Indonesia.go.id - Menkeu RI Ajak Negara G20 Mengatasi Ancaman Krisis Pangan

Menkeu RI Ajak Negara G20 Mengatasi Ancaman Krisis Pangan

  • Administrator
  • Jumat, 15 Juli 2022 | 21:07 WIB
G20

Nusa Dua, InfoPublik - Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI), Sri Mulyani Indrawati, mengajak negara G20 untuk bekerja sama, memikirkan dan mencari jalan keluar dari ancaman krisis pangan.

Sri Mulyani mengungkapkan, pandemi dan konflik geopolitik antara Rusia dengan Ukraina memperburuk kondisi pangan dunia. Kerawanan pangan dunia saat ini dihadapi oleh 276 juta orang, naik dua kali lipat dari sebelum pandemi yang sebanyak 135 juta orang. Peningkatan kerawanan pangan dipicu oleh naiknya sejumlah harga-harga komoditas pangan dunia.

"Dari data World Food Programme (WFP) jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019," kata Sri Mulyani dalam sambutannya pada 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMBG) Meeting di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

Sri Mulyani memaparkan, langkah-langkah nyata dinilai perlu dilakukan agar harga pangan tak terus melambung dan mendorong peningkatan kerawanan pangan dunia.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dunia, kata Sri Mulyani, harus bisa merumuskan kebijakan yang tepat agar persoalan pangan tidak bertambah parah.

"Bagaimana caranya agar harga pangan tidak naik terus. Karena ini bisa mendorong jutaan orang ke dalam keadaan rawan pangan. Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial," ujarnya.

Di kesempatan lain pada rangkaian acara yang sama, Sri Mulyani mengatakan, harga pangan global pada Maret 2022 tercatat telah naik 13 persen. Peningkatan ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir tahun menjadi 20%. Untuk itu upaya nyata untuk memitigasi kenaikan harga pangan mesti disegerakan.

Kebijakan makro yang baik dan tepat dinilai bakal menjadi salah satu fondasi untuk mengatasi ancaman krisis pangan global. Sebab, krisis juga terjadi pada ranah energi akibat dinamika yang terjadi saat ini.

"Lanskap energi global telah diubah atau dibentuk kembali secara radikal dengan harga komoditas energi yang meroket," kata Sri Mulyani.

"Ini adalah ancaman bagi stabilitas makro ekonomi kita serta lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan," lanjutnya.

Bank Dunia, kata perempuan yang karib disapa Ani itu, melaporkan bahwa harga minyak mentah naik 350 persen dari April 2020 hingga April 2022. Peningkatan 350 persen tersebut menjadi yang terbesar sejak 1997.

Selain itu harga gas alam juga mengalami kenaikan, di Eropa rerata kenaikannya mencapai 60 persen dan terjadi hanya dalam kurun waktu dua minggu. Belum lagi kelangkaan bahan bakar yang saat ini dialami oleh banyak negara.

"Kami melihat ini memiliki implikasi politik dan sosial yang besar di Sri Lanka, Ghana, Peru, Ekuador, dan di tempat lain. Ini karena harga gas yang tinggi benar-benar menjadi masalah yang mengancam pemulihan kita. Dunia juga berada di tengah krisis energi global," kata Sri Mulyani.