Begitu unik, batang kayu pohon pelangi tidak memiliki warna seperti umumnya, misalnya cokelat atau cokelat kehitaman. Tetapi warnanya beraneka ragam, persis seperti warna pelangi di langit saat hujan reda.
Pohon pelangi menyajikan keindahan karya seni alami dari Sang Pencipta dengan berbagai warna yang menempel. Ada merah, biru, hijau, kuning, cokelat, dan aneka warna lainnya, mulai dari akar hingga pucuk tertingginya. Nama ilmiahnya adalah Eucalyptus deglupta yang berarti kayu putih yang mengelupas. Pohon ini lebih dikenal dengan nama pohon pelangi atau rainbow eucalyptus.
Sepintas, gradasi warna pada pohon yang juga dikenal dengan nama leda ini mirip dengan seragam pasukan-pasukan elite militer sehingga pohon pelangi juga dijuluki pohon kamuflase. Pohon ini tumbuh besar dan tinggi menjulang. Tanaman ini merupakan endemik di Papua Niugini, Pulau Papua, Pulau Seram, Maluku, dan Sulawesi.
Bagi kita yang tinggal di Pulau Jawa, tak perlu jauh-jauh terbang ke sana karena di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, pohon ini bisa kita nikmati keindahannya. Pohon jenis ini dapat ditemukan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sumberwringin. Lokasinya ada di Desa Wringinanom, Kecamatan Sukosari. Dari pusat kota, hutan seluas 23,6 hektare ini bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 1 jam 15 menit.
Hutan Sumberwringin adalah hutan buatan yang dibangun pada tahun 1937 dan memiliki iklim tipe B dengan curah hujan sebesar 2.400 milimeter per tahun. Tak hanya pohon pelangi saja yang ditanam di hutan ini. Setidaknya ada 3.879 pohon dari 59 jenis telah ditanam di hutan Sumberwringin. Eucalyptus deglupta termasuk pohon tertua yang ditanam di hutan ini bersama pinus dari Sumatra dan Australia bersamaan dengan dibangunnya hutan Sumberwringin, 83 tahun silam.
Pohon pelangi menjadi daya tarik utama di hutan Sumberwringin karena selain memiliki gradasi warna menakjubkan, juga menjadi salah satu pohon yang paling sering dicari wisatawan. Pohonnya memiliki tinggi rata-rata 70 meter serta rata-rata berdiameter 2,5 meter. Pengunjung banyak menjadikan pohon ini sebagai latar foto karena keindahannya. Bahkan pohon pelangi Eucalyptus disebut-sebut sebagai salah satu pohon terindah dan menakjubkan di dunia.
https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1601803908_pohon_pelangi2.jpeg " />
Petugas mengecek pohon warna-warni atau Eucalyptus deglupta di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Desa Sumberwringin, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso, Jawa Timur. Antara Foto/Seno
Bahan Baku Kertas
Pohon pelangi tergolong cepat tumbuh, rata-rata 2-3 meter tiap tahunnya dengan batang yang tumbuh nyaris sangat tegak. Permukaan kulit kayunya licin dengan daun berbau harum khas kayu putih ketika diremas. Tanaman ini dapat ditemui di hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah di ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 13-25 derajat Celcius.
Menurut pakar kehutanan Amir Wardhana, warna-warni pada pohon pelangi muncul akibat getah yang keluar dari dalam pohonnya mengenai kulit pohon di bagian lain sehingga membentuk gradasi warna. Pada tetesan getah pertama, warna yang akan muncul adalah warna biru. Kemudian perlahan warna tetesan getah tersebut berubah menjadi jingga, ungu, dan merah marun. Karena proses ini terjadi secara bergiliran (tidak bersamaan) dan teratur, maka pohon ini kemudian menampilkan koleksi dari semua warnanya sekaligus. Proses keluarnya getah didahului oleh terkelupasnya kulit batang yang terjadi tidak bersamaan. Oleh karena itu, pola warna yang terjadi setiap waktu pada setiap pohon tidak akan serupa.
Selain itu, hal tersebut akan memberikan efek kaleidoskopik di mana setiap lapisan warna memberikan informasi kapan lapisan warna tersebut muncul. Meskipun pohon pelangi ini menghasilkan bunga putih dan daun hijau seperti spesies eucalyptus pada umumnya, tetapi kelenjar-kelenjarnya tidak mengeluarkan banyak minyak aromatik.
Kulit kayu dan batang pohon pelangi sering dijadikan sebagai bahan baku dalam industri bubur kertas (pulp). Batang kayunya dapat dijadikan sebagai bahan baku konstruksi bangunan.
World Conservation Monitoring Centre dalam laporannya pada 1992 menyebutkan bahwa Eucalyptus deglupta berada dalam status endangered atau terancam punah. Peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Roosita Ariati mengatakan, pohon pelangi terancam punah di habitatnya karena penebangan liar, serta pembukaan lahan untuk agrikultur. Oleh karena itulah, konservasi diperlukan untuk tetap mempertahankan keberadaan pohon pelangi yang indah ini.
Penulis: Anton Setiawan
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini