Jakarta, InfoPublik - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto, mengungkapkan dibutuhkan solusi global untuk mengatasi persoalan perdagangan, investasi, dan industri yang terjadi akibat pandemi COVID-19 dan konflik Rusia dengan Ukraina.
Karena itu, Presidensi G20 Indonesia mendorong tiap negara untuk bekerja sama dan mencari solusi yang solid untuk bisa mengatasi persoalan tersebut.
"G20 menjadi platform strategis untuk menjawab tantangan tersebut. Kita tidak boleh terpecah-belah dalam tindakan dan visi kita untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dan lebih kuat di masa depan," tegas Airlangga dalam The High Level Forum on Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG), seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Rabu (27/7/2022)
Dia menambahkan, sektor perdagangan, investasi, dan industri merupakan mesin pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Dorongan ketiga sektor tersebut akan membuat setiap negara dapat melakukan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan lebih cepat pascapandemi COVID-19.
Ketiga sektor tersebut, juga dinilai akan berperan penting dalam menghadapi tantangan global lain yang muncul akibat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada pasokan energi dan pangan global.
Airlangga menyampaikan, pendekatan multilateral diperlukan untuk mengurai persoalan yang saat ini terjadi. Hal itu salah satunya dapat dilakukan dengan tidak membatasi ekspor dan impor perdagangan yang sesuai dengan peraturan World Trade Organization (WTO).
Sejalan dengan agenda Working Group dan peran Indonesia dalam Presidensi G20 tahun ini, Airlangga mengatakan, Indonesia terdorong untuk menggalang dukungan dari anggota G20 lainnya dalam menetapkan arah strategis menuju kepercayaan lembaga global seperti WTO.
"Penting bagi G20 untuk membuka jalan agar WTO tetap relevan dan membahas dampak perdagangan dan ekonomi dari situasi geopolitik. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan rantai pasokan dan kemudian menerapkan langkah-langkah kebijakan perdagangan, menjaga ketersediaan, dan keterjangkauan harga pangan. Ini adalah isu-isu inti dan sangat penting," jelas Airlangga.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan tentang kinerja ekonomi Indonesia yang terus tumbuh. Dari sisi moneter, hingga saat ini cadangan devisa Indonesia mencapai US$135,6 miliar.
Neraca perdagangan Indonesia juga terus berada pada tren positif dengan surplus sebesar US$5,09 miliar per Juni 2022. Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama semester I tahun 2022 telah mencapai US$141 miliar, atau meningkat 37,1 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Sementara itu dari sisi investasi, pada triwulan I 2022 telah terealisasi lebih dari 28 persen komitmen investasi, dengan kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$10,22 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar US$9,33 miliar.
"Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan global terhadap Indonesia dan juga menunjukkan bahwa Indonesia membuat kebijakan yang tepat dalam situasi yang penuh tantangan ini," jelas Airlangga.
Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia terus mengakselerasi hilirisasi komoditas yang memiliki nilai tambah tinggi, khususnya pada produk manufaktur. Peningkatan nilai tambah dalam kegiatan produksi juga tercermin pada aktivitas manufaktur yang terus berada pada level ekspansif.
Dia juga menyebutkan, pandemi COVID-19 turut mendukung pertumbuhan Industri 4.0 di Indonesia. Hal tersebut membuat mekanisme produksi menjadi lebih digital. Untuk itu, Airlangga mendorong agar dunia berkolaborasi untuk memastikan implementasi Industri 4.0 yang diharapkan dapat meminimalisir dampak pada produksi dan biaya logistik serta menyerap guncangan pada rantai nilai global.
"Itulah saatnya untuk mengkaji isu-isu industri di TIIWG. Bagi banyak negara, industri menjadi tulang punggung perekonomian karena adanya multiplier effect terhadap sektor lain. Industri juga memainkan peran penting dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan telah menciptakan lapangan kerja. Purchasing Managers Index (PMI) juga relatif menunjukkan ekspansif yang sebagian besar di atas 50,"ujar Airlangga.
Lebih lanjut, Airlangga juga menyampaikan Indonesia telah berkomitmen melakukan transisi energi dan mendorong upaya-upaya yang mempertimbangkan dampak lingkungan berbasis percepatan energi bersih melalui penerapan investasi yang lebih efisien serta melalui input teknologi.
"Indonesia menginginkan tren transformasi industri berbasis batu bara menjadi industri yang hijau dan berkelanjutan. Untuk itu, Indonesia mengusulkan kepada anggota G20 untuk mendukung penuh transformasi itu," pungkasnya.
Foto: Humas Ekon