Indonesia.go.id - Menjelajah Sungai Maron, Amazon dari Pacitan

Menjelajah Sungai Maron, Amazon dari Pacitan

  • Administrator
  • Kamis, 3 Oktober 2024 | 13:20 WIB
PARIWISATA
  Sungai Maron di Pacitan, Jawa Timur. @SungaiMaronpacitan
Tiket masuknya Rp5.000. Di sana, pengunjung juga bisa menyewa perahu kayu bermesin berkapasitas 4 penumpang untuk menyusuri Sungai Maron.

Indonesia memiliki banyak aliran sungai. Menurut data Direktorat Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan tahun 2023, jumlah sungai di Indonesia mencapai 2.397 aliran dengan panjang keseluruhan 84.678 kilometer (km). Satu di antara aliran itu ada di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tepatnya adalah Sungai Maron yang mengalir di kawasan Desa Dersono, Kecamatan Pringkuku.

Sungai Maron lokasinya sekitar 40 km arah barat pusat kota Pacitan atau sekitar 1 jam 10 menit berkendara menyusuri Tumpak Rinjing hingga Dadapan Watukurung yang berkontur menanjak dan menurun dengan sejumlah kelokan tajam. Salah satu produk andalan dari aliran sejauh 4,5 km ini adalah wisata susur sungai dan begitu diminati oleh pengunjung dan beroperasi sejak pukul 7.00 hingga 17.00 WIB. Bukan tanpa alasan apabila kegiatan itu menjadi favorit pengunjung lantaran vegetasi alam di sekitar Sungai Maron masih terjaga.

Masih banyak pepohonan lebat dan tebing-tebing batu karst dan batu kapur menjulang angkuh seperti berbaris menyambut wisatawan selama melakukan perjalanan susur sungai. Sepintas, pemandangan ini mirip dengan perjalanan susur sungai di pedalaman Kalimantan misalnya Sungai Sekonyer di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.   

Tak sedikit pula yang menyamakan keindahan alam dan ketenangan aliran Sungai Maron seolah sedang berada di Amazon, sungai terpanjang di dunia yang melintasi Brasil, Kolombia, dan Peru di Amerika Selatan. Menariknya, aliran air Sungai Maron di musim kemarau akan berwarna hijau sedikit kebiruan dan debitnya tidak terlalu tinggi. Semua akan berubah total menjadi cokelat keruh saat musim hujan. 

Menurut buku Sarana Air Bersih Maron, air hijau kebiruan Sungai Maron berasal dari mata air yang muncul dari celah bukit dan mengalir membentuk sungai kecil. Oh iya, sebelum mengikuti rangkaian kegiatan susur sungai, pastikan pakaian yang dikenakan mudah menyerap keringat, gunakan kacamata hitam dan penutup kepala untuk menghindari teriknya panas. Disarankan pula agar membawa tabir surya serta membawa pakaian ganti jika tertarik berenang di kejernihan air Sungai Maron.

Setiap pengunjung wajib membayar tiket masuk sebesar Rp5.000. Agar bisa menikmati keindahan pemandangan di sepanjang perjalanan dengan wisata susur sungai, setiap pengunjung dapat menyewa perahu khusus warna biru yang telah disiapkan pengelola yaitu anak-anak muda Karang Taruna Desa Dersono yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Maron. 

Harga sewanya sebesar Rp100.000. Satu perahu berkapasitas 4 orang tidak termasuk juru mudi dan setiap orang wajib mengenakan rompi keselamatan (lifevest) warna oranye atau biru. Setiap pengunjung harus mengantri untuk menaiki perahu yang disandarkan pada sebuah dermaga kecil berkanopi yang dilengkapi belasan anak tangga. Perahu yang dilengkapi mesin ini biasa dipakai nelayan untuk mencari ikan. 

Namun, khusus untuk kebutuhan susur sungai, cadik atau kayu penyeimbang yang ada di sisi kiri dan kanan perahu sudah tidak dipakai lagi. Waktu terbaik untuk mengikuti wisata susur sungai adalah di pagi hari ketika matahari belum terik benar. Lamanya kegiatan susur sungai sekitar 45 menit untuk menaklukkan jarak 4,5 km tadi. Perjalanan pergi dan pulang berakhir pada titik yang sama, yaitu Desa Dersono

Sepanjang perjalanan susur sungai yang memiliki  kedalaman rata-rata 20 meter itu, ada aneka pepohonan termasuk mangrove yang dapat disaksikan dengan batang serta daun menjulur bebas ke tepian sungai. Semakin ke hilir yaitu Pantai Ngiriboyo yang menghadap Samudra Hindia, kita akan lebih mudah menjumpai ribuan pohon kelapa dengan daun-daun panjang yang melambai tertiup angin seolah menyambut kedatangan peserta susur sungai. 

Bisa Berenang

Tak hanya susur sungai, pada titik-titik tertentu pengunjung dapat berfoto sambil duduk di batang-batang pohon besar yang membengkok dan menjulur ke aliran sungai. Atau berfoto dengan properti ayunan yang diikatkan pada batang pohon jambu yang menjorok ke sungai. Pada titik ini, pengunjung dapat berenang karena airnya dangkal, tak lebih dari 2 meter kedalamannya, dan tentu saja jernih. Bagi yang tak bisa berenang, tetap aman karena dapat mengandalkan pelampung yang digunakan untuk mengambang.

Salah satu lokasi terbaik dari Sungai Maron adalah Teleng Sirah yang sedikit menjorok ke luar dari aliran sungai utama. Teleng Sirah dikelilingi oleh hutan desa yang asri dan pada salah satu sudutnya terdapat tebing batu karst yang membentuk dinding gua kecil. Air di sini warnanya biru jernih meski tidak disarankan oleh pemandu yang merangkap juru mudi lantaran kedalamannya mencapai 30 meter dan memiliki arus bawah yang cukup kuat. Tempat ini menjadi rumah bagi hewan biawak.

Makin mendekati tepian pantai, sungai makin melebar dan kita dapat melihat dengan bebas laut bebas yang berombak besar. Beberapa pengusaha kegiatan luar ruang (outdoor) membuka usaha berkemah (camping ground) dengan lokasi tepat di tepian Sungai Maron yang mengarah ke hilir. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan sendiri telah menjadikan Sungai Maron sebagai destinasi wisata andalan sejak 2021. Sejatinya, aliran bersih ini telah dimanfaatkan sebagai lokasi wisata oleh masyarakat sekitar mulai 2012 meski pengelolaannya dilakukan secara sederhana. 

Pemkab Pacitan juga telah membangun sejumlah fasilitas penunjang di sekitar seperti lahan parkir, toilet, dermaga, musala, dan kantin. Setiap tahun yaitu pada bulan Agustus, pemerintah setempat menggelar Festival Dayung Ngiroboyo di muara Sungai Maron. Kalau ke Pacitan, sempatkan singgah berwisata ke Sungai Maron ya!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/TR