Indonesia.go.id - Solusi Keterbatasan Air Baku di Bali

Solusi Keterbatasan Air Baku di Bali

  • Administrator
  • Minggu, 29 Agustus 2021 | 12:43 WIB
SUMBER DAYA AIR
  Warga mengambil air dari sebuah sumur di sebuah desa di Bali. ANTARA FOTO
Tambahan air baku 1,75m3/detik dari Bendungan Sidan akan menambah daya saing pariwisata di Bali. Debit Sungai Ayung akan berkurang, tapi kegiatan rafting musim basah tidak terganggu.

Pulau Bali selalu kehausan. Maklum, pulau seluas 5.700 km2 yang dihuni 4,3 juta penduduk itu setiap tahunnya harus menjamu dan memanjakan jutaan pelancong. Kebutuhan air pun terus meningkat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, pada 2019 produksi air bersih mencapai 120 juta m3. Konsumsi terbesar oleh Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Tabanan, yang merupakan daerah padat dan sekaligus menjadi destinasi wisata. Tingkat konsumsi air pada sarana niaga dan industri (terutama wisata) mencapai sekitar 30 persen dari keseluruhan. Yang terbesar masih konsumsi rumah tangga.

Kebutuhan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Sebelum terpangkas oleh serbuan pandemi Covid-19, wisatawan asing yang datang ke pulau Dewata ini mencapai 6,3 juta setahun dan ada sekitar 10,5 juta wisatawan domestik dengan tren yang meningkat. Antisipasi perlu dilakukan.

Sumber daya air di Pulau Bali terbatas. Menyedot air tanah hampir tidak mungkin lagi. Desalinasi air laut bisa saja. Hanya saja, meski lazim dilakukan, desalinasi dengan metode reverse osmosis itu masih mahal, sekitar Rp15.000–Rp20.000 per m3–itu pun kalau catu daya listrik yang diperlukan bisa tersedia. Air desalinasi belum mendukung peningkatan daya saing sektor pariwisata.

Dalam situasi yang mendesak itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun mengajukan solusi yang ekonomis dan berkelanjutkan berupa optimalisasi sumber daya alam yang tersedia, yakni memanfaatkan Sungai Ayung, sungai terpanjang di Bali (68 km) yang berhulu di Pegunungan Kintamani. Bendungan di kawasan itu dinamai Sidan, lokasinya agak ke arah hulu di peta daerah aliran sungai (DAS), di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Badung, Bangli, dan Gianyar.

Proyek Sidan ini merupakan salah satu dari 65 bendungan pada Proyek Strategis Nasional (PSN), dan  ini ditargetkan rampung 2022. Per Agustus 2021, progresnya telah mencapai 70 persen. “Dengan kapasitas 3,82 juta meter kubik, Bendungan Sidan ini bisa menjadi sumber air baku bagi kebutuhan rumah tangga dan pariwisata,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono

Toh, Bendungan Sidan itu saja belum cukup memenuhi kebutuhan air baku. Menurut Menteri Basuki, Kementerian PUPR masih akan membangun beberapa buah bendungan lagi. “Termasuk Bendungan Tamblang di di Kabupaten Buleleng yang saat ini juga sedang dikerjakan,” kata Menteri Basuki, dalam rilis di laman resmi Kementerian PUPR.

Bendungan Sidan itu sendiri dibangun di atas lahan 82,7 hektar di sebuah area perbukitan. Area yang dibebaskan berasal dari tiga kabupaten, yakni Badung, Bangli, serta Gianyar. Sebuah tembok urukan tanah, kokoh, berlapiskan beton kedap air, sepanjang 185 meter dibangun merentang di antara dua kaki bukit. Tebal tembok beberapa puluh meter di bagian bawah, dan 8,5 meter di bagian atasnya.

Bukan hanya dimaksudkan untuk penyediaan air baku PDAM, Bendungan Sidan ini juga bermanfaat untuk pengendalian banjir Sungai Ayung. Dari bendungan, air akan dilewatkan melalui terowongan sepanjang 453 meter sebelum kembali ke badan Sungai Ayung. Pengeboran terowongan kendali itu  sudah tembus selesai, setelah dikerjakan nonstop 11 bulan. Dan kini dalam tahap penguatan dengan struktur dinding besi betonnya. Lebar terowongan itu 5 meter.   

Berkat fasilitas bendungan dan terowongan tersebut, debit air Sungai Ayung yang saat banjir mencapai 406 meter kubik per detik, dapat dikendalikan maksimum 138 meter per detik. Daerah hilir sungai aman dari potensi hantaman air bah. Pada saat yang sama, air yang akan digunakan untuk PDAM dialirkan dulu untuk memutar turbin listrik. Ada produksi listrik mikrohidro berkapasitas 650 KWh.

Konstruksi  Bendungan Sidan dikerjakan Konsorsium PT Brantas Abipraya (Persero)–PT Universal Suryaprima dengan kontrak nilai kontrak sebesar Rp809  miliar. Bendungan itu mulai dikerjakan Oktober 2018.

Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida Kementerian PUPR Maryadi Utama mengatakan, Bendungan Sidan itu dapat memberikan manfaat bagi konservasi air, pariwisata, dan yang paling utama adalah penyediaan air baku sebesar 1,75 m3/detik, untuk Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Dengan kapasitas 1,75 m/detik itu, bila bekerja 12 jam per hari, bendungan itu bisa menyumbang 28 juta air bersih per tahun. Berarti, ada tambahan sekitar 20 persen dari kapasitas yang ada. Kontribusi yang sangat signifikan. Namun, sedikit banyak pengambilan air untuk air baku PDAM itu tentu bakal berpengaruh pada debit Sungai Ayung, termasuk kegiatan arung jeram (rafting) yang dilakukan di sisi hilir di daerah wisata Desa Ubud.

Dengan luas daerah aliran sungai sekitar 300 km persegi, dengan semua anak sungainya, kapasitas aliran air DAS ini sekitar 200–250 juta m3 saja. Artinya, 11–14 persen volume airnya akan dipakai untuk air baku ke PDAM. Porsi yang cukup besar. Namun, kegiatan rafting di sisi hilir diperkirakan tidak akan terganggu.

Badan bendungan ini masih bisa menjamin debit aliran Sungai Ayung terjaga di atas 100 meter kubik per detik pada bulan-bulan basah November–April. Jumlah itu bisa bertambah karena ada pasokan dari anak-anak sungai di hilir. Kegiatan rafting masih bisa dijalankan, bahkan lebih aman karena tak ada ancaman banjir bandang dari arah hulu.

Pada saat yang sama, ada tambahan air bersih untuk rumah tangga, kantor pemerintah, kafe, hotel, restoran, dan berbagai tempat pariwisata di sekitar Badung, Bangli, dan Gianyar. Sektor pariwisata itu menyumbang sekitar 70 persen dari pendapatan daerah bruto (PDB) di Bali. 

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari