Lima Kepala Daerah di wilayah adat Tabi (sebelumnya disebut Mamta) Papua menyatakan siap menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Mereka sudah mempersiapkan wilayah ini jadi provinsi sejak 2012.
Sebagai tonggak cikal-bakal Daerah Otonomi Baru (DOB) Tabi Papua, dimulai ketika pertemuan di Metu Debi pada 2012. Mulai saat itu forum kepala daerah dan masyarakat Tabi dibentuk. Dan setelah itu berkali-kali mereka melakukan pertemuan yang menghasilkan sejumlah rumusan. Bahkan pada pertengahan tahun ini mereka telah mengantarkan rumusan-rumusan itu ke pihak Kementerian Dalam Negeri RI.
Kelima kepala daerah di Tabi itu yaitu Wali Kota Jayapura, Bupati Jayapura, Bupati Keerom, Bupati Mamberamo Raya, dan Bupati Sarmi serta tokoh tokoh masyarakat dan agama setempat.
Awalnya Forum Kepala Daerah se-Tanah Tabi tidak serta-merta menjadikan forum itu sebagai perjuangan untuk memperoleh status DOB. Awalnya mereka lebih fokus melakukan koordinasi antarwilayah untuk melakukan dan konektivitas percepatan pembangunan di wilayah ini.
“Jangan sampai pembagian wilayah administrasi pemerintahan ini malah memisahkan kebudayaan yang sama. Karena itu kita coba merajut kembali. Silakan masing-masing dengan kebutuhan dan misi daerah, tetapi kawasan ini adalah kawasan budaya yang utuh. Apapun yang kita bangun, konektivitas harus tetap terjalin dan semakin kuat,” kata Bupati Jayapura Mathius Awoitauw yang ditunjuk sebagai koordinator forum ini.
Sementara itu, Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano meyakini bahwa DOB Tabi Papua akan segera terwujud. Karena dari dua atau tiga DOB yang disetujui Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan parah tokoh adat Papua awal September lalu, Tabi paling siap jadi DOB.
“Setelah kajian-kajian yang dilakukan tim Universitas Cenderawasih saya kira kita sudah cukup untuk menjadi DOB dengan luas wilayah dan wilayah administrasi pemerintah daerah. Kita telah mempunyai sarana pendukung seperti Polda, Kodam, sampai dengan Dandim, Koramil, Polres, Polsek, kita juga punya sejumlah universitas, jadi kita sangat siap,” kata Benhur Tommy Mano.
Bahkan forum ini telah menentukan Kota Jayapura yang kelak menjadi ibu kota provinsi baru nanti. Nama DOB yang sempat muncul yaitu Provinsi Papua Tabi, Tabi Papua, atau Provinsi Tanah Tabi.
“Dilihat dari konsepnya, kami sudah siap, untuk Daerah Otonomi Baru, dari SDM-nya, kemampuan daerahnya, kami sudah siap, Kota Jayapura sudah siap menjadi Ibu Kota Provinsi Papua Tabi,” jelas Wali Kota Jayapura itu.
Dan di Tanah Tabi, sumber daya alamnya sangat mendukung. Selain tentu terdapat sumber mineral yang terdapat di dalam tanah yang belum di-eksplore, di Tabi terdapat lahan pertanian dan perkebunan yang luas karena berada di lembah. Dan Sungai Mamberamo akan menjadi sumber listrik besar yang akan mampu memasok listrik seluruh Papua.
Sementara itu secara fisik di wilayah Tabi ini sudah terdapat lapangan terbang yang besar. Juga telah mempunya pelabuhan penumpang dan sedang membangun pelabuhan peti kemas. Tabi akan menjadi kawasan strategis nasional. Karena wilayah ini akan menjadi pintu masuk ke wilayah wilayah lain di Papua.
“Saya pikir hal ini bisa menjadi solusi alterantif untuk percepatan Papua. Contoh saja Papua barat, begitu dia pisah, dia melejit. Luar biasa kemajuannya. Saya rasa solusi ini bisa mempercepat kesejahteraan rakyat Tabi,” kata Mathius Awoitauw suatu ketika.
Secara administratif kawasan Tabi berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, Papua Nugini di sebelah Timur, Pegunungan Papua Tengah di sebelah Selatan, serta KabupatenWaropen dan Kepulauan Yapen di Kawasan Adat Saereri di sebelah Barat.
Tanah adat Tabi mempunyai wilayah terluas dibandingkan dengan wilayah adat lainya. Kabupaten Jayapura luasnya 1,751,400 ha dengan 19 distrik, 127 kampung dan 17 kelurahan. Kota Jayapura luasnya 94,000 ha dengan 5 distrik, 16 kampung dan 23 kelurahan. Kabupaten Keerom luasnya 839.000 ha dengan 11 distrik dan 91 kampung. Kabupaten Sarmi luasnya 3,558,900 ha mempunyai 19 distrik yang terdiri dari 108 kampung dan 2 kelurahan. Serta kabupaten Mamberamo Raya luasnya 2.381.391 ha dengan 9 distrik yang terdiri dari 59 kampung.
Perlu diketahui, di Papua terdapat lima wilayah adat yang karakter budayanya mirip. Sedangkan Papua Barat terdapat dua wilayah adat. Wilayah adat yang ada di Papua yaitu Tabi (dulu disebut Mamta atau Mamberamo-Tami), La Pago, Mee Pago, Anim Ha, dan Saereri. Sedangkan di Papua Barat terdapat dua wilayah adat, yaitu Bomberai dan Domberai.
Wilayah Adat Tabi diidentifikasi sebagai wilayah adat terbesar yang dihuni sekitar 87 suku. Yang tersebar di Kota Jayapura (Port Numbay), Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Memberamo Raya, dan Kabupaten Keroom.
Wilayah Anim Ha terletak di Papua Selatan yakni Merauke dan sekitarnya yaitu di Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digul, Kabupaten Mappi, dan Kabupaten Asmat. Wilayah La Pago merupakan wilayah adat terkecil terletak di Pegunungan Papua Tengah Bagian Timur, yaitu Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Nduga, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Tolikara.
Wilayah Mee Pago terletak di Pegunungan Papua Bagian Tengah, yaitu wilayah Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Nabire bagian gunung, dan Mimika Gunung.
Dan di wilayah Saereri ini masyarakat yang mendiami di sekitar Teluk Cenderawasih, meliputi Biak Numfor, Supiori, Yapen, Waropen, dan Nabire bagian pantai. Wilayah adat Domberai menempati wilayah di Papua Barat Laut sekitar Sorong Manokwari, meliputi Manokwari, Bintuni, Wondama, Sorong, Raja Ampat, Sorong Selatan, dan Tambrauw. Dan wilayah Bomberai ada di Papua bagian Barat, yakni Fakfak Mimika dan sekitarnya, meliputi Fakfak, Kaimana, dan Mimika Pantai. (E-2)