Minggu (22/11/2020) siang ada kemeriahan di area wisata Gua Selomangleng, Kota Kediri, Jawa Timur. Puluhan peragawati dan peragawan berlenggak-lenggok memamerkan busana khas kain ikat Kediri dengan desain modern tapi bernuansa tradisional. Rupanya, Pemerintah Kota Kediri tengah menggelar peragaan busana Dhoho Street Fashion (DSF) 2020 yang disiarkan secara virtual. Para pengisi acara dan penyelenggara dibatasi secara terbatas dan mengikuti protokol kesehatan secara ketat.
Format perhelatan tersebut bisa dibilang unik dan ikonik. Pergelaran ini mengangkat tema luar ruang (outdoor) dan mengeksplorasi ruang terbuka hijau, Museum Airlangga hingga pelataran Gua Selomangleng. Kegiatan Dhoho Street Fashion 2020 itu digelar di area wisata Gua Selomangleng, Kota Kediri, dengan melibatkan sejumlah desainer, baik lokal maupun nasional serta pelajar SMKN 3 Kota Kediri. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun turut hadir.
Dhoho Street Fashion 2020 membuktikan bahwa di tengah pandemi Covid-19 kreativitas mengangkat produk busana lokal tidak pernah surut. Di masa normal, kegiatan serupa DSF 2020 maupun gelar kesenian rakyat rutin dilakukan di area wisata ini.
Meski area wisata Gua Selomangleng masih ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona, kawasan Gua Selomangleng masih ramai dikunjungi para penghayat. Mereka berdoa di tempat itu sesuai keyakinan masing-masing. "Masyarakat penghayat yang datang dan melakukan ritual masih ada dan tetap kami persilakan. Tentunya dengan melakukan izin terlebih dahulu kepada juru pelihara yang akan mendampingi," jelas Endah Rubihastuti, Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri.
Ada sejumlah situs wisata religi yang ada di kawasan Gua Selomangleng. Selain Gua Selomangleng sendiri, terdapat makam Eyang Boncolono, Sumber Tretes, Sumber LO, Gua Padedean, Gua Selobale, juga penemuan Candi Klotok 1 dan 2. Konon, Gua Selomangleng sebagai tempat pertapaan Dewi Kilisuci (Sanggramawijaya Tunggadewi). Ia merupakan putri mahkota Raja Airlangga dan sebagai pewaris tahta Kerajaan Kahuripan.
Gua ini diperkirakan dibuat pada abad 10-11 Masehi. Menurut cerita di Gua inilah petilasan (tempat tinggal yang dikeramatkan) Dewi Kilisuci. Sebenarnya Dewi adalah penerus Kerajaan Kahuripan, namun ia memilih menghabiskan sisa umurnya untuk bertapa. Tujuannya agar seluruh warga Kediri terhindar dari segala marabahaya. Sampai akhir hayatnya Dewi Kilisuci tetap menyendiri.
Di samping kalangan penghayat, pada hari Minggu atau hari libur masih banyak masyarakat yang berolahraga di sana. Seperti jogging dan bersepeda. Kendati tidak sebanyak di kala sebelum pandemi Covid-19, kehadiran pengunjung tersebut cukup menghidupi pedagang kuliner setempat.
Selomangleng sudah jadi ikon Kediri. Kawasan Gua Selomangleng terletak di Jl Mastrip, Pojok, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Lokasinya berada di kaki Gunung Klotok atau sekitar 3,5 kilometer dari pusat kota Kediri. Lokasi ini dapat ditempuh baik menggunakan sepeda motor, maupun kendaraan roda empat. Kunjungan ke area wisata budaya ini biasanya membeludak saat liburan sekolah, Natal, dan Tahun Baru.
Selain bisa menikmati wahana yang ada, pengunjung juga disuguhi sudut pemandangan perbukitan di lereng Gunung Klotok. Pengunjung bisa merasakan segarnya air di kolam renang. Kemudian tak jauh dari Gua Selomangleng terdapat sebuah panggung kesenian. Area di sekitar gua inilah yang kerap dipakai untuk menggelar pertunjukan seni dan kebudayaan tingkat Jawa Timur. Bahkan setiap tahunnya, Pemerintah Kota Kediri melangsungkan pagelaran panji yang mendatangkan para seniman mancanegara untuk menampilkan karya-karya terbaiknya.
Di kawasan itu, pengunjung juga dapat mengenal dan belajar tentang sejarah Kediri di Museum Airlangga. Museum ini memiliki 147 buah koleksi arkeologi maupun etnografi. Museum ini berdiri pada 30 November 1991. Luasnya mencapai 6.670 meter persegi. Koleksi arkeologi yang ada di dalamnya merupakan peninggalan masa Kerajaan Kediri.
Tak jauh dari kawasan gua, terdapat situs yang baru ditemukan Candi Klotok yang berada di Bukit Klotok. Sebelumnya, bentuk situs hanya tampak bongkahan bata berserakan. Namun setelah adanya eskavasi dari Tim Arkeologi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, tampak bangunan candi tersebut dengan dua anak tangga di bagian depan (barat candi).
Pada Rabu (25/11/2020), tim BPCB Jatim menemukan bangunan baru semacam pentirtaan (tempat pemandian suci) yang diperkirakan dari era Kerajaan Kadiri atau Panjalu (asal muasal kota Kediri).
Pascapandemi, situs purbakala Candi Klotok ini diharapkan dapat menarik banyak wisatawan ke Kota Kediri. Terutama para pencinta sejarah. Sebab selain wisata Gua Selomangleng, candi baru ini juga akan menjadi paket wisata alam sekaligus budaya yang mengundang daya tarik tersendiri.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini