Jakarta, InfoPublik - Pembenahan arsitektur kesehatan global agar lebih inklusif, diperlukan komitmen kolaborasi dan mobilisasi sumber daya untuk membangun Ketahanan sistem kesehatan global, salah satunya mewaspadai kondisi prediabetes secara bersama-sama.
Salah satunya untuk waspada terhadap ancaman keberadaan penyakit tidak menular salah satunya Diabetes Mellitus (DM), yang sudah mengancam dunia merupakan penyakit yang paling potensial membebani sistem kesehatan dan perekonomian.
Hal tersebut dikatakan Lead Chair Task Force 20 (T20), Bambang Brodjonegoro, pada Webinar Global Health Security and COVID-19 Task Force, T20 Indonesia extend the “Combating Pre-Diabetes to Avoid Future Significan Burden of Type 2 Diabetes Mellitus (DMT2) pada Rabu (29/6/2022).
“Seriusnya DM sangat berdampak besar pada kehidupan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat seluruh dunia. Sebanyak 22 juta orang yang mayoritas tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah telah menderita Diabetes,” kata Bambang.
Penyakit DM, lanjut Bambang menjadi penyebab langsung sebanyak 1,5 juta kematian setiap tahun atau Prevalensi Diabetes global pada 2030 diperkirakan mencapai 578 juta orang dan akan meningkat 700 juta orang pada 2045.
Isu yang belum dibicarakan yakni fakta bahwa sebelum mencapai kondisi diabetes tubuh manusia telah memberikan sinyal Impaired Glucose Tolerance sebagai alarm prediabets, yang saat ini telah mencapai 374 juta pada 2019 dan diproyeksikan mencapai 548 juta pertama pada 2045.
Pada forum itu, kata Bambang pesan yang ingin disampaikan mengenai pemahaman yang lebih baik mengenai prediabetes yang sesungguhnya. Juga dapat membantu identifikasi dan intervensi dini untuk mengurangi jumlah individu yang sampai pada tahap DMT2.
Berdasarkan fakta yang ada, telah memperkuat dasar sangat dibutuhkannya strategi kesehatan masyarakat global yang efektif untuk mempromosikan screening dan intervensi dini prediabetes. Serta membutuhkan upaya strategis dan kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan atau stakeholder.
“Pandemi COVID-19 membawa pengaruh sangat besar pada beberapa program kesehatan termasuk upaya meningkatkan notifikasi kasus, treatment, dan pencegahan prediabetes dan DMT2,” kata Bambang.
Untuk alasan itu, kata Bambang dibutuhkan upaya untuk mengidentifikasi peluang berkelanjutan untuk mengendalikan dan menetapi prediabetes, telah beradaptasi dengan landscape pengobatan yang berkembang pesat dan model pemberian layanan baru yang harus diperkuat.
Pada forum itu, lanjut Bambang akan mendapatkan gambaran umum serta menyamakan persepsi dan menghasilkan temuan kunci terkait penguatan kerjasama kesehatan untuk memerangi pre Diabetes dan menghindari signifikan DMT2 di masa depan pada sistem kesehatan dan juga ekonomi.
“Kolaborasi sumber daya antara pemangku kepentingan sejatinya merupakan tulang punggung untuk pemberian layanan. Perluasan respon cepat prediabetes membutuhkan sistem dan operasional untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan lebih dekat dengan masyarakat,” kata Bambang.
Presidensi indonesia G20 untuk bidang kesehatan melalui Task Force 20 salah satunya, menyelenggarakan dialog ini yang dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan mengidentifikasi keselarasan atau harmonisasi, serta kebijakan berwawaskan kesehatan yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran kolaboratif pemangku kepentingan lintas sektor.
Foto: Istimewa