REVITALISASI SEKOLAH LUAR BIASA
Tidak hanya Yogyakatra, program revitalisasi SLB ini juga dijalankan secara nasional sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto, dengan total lebih dari 382 SLB direvitalisasi pada 2025.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti meresmikan dimulainya program revitalisasi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui prosesi peletakan batu pertama di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Sabtu (13/9/2025). Agenda ini menjadi tonggak penting implementasi Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) sektor pendidikan khusus, yang dirancang untuk memperluas akses pendidikan bermutu bagi anak berkebutuhan khusus.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemenuhan hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen penuh menghadirkan layanan pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkeadilan. “Kami mengharapkan dukungan semua pihak agar layanan ini benar-benar terwujud sebagai kesempatan belajar seluas-luasnya bagi seluruh anak Indonesia, apa pun keadaannya,” ujar Abdul Mu’ti.
Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Saryadi, melaporkan bahwa sepanjang 2025 terdapat 16 SLB di DIY yang menerima bantuan revitalisasi, terdiri dari 6 SLB negeri dan 10 SLB swasta. Revitalisasi meliputi rehabilitasi ruang belajar hingga pembangunan fasilitas baru, agar sarana pembelajaran semakin ramah, adaptif, dan inklusif.
Tak hanya di Yogyakarta, program revitalisasi SLB ini juga dijalankan secara nasional sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto, dengan total lebih dari 382 SLB direvitalisasi pada tahun ini. “Program revitalisasi SLB adalah langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan khusus melalui pembangunan sarana dan prasarana yang sesuai kebutuhan murid,” jelas Saryadi.
Kepala SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Nur Khasanah, menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah. Tahun ini sekolahnya menerima bantuan pembangunan selasar penghubung antarbangunan untuk memudahkan akses murid, terutama yang memiliki keterbatasan penglihatan. “Sekolah kami cukup luas, dan belum ada selasar yang menghubungkan kelas dengan bangunan lain. Dengan pembangunan ini, murid tunanetra dan murid lain bisa lebih nyaman dan aman saat berpindah ruangan,” ungkap Nur.
Harapan serupa disampaikan oleh para murid. Aisyah, siswi kelas 9, mengaku senang karena selasar akan memudahkannya berpindah dari asrama ke kelas tanpa khawatir kehujanan. Nathan, murid kelas 10, juga merasa lebih aman saat menuju aula maupun lapangan.
Sejalan dengan revitalisasi fisik, Kemendikdasmen juga menggelar Lokakarya Penguatan Peran Unit Layanan Disabilitas bertema “Optimalisasi Fungsi Unit Layanan Disabilitas dalam Pemenuhan Akomodasi yang Layak”. Kegiatan ini diikuti perwakilan sekolah dari wilayah Yogyakarta guna memperkuat pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan tentang implementasi pendidikan inklusif.
Selain itu, juga dilaksanakan uji kompetensi bagi murid SLB di DIY dan sekitarnya. Melalui uji kompetensi ini, murid mendapatkan sertifikasi yang diakui secara resmi sehingga bisa menjadi bekal untuk bekerja maupun berwirausaha setelah lulus.
Program revitalisasi SLB di Yogyakarta mencerminkan komitmen pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua anak bangsa, tanpa terkecuali. Dengan pendekatan yang menyatukan pembangunan fisik, penguatan layanan, hingga peningkatan kapasitas guru, pemerintah menargetkan SLB menjadi pusat pembelajaran yang lebih ramah, inklusif, sekaligus menyiapkan generasi berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Penulis: Pasha Yudha Ernowo
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/prioritas-nasional/937644/sebanyak-16-slb-di-yogyakarta-direvitalisasi-untuk-layanan-pendidikan-inklusif