Hujan deras selama sekitar 20 menit tak menghalangi niat para pemimpin pemerintahan dari 17 negara dan Uni Eropa untuk menghadiri agenda puncak dari Presidensi G20 Indonesia yakni Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Apurva Kempinski, Selasa (15/11/2022).
Nusa Dua, InfoPublik - Hujan deras selama sekitar 20 menit turun di sekitar kawasan pariwisata terpadu seluas 350 hektare The Nusa Dua di Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Peristiwa alam itu tak menghalangi niat para pemimpin pemerintahan dari 17 negara dan Uni Eropa untuk menghadiri agenda puncak dari Presidensi G20 Indonesia yakni Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Apurva Kempinski, Selasa (15/11/2022).
Tiga pemimpin negara Rusia, Brasil, dan Meksiko menyatakan absen dalam KTT G20 yang telah diadakan untuk ke-17 kalinya sejak 2008 itu. Media-media terkemuka dunia seperti BBC, Aljazeera, Channel News Asia, Washington Post, dan South China Herald Morning sejak Senin (14/11/2022) memberitakan persiapan KTT G20 di Pulau Dewata ini dengan berbagai sudut pandang peliputan.
Kendati fokus mereka adalah soal pertemuan bersejarah antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joseph R. Biden, Jr. Sejak dilantik 20 Januari 2021, Presiden Biden baru kali ini bertemu dengan Presiden Jinping yang juga baru melakukan perjalanan keluar negaranya sejak terakhir kali melakukannya pada September 2022 lalu saat menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai. Jinping tercatat baru dua kali melakukan perjalanan ke luar negaranya dalam tiga tahun terakhir sejak Tiongkok didera pandemi.
Bukan itu saja, karena sejumlah pertemuan bilateral lainnya juga segera terjadi antara para pemimpin-pemimpin dunia. Misalnya, rencana pertemuan bilateral Presiden RI Joko Widodo dengan para tamu spesialnya dan pertemuan penting Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Biden. Sunak merupakan satu dari beberapa pemimpin yang baru saja dilantik untuk memimpin pemerintahan. Pria keturunan India yang masih berusia 42 tahun itu dilantik Raja Charles III pada 25 Oktober 2022 lalu menggantikan Liz Truss.
KTT kali ini juga akan membahas sejumlah masalah yang masih merundung dunia di era pandemi yang akan memasuki tahun keempat. Selaku Presidensi G20 2022, Indonesia menyodorkan tiga isu utama untuk dibahas seperti arsitektur kesehatan global, ekonomi digital, dan transisi energi. Sejumlah negara juga menjadikan KTT ini untuk mendesak dicarikannya jalan keluar dari konflik Rusia dan Ukraina karena telah mengganggu distribusi minyak dan gas bumi ke Uni Eropa.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres bahkan sampai berpesan bahwa KTT G20 di Bali sebagai jembatan untuk menghadapi tantangan dunia. Mantan petinggi badan PBB untuk urusan pengungsi atau UNHCR ini mengatakan, peranan G20 sangat krusial sebagai jembatan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi oleh dunia yang mencakup isu perubahan iklim, krisis multisektor serta perpecahan geopolitik yang menimbulkan konflik baru dan mempersulit proses penyelesaian konflik yang telah ada sebelumnya.
Dalam isu perubahan iklim, berdasarkan pembahasan dalam KTT Perubahan Iklim atau COP 27 di Mesir, sulit untuk memenuhi upaya menahan peningkatan suhu global sebanyak 1,5 derajat. Untuk itu, menurut Guterres diperlukan pendekatan baru melalui pakta kolaborasi antara negara maju dan berkembang dimana negara G20 bertanggung jawab terhadap 80 persen emisi global.
Sekjen PBB menyatakan, Indonesia berperan dalam membenahi ekonomi dan keuangan global yang tidak setara yang mengakibatkan pendistribusian sumber daya yang tidak merata terutama dalam masa pandemi. Juga dalam pemberian kesempatan yang sama bagi negara berkembang untuk berkontribusi dalam isu perubahan iklim.
"Selain itu Indonesia memperlihatkan kapasitas luar biasa dalam upaya menyatukan pihak yang berseteru, mempromosikan dialog, dan mencoba mencari solusi nyata di tengah situasi sulit ketika pemisahan geopolitik sangat nyata,” kata Guterres.
Sejatinya, G20 merupakan forum kerja sama ekonomi dan pembangunan dari 19 negara di lima benua dan satu kawasan yakni Uni Eropa yang dimulai pada 1999 silam. Semula, pertemuan dilakukan antara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Mereka adalah penguasa 80 persen ekonomi produk domestik bruto (PDB) dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi di jagat ini. Forum ini selalu tampil untuk berdiskusi dan memberikan masukan kepada berbagai pihak di dunia terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Sejak 2008, format pertemuan diakhiri dengan sebuah KTT dan dihadiri oleh para pemimpin pemerintahan seluruh negara anggota G20.
Penulis: Anton Setiawan