah karbon,” ujar Shinta.
Sementara di bidang inovasi digital, kata Shinta, para pemimpin global juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi baru untuk membantu pemerintah dan perusahaan global dalam mengatasi dampak perubahan iklim, termasuk memulihkan kesenjangan ekonomi dan mengelola serta mengantisipasi dampak pandemi di bidang kesehatan, belajar dari kasus covid-19.
Hal paling penting yang tidak boleh diabaikan yakni pentingnya mengatasi persoalan kesehatan yang menjadi pangkal dari munculnya krisis ekonomi global ini. Kesenjangan infrastruktur kesehatan, terutama akses vaksin harus bisa diatasi secara bersama demi mengantisipasi krisis kesehatan di masa depan.
“Dalam WEF 2022 ini disepakati peluncuran Accord for a Healthier World yang didukung oleh Pfizer untuk menyediakan obat-obatan dan vaksin secara nirlaba ke 45 negara berpenghasilan rendah serta MoU Platform for Health and Healthcare dengan Arab Saudi untuk gerakan kesehatan global yang value based dan people-centered,” katanya.
Peluang investasi
Di pertengahan WEF 2022, B20 Indonesia menjadi tuan rumah forum bisnis dan investasi di Paviliun Indonesia untuk melibatkan CEO global yang ingin hadir di KTT B20 Indonesia.
Momentum ini digunakan untuk mempromosikan peluang investasi Indonesia juga, yang mencakup berbagai sektor seperti eco-tourism, energi terbarukan dan pembangunan ibu kota baru.
Selain itu, mewakili B20 Indonesia, Shinta juga didapuk untuk berbicara mengenai “Strategic Outlook on ASEAN” yang menekankan pada kemajuan dan pencapaian ASEAN dalam upaya pulih dari pandemi dan menempatkan diri secara proporsional dalam situasi ketegangan geopolitik-geoekonomi yang semakin intens.
Bukan hanya itu saja, Shinta dan Menteri Perdagangan Indonesia Muhammad Lutfi bersama menteri perekonomian dari berbagai negara juga diundang untuk berbagi pemikiran tentang kemitraan ekonomi antara Asia Pasifik dan Amerika Latin. Kedua kawasan tersebut menjadi sangat strategis dalam tata kelola rantai pasok dan mengintensifkan kerjasamanya.
“Dalam setiap sesi forum, saya membagikan bagaimana kolaborasi publik-swasta di Indonesia yang terus semakin erat dan dapat bekerja sama dalam memanfaatkan perubahan dan inovasi sistemik untuk membuka pendekatan yang memungkinkan untuk mendukung tiga isu prioritas yang kami usung serta secara bersama-sama bisa menemukan langkah terbaik perbaikan berkualitas kesehatan, politik, dan ekonomi yang adil, inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Shina mengatakan sangat terkesan mengikuti pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss. Forum itu, kata dia, sangat penting karena banyak pemimpin dunia, baik dari pemerintahan hingga bisnis, berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak.
“WEF 2022 ini menjadi sangat penting dan relevan karena situasi geopolitik dan geoekonomi dunia situasinya cukup tegang dan harus diselesaikan. Mulai dari upaya bersama bangkit dari COVID-19, krisis Rusia-Ukraina, pembahasan percepatan transisi energi, inklusi ekonomi melalui inovasi digital, dan sistem kesehatan berkelanjutan diperbincangkan di forum tersebut.
Foto: ANTARA