Lima fondasi utama menuju Visi Indonesia Maju 2045 telah disiapkan. Pertumbuhan ekonomi didorong berkelanjutan, melalui hilirisasi industri dan pengembangan ekonomi hijau.
Oktober 2023, genap sembilan tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menandai hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) terkait “Peluncuran Capaian Kinerja 2023”.
Kegiatan pada Selasa (24/10/2023) itu menampilkan tiga tokoh untuk mengungkap kinerja pemerintah selama satu tahun ini. Yakni, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, dan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhammad Iqbal.
Lima Fondasi Utama
Sebagai pembicara utama, KSP Moeldoko bertutur tentang perjalanan Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi. Menurutnya, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
Seperti banyak negara lainnya, Indonesia harus menghadapi residu yang ditinggalkan oleh pandemi. Pada saat yang sama, kondisi geopolitik global yang tidak menentu, juga membuat situasi semakin kompleks.
Di saat itulah Indonesia menerapkan sejumlah strategi yang dilandasi semangat gotong royong dan kepemimpinan yang kuat. Strategi pertama, penanganan residu pandemi dengan cermat. Pemerintah melakukan upaya maksimal untuk mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi yang ditinggalkan.
Kedua, pemerintah menyalurkan bantuan sosial dengan efisien untuk memastikan tidak ada warga yang kelaparan, dan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan kepada mereka yang terdampak secara ekonomi.
Ketiga, pemerintah menjaga peran dari sektor koperasi, UMKM, dan korporasi dalam pemulihan ekonomi. Pemerintah harus memastikan bahwa tidak ada dari entitas bisnis ini yang gagal karena krisis.
Dari sisi anggaran, pemerintah melakukan relokasi anggaran. “Relokasi anggaran diikuti oleh taktik ‘gas dan rem’. Situasi naik kegiatan direm, longgar speed ditambah,” ucap Moeldoko.
Lepas dari krisis, Indonesia kini menatap visi Indonesia Maju 2045. Untuk mewujudkan hal ini, Moeldoko memaparkan, pemerintah telah menyiapkan lima fondasi utama. Fondasi pertama, pembangunan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, SDM yang berkualitas merupakan fondasi penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Kedua, pembangunan infrastruktur. Moeldoko mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan.
Ketiga, reformasi birokrasi. Menurutnya, birokrasi yang efektif dan efisien diharapkan akan mampu memberikan pelayanan publik yang lebih baik.
Keempat, perbaikan regulasi. Moeldoko mengatakan bahwa regulasi yang tidak ramah investasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Yang terakhir, fondasi transformasi ekonomi. Moeldoko menjelaskan, transformasi ekonomi penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia di era globalisasi.
Pemerintah juga terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, antara lain melalui hilirisasi industri dan pengembangan ekonomi hijau.
Konektivitas
Aspek lain yang menjadi perhatian pemerintah dalam mencapai visi Indonesia Maju 2045, adalah bidang konektivitas, khususnya di sektor jaringan internet. “Ada tiga aspek konektivitas yang perlu diperhatikan, yaitu kapasitas, coverage, dan kualitas,” ujar Menkominfo Budi Arie Setiadi.
Pada aspek kapasitas, Indonesia masih perlu mengejar negara-negara lain. Kecepatan internet rata-rata di Indonesia masih di angka 22 Mbps. Sedangkan dari aspek coverage, penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 78 persen.
Artinya, masih ada 22 persen penduduk Indonesia yang belum memiliki akses internet, terutama terjadi di daerah-daerah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T).
Pada aspek kualitas, internet di Indonesia juga masih perlu ditingkatkan. Masih banyak daerah di Indonesia yang mengalami gangguan sinyal internet, terutama di daerah pegunungan dan kawasan perairan. “Di kota sudah oke, tetapi di rural masih banyak yang harus dibenahi,” imbuhnya.
Back to the Map
Menarik disimak juga adalah catatan Jubir Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal. Menurutnya, pada 2023 Indonesia memiliki peran signifikan dalam forum internasional. Peran itu terlihat dalam berbagai forum, seperti G20, ASEAN, hingga terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Merujuk hal itu, Muhammad Iqbal menyimpulkan, frasa ‘back to the map’ yang tepat digunakan untuk menggambarkan kebangkitan Indonesia di dunia internasional, karena memiliki makna yang mendalam. "Pascareformasi, Indonesia sempat terpuruk dan kehilangan kepercayaan dunia internasional. Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan kebangkitan yang luar biasa," kata Iqbal.
Indonesia memiliki prinsip yang jelas dalam menjalankan politik luar negerinya. Indonesia mengedepankan prinsip tidak pernah menjadi masalah, namun hadir membawa solusi untuk dunia. Oleh karenanya, dia pun optimistis, Indonesia akan terus menjadi pemimpin di kawasan dan global di masa depan.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari