Kekuatan militer yang tangguh menjadi syarat mutlak dalam menjaga kedaulatan negara dan perdamaian.
Perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 TNI kali ini hadir dalam suasana dunia yang tidak menentu. Terjadi eskalasi konflik yang kian memanas di Timur Tengah, perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, hingga ketegangan di Laut Natuna Utara.
Di tengah berbagai ketegangan global itulah, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayahnya.
Dunia internasional kini menyoroti konflik di Timur Tengah. Israel tengah terlibat pertempuran sengit dengan Poros Hizbullah, Houthi, dan Hamas yang disokong Iran. Serangan rudal dan roket dari Iran ke Israel pada awal Oktober 2024 menunjukkan bahwa konflik ini semakin melibatkan aktor-aktor besar dan berisiko meluas.
Eskalasi itu, ditambah dengan ancaman penggunaan senjata nuklir, menjadikan kawasan Timur Tengah sebagai titik panas baru dalam geopolitik global. Sementara itu, di Eropa, perang Ukraina melawan Rusia juga masih berlangsung tanpa tanda-tanda mereda.
Di Asia Pasifik, ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara yang mengeklaim wilayah di Laut Natuna Utara, seperti Paracel dan Spratly, terus membara. Ketiga palagan perang itu menggambarkan potensi konflik global yang semakin nyata, di mana dua blok besar, yakni Amerika Serikat dan sekutunya versus aliansi Rusia dan Tiongkok, tengah saling berhadapan.
Dalam konteks geopolitik global yang memanas, Indonesia tetap memegang teguh prinsip politik luar negeri bebas aktif. Artinya, Indonesia tidak berpihak pada kekuatan mana pun dalam konflik internasional. Indonesia tetap aktif berkontribusi dalam menjaga perdamaian dunia.
Posisi ini menuntut Indonesia untuk bersikap cermat dalam menjaga hubungan diplomatik di tengah ketegangan global, sambil terus mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasional. Pada dirgahayu ke-79 TNI, dengan mengusung tema ‘TNI Modern Bersama Rakyat Siap Mengawal Suksesi Kepemimpinan Nasional Untuk Indonesia Maju’ tergambar visi besar TNI sebagai garda terdepan dalam menjaga kedaulatan bangsa.
Di mana, TNI diharapkan tidak hanya tangguh dalam hal pertahanan fisik, melainkan juga terus bertransformasi menjadi kekuatan yang modern, profesional, dan tetap dekat dengan rakyat. Ungkapan Latin ‘Si Vis Pacem, Para Bellum’ yang diusung oleh Jenderal TNI Agus Subiyanto saat uji kelayakan dan kepatutan untuk jabatan Panglima TNI pada November 2023, memiliki makna yang mendalam: "Jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang."
Pernyataan ini menegaskan bahwa meskipun Indonesia selalu mengutamakan perdamaian, kekuatan militer yang tangguh tetap menjadi syarat mutlak dalam menjaga kedaulatan negara.
Jenderal Agus juga menekankan bahwa penguatan sistem pertahanan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. "Sistem persenjataan dan pertahanan negara harus direncanakan untuk jangka panjang, apa yang kita bangun hari ini adalah untuk kesiapan satu hingga dua dekade mendatang," ujarnya.
Modernisasi Alutsista
Hal itu sekaligus menegaskan pentingnya modernisasi alutsista dan strategi pertahanan yang adaptif dalam menghadapi tantangan global. Dalam era modern, TNI dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks.
Tidak hanya terkait ancaman fisik seperti invasi atau konflik bersenjata, melainkan juga ancaman siber, ekonomi, dan diplomasi yang menjadi bagian dari strategi geopolitik global. Oleh karena itu, TNI terus didorong untuk menjadi TNI yang prima (profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif). Salah satu aspek penting dari upaya modernisasi TNI adalah peningkatan alutsista (alat utama sistem senjata) yang handal.
Dengan wilayah daratan dan lautan yang luas, Indonesia membutuhkan sistem pertahanan yang kuat untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI dari berbagai ancaman, baik yang bersifat regional maupun global. Program Rencana Strategis TNI 2020--2024 menjadi landasan penting dalam proses modernisasi ini, dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis serta tantangan-tantangan yang ada.
Tidak heran jika anggaran pertahanan Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di APBN 2024, Kementerian Pertahanan mendapatkan anggaran sebesar Rp139,27 triliun, dan pada tahun anggaran 2025 angka ini bertambah menjadi Rp165,16 triliun.
Hal ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk membangun kekuatan pertahanan yang kuat dan tangguh di tengah dinamika global. Namun, meskipun ada peningkatan, anggaran pertahanan Indonesia selama 10 tahun terakhir hanya berkisar 0,9 persen dari PDB.
Untuk mencapai anggaran yang ideal, yaitu antara 1--2 persen dari PDB, dibutuhkan komitmen politik yang kuat serta konsistensi dalam mendorong peningkatan anggaran melalui sumber-sumber APBN, baik pajak maupun nonpajak.
Terlepas dari gambaran di atas, peran TNI sebagai benteng pertahanan bangsa semakin krusial di tengah konflik global yang memanas. TNI harus terus bertransformasi menjadi kekuatan yang modern, tangguh, dan responsif terhadap perubahan.
Sementara itu, anggaran pertahanan yang memadai serta komitmen jangka panjang dalam pembangunan sistem pertahanan yang mumpuni menjadi kunci untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Dengan prinsip Si Vis Pacem, Para Bellum, TNI akan terus menjaga perdamaian melalui kekuatan dan kesiapan yang prima. Selamat Dirgahayu TNI ke-79, semoga terus berjaya sebagai garda terdepan bangsa, dalam menjaga kedaulatan negara dan mewujudkan Indonesia yang maju.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/TR