Indonesia.go.id - Tol Laut, Jembatan Ekonomi Maritim Indonesia

Tol Laut, Jembatan Ekonomi Maritim Indonesia

  • Administrator
  • Senin, 7 Oktober 2024 | 07:30 WIB
SATU DEKADE KEPEMIMPINAN JOKOWI
  Tol laut tidak hanya berkontribusi dalam efisiensi distribusi, melainkan juga dalam pengembangan industri kecil dan menengah (UKM) di daerah, terutama kawasan kepulauan. KEMENHUB
Jadi salah satu program andalan Indonesia sejak 2015, tol laut berhasil menekan harga barang pokok hingga 30 persen, terutama di wilayah 3TP.

“Sebelum ada Tol Laut, saya harus menunggu berbulan-bulan untuk barang kiriman. Kini dalam waktu dua minggu, barang yang saya pesan sudah tiba. Harga juga jauh lebih murah,” demikian diugkapkan Siti, seorang pedagang di Pulau Sumba. 

Tol laut juga dipandang sangat membantu dalam menurunkan inflasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Oleh karenanya, dengan mata berbinar, Siti pun bertutur riang ihwal kehidupannya kini yang berubah lebih baik. 

Siti bukanlah satu-satunya yang merasakan manfaat dari pembangunan infrastruktur tersebut. Banyak warga lainnya juga mengakui bahwa program ini telah memberikan kemudahan dalam memperoleh kebutuhan sehari-hari. “Sekarang, kami tidak perlu lagi khawatir tentang harga bahan pokok yang melonjak,” tambahnya.

Tol laut yang dibicarakan Siti itu merupakan program yang diluncurkan pemerintah pada 2015. Ini merupakan salah satu inisiatif penting Indonesia dalam menghubungkan wilayah-wilayah terluar, terdepan, tertinggal, dan perbatasan (3TP) dengan pusat-pusat ekonomi utama di Indonesia yang umumnya berada di wilayah Barat. 

Tujuan tol laut adalah untuk mengurangi kesenjangan distribusi barang dan meningkatkan konektivitas antarpulau. Tol laut berperan krusial dalam menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Perjalanan tol laut menjadi bahasan hangat di acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada 30 September 2024. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berbagi cerita tentang capaian tol laut yang dia klaim sangat menggembirakan. Salah satu tujuan utama program ini adalah mengurangi disparitas harga barang di berbagai wilayah, khususnya di Indonesia bagian timur, yang selama ini mengalami perbedaan harga yang signifikan dibandingkan dengan wilayah-wilayah di Indonesia bagian barat.

“Dengan adanya tol laut, harga barang pokok dapat turun hingga 30 persen, terutama di wilayah 3TP. Ini sangat membantu dalam menurunkan inflasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Budi, dalam dialog tersebut.

Hingga kini, tol laut telah menghubungkan 115 pelabuhan di seluruh Indonesia dengan 39 trayek aktif, mempercepat distribusi barang ke berbagai daerah, yang sebelumnya sulit dijangkau. Menurut Budi, program ini menciptakan pemerataan distribusi barang di wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi, seperti masyarakat di Papua dan Maluku, yang kini bisa mendapatkan barang dengan harga yang lebih stabil dan terjangkau.

Keistimewaan Tol Laut

Tol laut tidak hanya berkontribusi dalam efisiensi distribusi, melainkan juga dalam pengembangan industri kecil dan menengah (UKM) di daerah tersebut. Produk-produk lokal, seperti ikan dari Maluku, rumput laut dari Nusa Tenggara, hingga beras dari Merauke kini dapat didistribusikan lebih mudah ke seluruh Indonesia.

Di beberapa wilayah, seperti NTT dan Papua, meskipun masih menyandang status sebagai daerah termiskin, tol laut telah membuka peluang ekonomi baru. “Kupang, misalnya, kini memiliki industri-industri kecil yang tumbuh seiring dengan kemudahan akses distribusi yang disediakan tol laut. Ini adalah langkah awal yang penting dalam mengurangi kesenjangan pembangunan antardaerah,” kata Budi.

Dengan pencapaian yang telah diraih selama 10 tahun terakhir, pemerintah berencana untuk menambah trayek baru serta memperkuat integrasi logistik nasional dengan tol laut. “Kami menargetkan penambahan trayek hingga 10--25 persen dalam beberapa tahun ke depan, terutama untuk wilayah-wilayah yang masih belum terjangkau secara optimal,” harap Menhub.

Tantangan Menghadang

Meskipun tol laut telah membawa dampak positif yang besar, tantangan tetap ada. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI Moga Simatupang menyebutkan, salah satu tantangan adalah masalah muatan balik. Kapal-kapal yang mengirim barang ke daerah timur sering kali kembali dengan muatan kosong, yang pada akhirnya meningkatkan biaya logistik.

“Kita perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha setempat untuk mengoptimalkan potensi produk daerah yang bisa diangkut sebagai muatan balik,” kata Moga, di dalam forum FMB9 itu. 

Menurut Moga, daerah-daerah seperti Papua, Maluku, dan NTT sebenarnya memiliki banyak potensi, seperti hasil perikanan dan produk pertanian. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Perdagangan memperkenalkan program Sistem Informasi Gerai Maritim (SIGM) untuk mendorong pengembangan produk lokal sebagai bagian dari pemanfaatan tol laut. 

Program tersebut membantu mengidentifikasi produk unggulan dari daerah yang dilayani oleh tol laut dan memfasilitasi distribusi barang ke pasar domestik maupun internasional. 

Selain itu, gerai maritim juga mendorong pengusaha kecil dan menengah (UKM) di daerah untuk lebih aktif berpartisipasi dalam perdagangan antarpulau. Hal ini menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan daya saing produk lokal di pasar nasional.

“Tol laut bukan hanya jalur distribusi, melainkan penghubung bagi para pelaku usaha untuk menjual produk mereka ke wilayah yang lebih luas,” tegas Moga.

Dengan capaian yang terus meningkat, program tersebut menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur maritim dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat. Seperti yang disampaikan Menteri Perhubungan, “Tol laut adalah jembatan untuk menghubungkan semua pulau, agar setiap warga negara merasakan manfaatnya.”

Dalam perjalanan ke depan, tantangan masih ada. Namun dengan semangat dan dukungan semua pihak, cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia semakin dekat. 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/TR