Jakarta, InfoPublik - Negara-negara di dunia terus berupaya untuk menutup gap (celah) pendanaan untuk penanganan pandemi di masa depan. Diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk menutup gap itu sebesar 10,5 miliar dolar AS.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Wempi Saputra, mengatakan sebenarnya studi yang dilakukan sebelumnya oleh suatu panel, namanya High Level Independen panel itu sudah dilakukan pemetaan terkait dengan kebutuhan pendanaaan untuk pencegahan terjadinya pandemi di masa depan.
Menurut Wempi, sekarang ini sudah ada beberapa existing inisiative di dalam pendanaan pandemi itu. Di dalam studi itu sekarang sudah dilengkapi kembali oleh suatu join finance health task force, jadi dibantu oleh Bank Dunia, dibantu oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Kita mengidentifikasi kira-kira kebutuhan pendanaan global untuk penanganan pandemi di masa depan itu adalah 31,1 miliar dolar AS. Itu terdiri dari kebutuhan yang sifatnya nasional dan kebutuhan yang sifatnya regional atau Global," kata Wempi di Jakarta, Jumat (1/7/2022).
Wempi menjelaskan, dari kebutuhan 31,1 miliar dolar AS tadi, sebanyak 26,4 miliar dolar AS akan difokuskan untuk kebutuhan yang level nasional, sedangkan 4,7 miliar dolarnya untuk level global.
"Nah terus gap-nya berapa? Dari 26,4 miliar dolar AS yang sudah diidentifikasi, yang sudah tersedia kira-kira 19,4. Jadi gap pendanaan untuk yang level nasional itu ada sekitar 7 miliar dolar AS. Sedangkan untuk level global dari 4,7 miliar dolar AS yang diperlukan, dari hasil hitung-hitungan, yang tersedia 1,2 miliar dolar AS. Jadi gap-nya untuk level global itu 3,5 miliar dolar AS," tutur Wempi.
Wempi menegaskan, total gap pendanaan untuk nasional dan global adalah 7 miliar dolar AS ditambah 3,5 miliar dolar AS, sehingga diperkirakan gap-nya sebesar 10,5 miliar dolar AS.
Ia menambahkan, keikutsertaan G20 di dalam inisiatif ini adalah untuk melengkapi gap tadi. Karena apa, karena pandemi yang terjadi saat ini, diperkirakan sudah menelan biaya 12,9 triliun dolar AS. "Itu hitungan IMF dan itu merupakan suatu pendanaan krisis yang amat besar sehingga gap yang kita sudah identifikasi tadi berupaya untuk mencegah," ujar Wempi.
Menurut Wempi, beberapa inisiatif yang sudah dilakukan masing-masing negara, sebenarnya inti dari pencegahan pandemi di masa depan adalah terkait dengan meningkatkan resiliensi sistem kesehatan di masing-masing negara.
Walaupun pandemi itu akan terjadi dan akan memengaruhi secara global di berbagai negara, namun sistem ketahanan kesehatan di masing-masing negara adalah faktor yang paling penting untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan.
Dalam konteks inilah, lanjut Wempi, inisiatif dari G20 dalam Arsitektur Kesehatan Global melakukan kolaborasi. Bukan hanya dari anggota G20 sendiri, tetapi juga melibatkan negara nonanggota g20, termasuk juga organisasi organisasi internasional yang dimotori oleh Bank Dunia, WHO, dan berbagai organisasi regional.
"Jadi konteksnya adalah upaya untuk meningkatkan resiliensi kesehatan di masing-masing negara dan kemudian melakukan pertukaran informasi. Misalnya melakukan kegiatan penelitian terhadap potensi penyakit yang sekarang mungkin bisa terjadi suatu negara yang akan berdampak kepada negara lain. Jadi saling bertukar informasi dan juga meningkatkan suatu protokol kesehatan internasional," tutur Wempi.
Foto: Istimewa