Pulau Sumatra di masa lampau memiliki catatan aktivitas vulkanik yang sangat dahsyat, ditandai oleh terbentuknya danau-danau kaldera raksasa, salah satunya adalah Danau Ranau.
Pulau Sumatra menyimpan kekayaan alam luar biasa dan jarang ditemui di tempat lain di Indonesia. Salah satunya adalah Danau Ranau yang berada di dua provinsi, Lampung dan Sumatra Selatan.
Danau Ranau memiliki luas 125,9 kilometer persegi dengan titik terdalam 174 meter di bawah permukaan air. Lokasinya di perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumsel dan Kabupaten Lampung Barat, Lampung.
Bukit-bukit hijau Pegunungan Bukit Barisan seperti memagari hamparan biru danau terbesar kedua di Sumatra setelah Danau Toba. Pemandangan sekitar danau yang masuk ke dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sangat indah dengan latar Gunung Seminung yang berdiri angkuh setinggi 1.881 meter di atas permukaan laut.
Seperti juga Danau Ranau, Gunung Seminung berada di antara perbatasan Sumsel dan Lampung, tepatnya di antara Kecamatan Sukau, Lampung Barat dan Kecamatan Banding Agung, Ogan Komering Ulu Selatan. Pada beberapa tepian danau membentuk daratan landai seperti pantai lengkap dengan pasir putih dan barisan pohon kelapa.
Tercatat ada tiga tepian yang kemudian dinamai sebagai Pantai Bidadari, Pantai Pelangi, serta Pantai Sinangkalan dan seluruhnya berada di wilayah Sumsel. Tepat di tengah danau terdapat sebuah daratan kecil bernama Pulau Marisa.
Keistimewaan pulau tak berpenghuni seluas 2 hektare dan banyak ditumbuhi pohon kelapa tersebut adalah terdapat sumber air panas. Kita dapat berendam di kolam sulfur Pulau Marisa dan selesai menikmati kehangatan air panasnya, kita bisa membilas diri di kamar mandi yang telah disiapkan.
Tak hanya di Pulau Marisa, mata air panas juga bisa ditemukan di daerah sekitar Danau Ranau, seperti di Batu, tepat di kaki Gunung Seminung, kemudian di Ujung dan Way Wahid. Munculnya mata air panas bukanlah tanpa sebab, tapi terkait sejarah terbentuknya Danau Ranau.
Pulau Sumatra di masa lampau memiliki catatan aktivitas vulkanik yang sangat dahsyat, ditandai oleh terbentuknya danau-danau kaldera raksasa, salah satunya adalah Danau Ranau.
Mengutip buku Ekspedisi Kompas-Hidup Mati di Negeri Cincin Api, Danau Ranau berasal dari sebuah letusan dahsyat gunung purba Ranau yang terjadi sekitar 55.000 tahun lampau menyebabkan dimuntahkannya 150 kilometer kubik material vulkanik. Kala itu, endapan aliran awan panas dan material jatuhan setebal ratusan meter menyelimuti area seluas 140 km2. Evolusi Danau Ranau juga pernah diceritakan secara ilmiah dalam Volcanism in Reverse and Strike-Slip Fault Settings yang ditulis oleh Alessandro Tibaldi.
Menurut pakar geologi dari Departemen Ilmu Geologi dan Geoteknologi Universitas Milan-Biococca, Italia tersebut, Danau Ranau terbentuk oleh cekungan berukuran 12 km x 16,5 km akibat sesar pisah tarik (pull-apart fault). Lewat cekungan itu bermunculan gunung api dan panas bumi, selanjutnya diikuti perkembangan kaldera-kaldera kecil.
Peningkatan aktivitas vulkanik ini kemudian memperluas kaldera hingga ke bentuk seperti sekarang.
Kemudahan Akses
Panorama danau vulkanik berselimut kabut tipis di pagi hari berlatar gunung dan hamparan hijau persawahan milik warga serta riak ombaknya mirip di lautan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjungi Danau Ranau. Danau ini dapat diakses dari Bandarlampung, ibu kota Lampung, atau Palembang, ibu kota Sumsel, dengan menyusuri rute darat dalam perjalanan selama 6-7 jam melewati Jalan Lintas Tengah Sumatra atau Jalan Lintas Barat Sumatra.
Jika menjelajah dari Bandarlampung, maka bisa melewati rute menuju Kotabumi, Bukitkemuning, Liwa, dan Kotabatu. Sedangkan jika berangkat dari Palembang, maka kita akan menyusuri rute menuju Prabumulih, Baturaja, dan Muaradua. Kota terdekat dari Danau Ranau adalah Liwa di Lampung dan Baturaja di Sumsel yang jaraknya tak lebih dari 30 menit hingga satu jam perjalanan darat. Meski beraspal mulus, jalan menuju Danau Ranau tidak terlalu lebar, sekitar 5-6 meter dan tanpa pembatas jalan.
Tepian jalan lebih banyak dihiasi oleh hutan lindung, perkebunan sawit, atau persawahan. Rutenya berkelok-kelok karena kita harus memanjati dan menuruni Bukit Barisan. Namun, semua kelelahan itu akan terobati saat tiba di Danau Ranau. Bila waktu tak cukup untuk menikmati keindahan danau, kita dapat bermalam di penginapan yang jumlahnya lumayan banyak berdiri di sekitar danau.
Fasilitas rekreasi yang bisa dinikmati saat berkunjung ke Danau Ranau seperti bermain jetski, menjelajahi pantai-pantai danau memakai perahu sewaan milik warga sekitar, atau menyeberang ke Pulau Marisa dengan menyewa perahu. Jika ombak tidak terlalu besar dan cuaca sedang cerah, kita juga dapat berenang di tepian danau yang berair jernih.
Tetapi harap diingat, ada kalanya kita dilarang berenang karena sewaktu-waktu airnya dapat mengandung belerang pekat dan menaikkan suhu air hingga 32 derajat Celcius. Ini bisa terjadi akibat aktivitas gempa kecil di garis sesar sepanjang dasar danau. Pelepasan gas belerang ke permukaan air danau dalam 50 tahun terakhir menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menyebabkan beberapa kali peristiwa kematian ratusan ton ikan di Danau Ranau.
Tapi tak perlu khawatir, karena keindahan Danau Ranau tetap dapat dinikmati dari kawasan tepiannya yang menawarkan banyak pesona lain dari danau yang menjadi andalan pariwisata Sumsel dan Lampung itu.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari