Misalkan antara rawon dari Surabaya dan sop konro dari Makassar, nama dan rasa berbeda, namun penampilan kuah hampir mirip. Meski sama-sama memakai kluwak sebagai salah satu bumbu, namun kuah sop konro berwarna coklat kehitaman.
Bedanya adalah, hidangan kuah rawon yang hitam legam, bisa disebut black soup ini tidak ada tulang iga, hanya campuran daging yang sudah berwarna hitam karena ikut dimasak bersama kuahnya. Bumbu lain yang menjadikan rasa kuah konro sangat tajam adalah campuran rempah-rempah lebih banyak daripada rawon.
Kota Makassar, memang memiliki sederet makanan khas yang bisa dicicipi. Tidak hanya sop konro, tapi ada juga coto Makassar, barangko, pisang epe, es palu butung, pallubasa, mie titi, ikan bakar bandeng, jalangkote, kue dange, dan masih banyak varian makanan yang bisa menjadi pilihan untuk memanjakan lidah. Ada sop, ada pula coto.
Sama-sama hidangan istimewa. Apa perbedaannya? Coto Makassar adalah masakan berkuah dengan varian irisan daging dan jeroan sapi yang direbus cukup lama dengan bumbu racikan khusus. Disajikan dalam mangkuk besar bersama burasa, lontong, atau ketupat. Hapir mirip dengan pallubasa yang ditambah dengan gore kaluku atau kelapa goreng dan kuning telur ayam kampung.
Sementara sop konro adalah masakan berkuah dengan bahan dasar tulang iga berbalut daging dan berbumbu rempah-rempah. Biasanya disajikan dengan nasi putih. Warna kuah hitam kecoklatan dari buah kluwek yang berwarna hitam dan beraroma khas. Pilihan lain adalah sop saudara, juga masakan berkuah dengan bahan dasar daging ditambah pelengkap bihun, perkedel, dan jeroan. Umumnya disantap dengan nasi putih dan ikan bolu.
Diantara sederet masakan di Kota Angin Mamiri ini, terbilang lebih sering dicari turis domestik dan mancanegara adalah sop konro. Tak heran, karena rasa dari kuah sop ini berasal dari bumbu yang dibuat dari campuran rempah-rempah, seperti ketumbar, kluwek, sedikit pala, kunyit, kencur, kayu manis, asam, daun lemon, cengkih, dan daun salambagi, membuat rasa sup semakin tajam.
Tidak hanya para pedagang, penduduk asli Makssar pun sering membuat sop ini. Masakan ini juga disajikan untuk acara besar seperti pernikahan, Hari Raya Idul Fitri, atau Hari Raya Idul Adha, mereka menyantap bersama keluarga.
Memasak sop konro terbilang praktis dan mudah. Bumbu yang digunakan pun tak sulit didapat. Bahannya hanya tulang iga berbalutkan daging yang empuk, Sop Konro ini menantang untuk disantap. Sop konro sejatinya disantap dengan sepiring nasi, tapi banyak pula pemburu kuliner memilih untuk menyantapnya dengan potongan ketupat. Belakangan, sop konro ini bervarian menjadi konro bakar. Tetap berkuah tapi iga sapi berbalut daging ini dibakar dan disajikan terpisah.
Sop Konro Antara Iga Sapi dan Kerbau
Arti dari konro sendiri adalah sapi, namun isi sop tersebut bukan hanya daging sapi melainkan tulang iga yang berbalut daging. Baik bakar atau rebus, sop ini tetap enak disantap. Hanya berbeda cara penyajiannya saja. Tergantung selera dari para penikmat kuliner.
Dengan berbahan dasar iga sapi atau daging sapi, dan berbumbu kayu manis, air asam jawa, dan rempah-rempah sop ini begitu sangat menggoda jika dihidangkan dalam sebuah mangkuk di atas meja. Rasa dan aromanya begitu kuat dan memiliki citarasa tersendiri.
Sop konro adalah hidangan wajib bagi masyarakat di Kota Makassar. Konon, sop kondro berawal dari daging kerbau, dimana saat ritual masyarakat akan memotong kerbau kemudian bagian tulang dimasak dengan bumbu sederhana. Awal tahun 90-an, masyarakat Makassar baru mempopulerkannya dengan daging sapi. Sebelumnya masyarakat lebih mengenal daging kerbau untuk diolah dalam berntuk makanan berkuah.
Proses memasak sop ini sangat detail. Karena jika memasak tulang iga tidak pas, maka dagingnya terasa keras. Cara memasaknya, pertama, didihkan air, lalu masukkan tulang kondro, masak setengah empuk. Lalu buang airnya. Ini dilakukan agar kotoran atau lemak keluar dan terbuang dan menghilangkan bau amis.
Kemudian rebus air baru, masukkan bumbu bersama rebusan tulang hingga empuk. Bumbu yang digunakan terdiri dari kayu manis, kapulaga, bawang merah, cengkeh, daun salam, lengkuas, kluwek, bawang putih, jahe, batang serai, jinten, kunyit, kemiri, biji pala, merica, dan ketumbar. Beberapa bahan tersebut diuleg hingga halus. Jika ingin citarasa yang khas, maka sebaiknya bumbu tersebut jangan diblender.
Bumbu yang telah dihaluskan tersebut ditumis hingga matang dan harum, lalu masukkan irisan bawang, lengkuas, daun salam. Bumbu yang sudah matang ditumis tersebut masukkan ke dalam panci yang berisikan iga yang sudah empuk, aduk hingga rata, kemudian masukkan sisa bahan seperti asam jawa, gula pasir, kayu manis, cengkeh, garam, kapulaga. Setelah tercampur dan matang, masukkan irisan daun bawang. Aduk kembali dan cicipi.
Jika ingin mencobanya di rumah yang harus lebih diperhatikan adalah keempukan daging dan tidak lepas dari iga. Daging yang melekat pada iga akan memiliki ciri khas sop konro.
Sajikan sop konro dalam mangkuk dan sepiring nasi untuk sarapan pagi, makan siang, ataupun malam. Disantap selagi panas. Ditambah aroma rempah yang tercium akan menambah selera makan.
Kuah coklat agak kehitaman, bahkan mungkin ada sedikit minyak dari kaldu daging membuat makanan itu tak akan lama dibiarkan di dalam mangkuk. Satu suapan masuk ke dalam mulut, maka dijamin akan terus menyantapnya hingga suapan terakhir. (K-HP)