Indonesia.go.id - Berjumpa Raksasa Teluk Saleh

Berjumpa Raksasa Teluk Saleh

  • Administrator
  • Sabtu, 20 Mei 2023 | 16:23 WIB
PARIWISATA
  Wisatawan menyelam bersama hiu paus di perairan Sumbawa, NTB. KKP
Waktu terbaik untuk bertemu hiu paus adalah saat mereka mencari makan di pagi hari, sekitar pukul 5.30 waktu setempat. Jadi, kita harus berangkat sekitar pukul 3.00 dini hari dan naik perahu sewaan.

Pulau Sumbawa adalah satu dari dua nusa terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat selain Lombok. Ada empat kabupaten dan satu kota di Sumbawa. Pulau seluas 14.386 km2 merupakan rumah bagi suku Bima dan Sumbawa.

Puncak Gunung Tambora di ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut menjadi titik tertinggi di pulau yang juga terkenal dengan kayu cendana, madu hutan, dan kuda poni atau sandelwood pony. Selain itu, objek wisata perairannya juga tak kalah memikat, salah satunya di Teluk Saleh.

Teluk seluas sekitar 2.000 km2 itu masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa. Ekosistem perairan dengan keanekaragaman hayatinya lengkap terdiri atas terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

Menurut data Universitas Mataram, terumbu karang Teluk Saleh luasnya sekitar 31.000 hektare dengan kondisi terbaik ada di sekitar Pulau Liang. Kemudian padang lamun di kawasan ini luasnya mencapai 3.200 ha menutupi seluruh pesisir dengan tutupan terluas ada di kawasan Santong.

Masih ada sekitar 2.700 ha berupa hutan mangrove dengan 31 jenis mangrove dari 20 famili didominasi jenis rhizopora. Situasi itu membuat perairan Teluk Saleh sebagai kawasan paling disukai untuk berkembang biaknya beraneka jenis ikan.

Setidaknya, ada sekitar 71 spesies ikan yang dapat ditangkap nelayan dari Teluk Saleh. Tongkol, tuna, baronang, kerapu, dan kakap merah adalah ikan paling banyak ditangkap nelayan setempat. Selain ikan-ikan tersebut, Teluk Saleh juga menjadi tempat favorit bagi hiu paus (Rhincodon typus) untuk berkembang biak.

Ukuran badan ikan hiu paus itu mencapai panjang 18-20 meter dan berat maksimal sekitar 15 ton, meski rata-rata beratnya sekitar 12 ton. Menurut World Wildlife Fund, hiu paus menjadi yang terbesar ukurannya dalam keluarga Rhincodontidae.

Ia juga menjadi salah satu makhluk laut paling besar. Tak seperti keluarga hiu lainnya, bagian kepala hiu paus cenderung datar mengikuti bentuk tubuhnya dengan mulut yang besar. Tak seperti hiu lainnya seperti hiu putih (white shark) yang bersusunan gigi tajam dan menjadi andalan untuk merobek mangsa, hiu paus justru sebaliknya.

Ikan berbintik-bintik pada seluruh tubuhnya itu memiliki susunan gigi yang kecil dan tidak diandalkan untuk memakan mangsanya. Untuk memakan mangsa, sambil berenang ia cukup membuka lebar-lebar mulut superbesarnya, dan dalam hitungan menit, ribuan ikan-ikan kecil dan jutaan plankton sudah langsung bisa ia lahap.

 

Pagi Hari

Teluk Saleh adalah satu dari sedikit perairan di tanah air yang menjadi lokasi favorit ikan megafauna ini untuk berkembang biak selain Teluk Cenderawasih dan Teluk Triton. Perairan hangatnya ditambah masih terjaganya hutan mangrove, terumbu karang, dan lamun di ketiga teluk ini menjadi alasan kuat bagi hiu paus hidup nyaman. Ini karena selalu tersedianya plankton dan ikan-ikan sebagai pasokan makanannya sepanjang tahun.

Kehadiran pakek torok, sebutan masyarakat setempat untuk hiu paus, sudah diketahui sejak puluhan tahun silam dan tidak masuk dalam daftar tangkapan nelayan setempat karena ukurannya yang besar. Namun, sejak ramainya publikasi mengenai kehadiran fauna berjuluk Raksasa dari Teluk Saleh, membuat banyak orang penasaran dan tertarik berkunjung ke Teluk Saleh untuk sekadar menyaksikan dari dekat hewan dilindungi tersebut. 

Untuk menuju Teluk Saleh, kita dapat menempuh jalur darat dari Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, selama dua jam melintasi jalan nasional Sumbawa-Bima. Jika dari Jakarta, kita mesti menumpang pesawat yang transit di Bandar Udara Internasional Lombok dan melanjutkan penerbangan ke Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III Sumbawa dan menuju ke Teluk Saleh.

Tak perlu khawatir soal di mana kita bakal menginap karena di sekitar pesisir Teluk Saleh sudah banyak bermunculan penginapan. Kita juga bisa menginap di rumah-rumah penduduk dengan harga sewa per kamar bervariasi, antara Rp200.000-Rp300.000, lengkap dengan sarapan pagi. Pemilik rumah umumnya merangkap sebagai penunjuk jalan menuju lokasi hiu paus mencari makan.

Waktu terbaik untuk bertemu hiu paus adalah saat mereka mencari makan di pagi hari, sekitar pukul 5.30 waktu setempat. Jadi, kita harus berangkat sekitar pukul 3.00 dini hari dan naik perahu sewaan seharga Rp350.000 per perahu dan menempuh perjalanan dua jam menuju ke sejumlah bagan atau tempat nelayan memancing ikan di tengah teluk. Biasanya pemilik bagan mematok biaya kunjungan sekitar Rp150.000 per rombongan.

 

Perlakuan Khusus

Biasanya ikan hiu paus yang berkelompok 4--7 ekor kerap muncul di sekitar bagan untuk mencari makan. Fauna ini cukup jinak dan tidak menyerang manusia. Pada beberapa bagan juga menyewakan pakaian menyelam kepada pengunjung. Namun, sebelum berinteraksi dengan mamalia besar ini, ada baiknya kita mengetahui dulu aturan mainnya.

Wisatawan tidak dibolehkan memakai lampu kilat saat mengambil gambar di bawah laut bersama hiu paus, tidak memakai aksesoris seperti gelang, kalung, dan perhiasan lain terutama terbuat dari logam, dan memakai tabir surya ramah lingkungan. Kemudian tidak melakukan kontak fisik dengan hiu paus seperti mengejar, menunggangi, menyentuh, dan menarik tubuhnya. Selain itu, tidak membuat gerakan mengagetkan atau bersuara keras.

Saat berenang di dekatnya, wajib menjaga jarak minimal 3 meter dari sisi samping dan kepala ikan, 4 meter dari sisi ekor, serta tidak menghalangi arah hiu paus berenang. Kegiatan menyelam dan snorkeling bersama hiu paus dibatasi hanya sekitar 60 menit. Sedangkan jika hanya ingin mengamati ikan ini dari atas perahu, pastikan bahwa mesinnya dalam kondisi mati dalam jarak 30 meter dari lokasi penampakan ikan. Nakhoda dan kru perahu dilarang mengejar hiu paus atau melego jangkar.

Semua aturan itu dapat dilihat pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan nomor 41 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Wisata Hiu Paus. Beleid yang ditandatangani Dirjen PRL Victor Gustaf Manoppo pada 9 September 2022 itu diterbitkan untuk melindungi ikan yang telah masuk ke dalam Kategori Terancam Punah (Endangered/EN) pada Daftar Merah (Red List) dari Badan Internasional Konservasi Alam (IUCN) serta masuk pada Appendiks I CITES. 

Menurut penelitian Conservation International (CI) Indonesia pada September 2018--Mei 2019, Teluk Saleh dapat menjadi kawasan ekowisata berkelanjutan khusus hiu paus yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara. Aktivitas tadi bisa mendatangkan pemasukan minimal Rp600 juta per tahun untuk kas desa dari paket wisata khusus tersebut. Tentu diimbangi dengan upaya konservasi yang ketat termasuk menyisihkan dana dari pendapatan wisata untuk pelestarian hiu paus.

Peneliti CI Indonesia bernama Maulita Sari Hani menjelaskan, Indonesia dapat belajar dari kesuksesan Maladewa yang mampu mengelola ekowisata hiu paus secara baik dan mendatangkan devisa senilai Rp130 miliar. Pengembangan ekowisata hiu paus juga dapat menumbuhkan ekonomi setempat seperti bermunculannya toko-toko cenderamata, kedai makan, penginapan, jasa sewa perahu, penyewaan alat selam dan sebagainya.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari