Embung Bansari berada pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut dan selalu menyajikan pemandangan alam spektakuler sepanjang tahun.
Suara jangkrik dan aneka serangga malam saling bersahutan memecahkan keheningan malam di sekitar Embung Bansari. Angin sepoi-sepoi membawa udara menusuk tulang yang membuat siapa pun bisa dibuat menggigil kedinginan. Namun tidak demikian dengan sekelompok anak muda berjaket tebal yang masih asyik bermain gitar di depan deretan tenda kemah merah oranye. Mereka bersenandung sambil bersenda gurau sembari menatap ke arah gemerlap ribuan lampu nun jauh di sana.
Itulah sekelumit suasana berkemah yang dilakukan oleh anak-anak muda dari Kelurahan Jampirejo, Kecamatan Temanggung, sewaktu menghabiskan akhir pekan mereka di Embung Bansari pada akhir Agustus 2024 lalu. Embung Bansari terletak di Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng). Embung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penampungan air hujan yang digunakan pada saat musim kemarau untuk tujuan irigasi dan air bersih.
Menempati lahan seluas 1,5 hektare (ha), Embung Bansari terletak pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepatnya di punggung lereng Gunung Sindoro yang memiliki puncak di ketinggian 3.136 mdpl. Penampung air yang lokasinya tertinggi di Jateng ini dibangun sejak 13 Agustus 2019 dan diresmikan oleh Presiden RI Ketujuh Joko Widodo pada 14 Desember 2021. Kapasitas tampung air embung itu adalah 8.588 meter kubik (m3) dengan luas genangan 0,56 ha.
Embung Bansari yang dibangun dengan menelan anggaran sebesar Rp9,2 miliar itu berfungsi sebagai penyedia irigasi lahan pertanian seluas 100 ha milik warga yang didominasi oleh tanaman tembakau. Kabupaten Temanggung merupakan salah satu penghasil tembakau untuk kebutuhan pabrik-pabrik rokok kretek. Data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung menyebutkan, pada 2021 ada sekitar 18.519 ha lahan dijadikan budi daya tembakau (Nicotiana tabacum).
Lahan-lahan tersebut tersebar pada 19 kecamatan dari 20 kecamatan di daerah berjuluk Kabupaten Tembakau tersebut. Setiap tahunnya dari kabupaten ini dihasilkan sekitar 12.963 ton hingga 14.815 ton tembakau kering. Musim tanam dilakukan pada awal kemarau dan panen umumnya dilakukan pada bulan Agustus. Panorama alam di sekitar Embung Bansari juga diwarnai oleh hijaunya daun-daun tembakau serta kebun sayuran.
Pembangunan Embung Bansari berawal dari keluhan masyarakat sekitar yang bekerja sebagai petani dan pemilik lahan lantaran selalu kekurangan air hingga kekeringan setiap musim kemarau tiba. Kekeringan tersebut mengakibatkan petani sering gagal panen. Kehadiran Embung Bansari membawa harapan baru bagi petani dan masyarakat sekitar.
Embung yang pengerjaannya diselesaikan dalam waktu 135 hari tersebut juga diproyeksikan menjadi tempat wisata yang dikelola masyarakat Bansari karena letaknya yang berada di kawasan sejuk dengan pemandangan menakjubkan. Panoramanya indah karena dikelilingi kawasan hijau dengan langit biru nan menawan. Sekeliling embung diberi pagar besi setinggi dada orang dewasa dan terdapat area pejalan kaki yang dilapisi beton.
Badan Usaha Milk Desa (BUMDes) Tirta Sembada selaku pengelola kawasan wisata Embung Bansari juga menyediakan lahan parkir motor. Disediakan pula tempat berkemah (camping ground) yang berada di lahan parkir mobil sehingga keluarga yang membawa kendaraan roda 4 juga bisa berkemah di sini dengan konsep campervan. Pengelola mengutip tiket masuk Rp5.000 per orang dan retribusi parkir sebesar Rp5.000 untuk motor, mobil Rp10.000, serta bus Rp20.000.
Kalau tertarik untuk berkemah, setiap orang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp15.000 serta Rp75.000 bagi pengunjung yang membawa mobil dan ingin berkemah. Tak punya tenda untuk berkemah? Pengunjung tak perlu risau karena pihak pengelola telah menyediakan tenda yang dapat disewa. Wisatawan bisa berkunjung kapan saja ke Embung Bansari karena tempat wisata ini selalu buka 24 jam nonstop.
Waktu terbaik untuk datang adalah pagi atau sore hari ketika cuaca sedang cerah. Pada saat malam kawasannya juga ramai pengunjung yang berkemah terutama di akhir pekan. Mereka bukan saja ingin menikmati keindahan alam dan dingin udaranya pegunungan, bisa mencapai 14 derajat Celcius di malam hari saat puncak musim kemarau.
Kelebihan lain dari Embung Bansari yang selalu dinantikan pengunjung adalah menyaksikan langsung dengan jelas rupa Gunung Sindoro serta Sumbing (3.371 mdpl) di hadapan mata. Tak hanya kegagahan Sindoro dan Sumbing, sebab masih ada beberapa gunung yang dapat dilihat dengan mata telanjang jika cuaca bersahabat. Misalnya Gunung Merbabu, Andong, Ungaran, Telomoyo, Prau, dan Muria. Total ada 9 puncak gunung yang bisa disaksikan dari Embung Bansari ini.
Menjelang tengah hari, kawasan dataran rendah di bawah Bansari kerap tertutupi oleh awan Cumulus dan membuat siapa pun yang berada di sekitar embung seolah sedang berada di negeri atas awan. Satu lagi, suasana malam hari di embung juga tak kalah menawan karena selain bisa menikmati kilau cahaya ribuan lampu rumah warga, pengunjung dan mereka yang menginap bisa menyaksikan sinar lampu dari kapal di Laut Jawa pada sisi utara embung.
Lupa membawa perbekalan untuk makan dan minum selama berwisata di Embung Bansari? Tak perlu khawatir karena tak jauh dari parkir motor terdapat beberapa kedai makanan dan minuman yang dikelola masyarakat setempat. Dijual pula pakan ikan yang bisa dibeli pengunjung untuk diberikan ke penghuni embung yaitu ratusan ekor ikan mas, koi, dan nila. Pengelola juga menyediakan musala, pendapa untuk bersantai atau menggelar pertemuan (gathering), dan toilet dengan kamar mandi.
Seperti dikutip dari website Pemerintah Kabupaten Temanggung, Embung Bansari dapat ditempuh dari pusat Kota Tembakau dalam waktu 45 menit berkendara atau sejauh 18 kilometer dengan kondisi jalan mulus dan menanjak hingga ke lokasi embung. Oh iya, hingga sekarang belum ada trayek angkutan umum yang melayani rute hingga Embung Bansari sehingga pengunjung atau wisatawan disarankan untuk membawa kendaraan pribadi baik motor maupun mobil.
Setelah melewati pos penjualan tiket tak jauh dari gerbang masuk, kita akan disuguhi oleh pemandangan kebun tembakau warga di sepanjang kanan-kiri jalan hingga ke pelataran parkir. Meski bisa dikunjungi sepanjang tahun, disarankan untuk mendatangi Embung Bansari ketika kemarau agar dapat menikmati kehijauan tanaman tembakau. Jangan lupa membawa pakaian hangat dan jaket untuk menghalau dingin dan jika berkemah, siapkan pula selimut tebal.
Tidak ada listrik di tempat ini sehingga setiap pengunjung harus membawa alat powerbank atau powersupply sendiri untuk mengisi ulang baterai ponsel dan menyalakan peralatan elektronik. Yuk segera kemasi ransel dan koper kamu untuk menjelajahi dan berwisata menikmati keindahan alam Nusantara. Jangan lupa untuk selalu bangga berwisata di dalam negeri ya!
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf