Jakarta, InfoPublik - Pelaksanaan pertemuan kedua kelompok kerja perdagangan, investasi, dan industri G20 atau Trade, Investment, and Industry Working Group G20 (TIIWG G20) berjalan dengan lancar. Pertemuan itu, diselenggarakan pada 5-7 Juli 2022 di Surakarta, Jawa Tengah (Jateng).
"TIIWG berjalan dengan sangat lancar dan sangat baik," kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Djatmiko Bris Witjaksono, melalui keterangan pers secara virtual pada Jumat (8/7/2022).
Dalam pertemuan kedua itu, membahas tiga agenda yakni pertama yang dibahas dengan para delegasi G20, berkaitan dengan pembaruan organisasi perdagangan dunia atau world trade organization (WTO).
Kemudian, peran perdagangan, investasi, dan industri dalam merespon kondisi pandemi. Sehingga, dapat mendukung penguatan arsitektur kesehatan global dalam menghadapi berbagai potensi wabah berikutnya.
Selanjutnya, pada ajang tersebut, mendorong investasi yang berkelanjutan melalui kerja sama antar negara G20. Dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi global yang terdampak wabah global COVID-19 pada dua tahun belakangan.
"Acara putaran kedua, saya menggambarkan berkah yang luar biasa karena dihadiri 20 anggota G20, 11 negara undangan, dan 8 perwakilan organisasi internasional," kata Djatmiko.
Sebelumnya, penyelenggaraan pertemuan pertama TIIWG G20 yang diselenggarakan pada 29-31 Maret 2022 di Surakarta, Jateng. Menghasilkan tiga kesimpulan yang dimaksud antara lain terkait dengan pembahasan peningkatan sistem perdagangan multilateral, berkaitan dengan Global Value Chain (GVCs), dan hadapi tantangan industri 4.0.
Kesimpulan pertama, dalam isu peningkatan sistem perdagangan multilateral untuk memperkuat capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Para anggota menyatakan sistem perdagangan multilateral harus mampu merespons dinamika situasi ekonomi global, termasuk terhadap dampak pandemi saat ini.
"Merespons dinamika situasi global pada saat ini maupun yang akan datang di mana pada akhirnya dapat menjadi katalis dalam pencapaian target SDGs," kata Djatmiko melalui siaran pers yang diterima pada Jumat (1/4/2022).
Termasuk, mendorong perbaikan peran sistem perdagangan multilateral dengan membentuk sistem perdagangan yang lebih baik bagi negara maju maupun berkembang. Sehingga, keuntungan perdagangan dapat dirasakan semua negara.
“Sistem perdagangan multilateral harus mampu memberikan akses kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan mendukung agenda pengentasan kemiskinan untuk mencapai SDGs,” ujar Djatmiko.
Kesimpulan kedua, yang terkait GVCs menyebutkan, semua negara memiliki pandangan yang sama mengenai peran penting perdagangan digital serta transformasi digital dalam memperkuat GVCs yang berkelanjutan.
Selain itu, negara-negara perlu meningkatkan kerja sama global, memperkuat infrastruktur digital, dan membangun kerangka hukum digital, keamanan digital, serta literasi digital.
“Penguatan integrasi UMKM serta peran perempuan dalam GVCs juga merupakan keharusan untuk menuju pembangunan ekonomi, menjembatani kesenjangan digital, meningkatkan akses finansial, dan meningkatkan fasilitasi perdagangan digital,” imbuh Djatmiko.
Terkait dengan kesimpulan ketiga, Co-Chair TIIWG yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian perindustrian, Eko S.A. Cahyanto, mengatakan untuk menghadapitantangan dalam penerapan industri 4.0. Anggota G20 direkomendasikan menjembatani kesenjangan digital melalui skilling, reskilling, dan upskilling, serta mendorong kesetaraan pada aspek digital.
G20 perlu mendiskusikan cara untuk menyediakan lebih banyak akses kepada UMKM dan kelompok masyarakat yang kurang terwakili terhadap kemudahan dari implementasi industri 4.0.
“Pembangunan dan implementasi industri 4.0 harus inklusif dan memastikan tidak ada yang tertinggal, dan semua ekonomi memperoleh manfaat dari pembangunannya," kata Eko.
Foto: Istimewa