Bonus demografi menjadi peluang meraih masa depan cerah, mengingat generasi berikut merupakan kunci penting perjalanan ASEAN menuju pusat pertumbuhan global.
Seiring dengan Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, pemerintah Indonesia menggandeng negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menguatkan komitmen bersama dalam mempercepat transformasi pendidikan anak usia dini (PAUD). Langkah tersebut diambil untuk mengatasi ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pada anak usia dini yang sempat diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.
Sebagai wujud komitmen memprioritaskan PAUD, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) konsisten melakukan modifikasi kurikulum agar lebih responsif terhadap perkembangan zaman, menyusun metode pembelajaran yang lebih bervariasi, serta membuka peluang kolaborasi multisektor yang melibatkan sektor swasta. Tidak hanya itu, Indonesia juga mengajak negara-negara Asia Tenggara melakukan investasi yang lebih besar dalam pengembangan PAUD.
Hal tersebut didorong demi mempertimbangkan bonus demografi ASEAN. Di mana upaya menyediakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak di tahun-tahun awal kehidupannya merupakan investasi yang bermakna untuk pertumbuhan dan kemajuan kawasan.
Demikianlah pemikiran Indonesia yang mengemuka dalam forum pertemuan meja bundar Perhimpunan Menteri Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tentang Pengasuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada South East Asia Policy Dialogue on Early Childhood Care and Education (SEA PD on ECCE). Ajang ini digelar di Jakarta pada 25--26 Juli 2023.
Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim menyatakan, acara itu merupakan bagian dari upaya Indonesia menjadikan Asia Tenggara sebagai episentrum pertumbuhan global. “Saya ingin menggarisbawahi tiga aset utama negara anggota ASEAN. Pertama, stabilitas regional, kedua, pertumbuhan ekonomi, dan ketiga, bonus demografi,” kata Menteri Nadiem, saat berbicara kepada para menteri pendidikan dan pejabat tinggi ASEAN, di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Pertumbuhan bonus demografi di kawasan ASEAN merupakan peluang untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Mengingat, generasi berikutnya akan menjadi kunci penting dari perjalanan ASEAN untuk menjadi pusat pertumbuhan global.
Mendikbudristek menambahkan, peran penting dan dampak jangka panjang dari pengasuhan dan pendidikan anak usia dini telah diakui secara luas. PAUD merupakan dasar untuk kesehatan dan kesejahteraan, keberhasilan pendidikan, serta produktivitas ekonomi dan sosial dalam jangka panjang.
Adapun pada forum sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Dirjen PDM) Kemendikbristek Iwan Syahril mengatakan bahwa sebagai langkah pemulihan pembelajaran pascapandemi, perlu dirancang kurikulum yang memiliki resiliensi dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Kurikulum itu, menurutnya, juga harus memperhatikan kondisi masyarakat global, kesetaraan gender, perubahan iklim, pendidikan inklusif, sehingga mendukung ketersediaan layanan PAUD yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Lebih lanjut, Dirjen Iwan Syahril mengatakan bahwa konferensi hari ini adalah bagian dari dialog kebijakan di Asia Tenggara yang berkenaan dengan PAUD. Turut terlibat dalam konferensi para akademisi yang akan membagikan gagasan strategis terkait peningkatan kualitas PAUD. “Besar harapan saya bahwa kita akan terlibat dalam diskusi yang bermanfaat dan bermakna dalam rangka memajukan PAUD di kawasan ASEAN,” imbuhnya.
Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 mengusung tema, “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang menyimpan makna tentang harapan Indonesia untuk mengangkat relevansi dan peran ASEAN dalam kemajuan regional dan global.
Khususnya di sektor pendidikan, melalui Kemendikbudristek, didukung oleh Sekretariat ASEAN dan The Southeast Asian Ministers of Education Organization Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) menyambut kedatangan 200 peserta yang terdiri atas menteri pendidikan ASEAN, duta besar negara-negara Asia Tenggara untuk Indonesia, serta ratusan delegasi dan pembicara di Jakarta, 25--26 Juli 2023.
Selain memimpin pertemuan para delegasi negara-negara anggota ASEAN melalui Dialog Kebijakan PAUD di ASEAN (SEA PD on ECCE) ini, Kemendikbudristek juga melanjutkan keberhasilan dalam memimpin Kelompok Kerja Bidang Pendidikan G20. Melalui forum-forum internasional, Kemendikbudristek terus memperkenalkan transformasi Merdeka Belajar serta menguatkan gotong royong dan komitmen dalam upaya mempercepat transformasi PAUD dan memulihkan ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pascapandemi Covid-19.
Beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam upaya percepatan transformasi PAUD termasuk penyediaan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini berkualitas yang inklusif melalui perencanaan, pemantauan dan evaluasi yang tepat.
Selain itu, proses transisi PAUD ke Sekolah Dasar yang menyenangkan sebagai bagian penting dari program Merdeka Belajar juga menjadi hal vital dalam menentukan kesuksesan transformasi PAUD. Fokus utama lainnya yang menjadi perhatian khusus juga memastikan adanya kolaborasi ekosistem PAUD, termasuk sekolah, pemerintah daerah, guru, orang tua dan masyarakat.
Layanan PAUD di Indonesia mendominasi dalam jenjang layanan pendidikan. Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemendikbudristek menjelaskan dari 439.158 sekolah yang ada di seluruh Indonesia, sebanyak 205.645 sekolah merupakan lembaga PAUD. Jumlah itu setara dengan 46,82 persen dari seluruh sekolah.
Namun, saat ini jumlah anak yang bersekolah di jenjang PAUD hanya sekitar 6.726.156 anak, setara dengan 12,71 persen dari seluruh anak yang bersekolah seluruh jenjang. Itu tergambar dari jumlah rombongan belajar pada layanan PAUD per Januari 2023 mencapai 455.588 rombel. Sedangkan jumlah tenaga pendidik (guru) PAUD di seluruh Indonesia sebanyak 483.216 guru. Jumlah guru PAUD itu termasuk yang mengajar pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari