Papua akan menjadi satu di antara sepuluh sentra olahraga nasional untuk membina atlet-atlet muda dengan sasaran utama merebut medali Olimpiade seperti tertuang dalam Desain Besar Olahraga Nasional.
Tuan rumah Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional 2021 tidak hanya sukses dari sisi penyelenggaraan. Mereka juga sukses dari sisi prestasi. Torehan tinta sejarah telah mereka tulis ketika untuk pertama kalinya mampu mendulang 261 keping medali terdiri dari 93 emas, 66 perak, dan 102 perunggu.
Dalam setiap perhelatan pesta olahraga multicabang nasional empat tahunan ini, menjadi kelaziman bila si empunya hajat selalu mendapat peluang mengerek koleksi medali dibandingkan PON sebelumnya. Tapi Papua berbeda, karena provinsi seluas 312.224 kilometer persegi atau tiga kali lebih luas dari Pulau Jawa ini adalah lumbung olahraga nasional.
Sudah tak terhitung berapa banyak atlet berkualitas dihasilkan untuk membela nama Papua di kancah nasional atau menjadi pahlawan olahraga bagi Indonesia di ranah internasional. Kita tentu tak lupa akan prestasi besar Raema Lisa Rumbewas di ajang Olimpiade. Tiga keping medali, dua perak dan satu perunggu dari tiga Olimpiade (2000, 2004, 2008) adalah bukti kehebatan atlet angkat besi kelahiran Biak, 10 September 1980 tersebut.
Lisa Rumbewas, demikian ia lebih dikenal, juga merebut perak Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2006 di Santo Domingo, Dominika, perunggu Asian Games 2002 Busan, Korea Selatan, dan emas SEA Games 2009 Laos. Lisa lahir dari keluarga olahraga. Ayahnya, Levi Rumbewas, adalah atlet binaraga hebat dan berprestasi mentereng di tingkat internasional.
Juara Asia 1991 di Korea Selatan, lima emas cabang binaraga pada SEA Games 1977-1991 menjadi catatan prestasi binaragawan kelahiran 15 Oktober 1948. Istrinya, Ida Korwa, adalah atlet angkat besi nasional era 1985-1986. Bakat itu kemudian diteruskan kepada Lisa, di mana Ida pun memilih menjadi pelatih bagi anaknya.
Sepupu kandung Lisa, yakni Nitya Krishanda Maheswari Korwa, adalah pebulu tangkis nasional spesialis ganda putri dan punya sederet prestasi membanggakan. Bersama Gresyia Polii, keduanya pada rentang 2014-2016 menjadi sosok paling disegani dan sempat bertengger di peringkat dua dunia sektor ganda putri. Ayah Nitya, mendiang Stephanus Korwa, merupakan pesepak bola Papua dan legenda klub Arema Malang. Ia lebih dikenal sebagai Panus Korwa, adik kandung Ida Korwa.
Pengaruh Bentang Alam
Cerita hebat keluarga Rumbewas dan Korwa adalah bagian kecil dari bagaimana Papua tanpa henti memunculkan talenta-talenta baru. Bentang alam dengan keragaman bentuk, dari pantai hingga pegunungan, ikut menempa mereka menjadi atlet dengan teknik dan semangat tanding di atas rata-rata. Misalnya saja di cabang taekwondo, ketika Glorya Rinny Keleyan sukses menjadi taekwondoin Papua pertama yang mampu merebut emas PON.
Ia merebut emas final kyorugi (tanding) Kelas Bantam (di bawah 53 kilogram) putri. Taekwondoin asli Papua itu di final mengalahkan Tsamarah Tsabitah (Jawa Tengah) di GOR Diklat Penerbangan Kayu Batu, Kota Jayapura. "Hari ini kita saksikan Papua berhasil meraih emas setelah beberapa kali PON tidak sekali pun memperolehnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Letnan Jenderal TNI (Purn) Thamrin Marzuki di Jayapura, Selasa (5/10/2021) seperti diberitakan Antara.
Papua juga berhasil menampilkan mutiara baru dari cabang menembak. Namanya Andreas Yunut Boky. Putra asli Boven Digoel ini sukses menguasai arena menembak dengan tiga emas dan sekeping perunggu dari Lapangan Tembak Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Silas Papare, Sentani. Ia mempersiapkan diri selama tiga tahun untuk merebut prestasi sebaik itu.
Kemudian ada judoka Wairifer Bukwab, Yewi Agus Sujatminto, Feronika Melanesya Rumbewas, dan Devita Lince Marisen Obinaru. Mereka bintang baru Bumi Cenderawasih yang siap mengisi pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Padepokan Judo Indonesia, Ciloto, Jawa Barat. Wairifer-Yewi menjadi pemenang pada nomor seni Nage No Kata putra dan Feronika-Devita di Ju No Kata putri.
Pelatih tim futsal Papua, Daud Arim mengakui bahwa alam Papua ikut membentuk karakter bertanding para atlet. Mereka yang berasal dari kawasan pegunungan memiliki stamina lebih kuat. Begitu pula dengan atlet-atlet yang lahir di kawasan pantai, tentu akan memiliki kecepatan lebih bagus.
Karena itu dalam komposisi tim futsal asuhannya, ia memasukkan 70 persen bibit-bibit lokal dari kawasan pantai dan pegunungan Papua. Mereka adalah hasil pemantauan Daud dari kompetisi amatir se-Papua. Hasilnya tim futsal mampu merebut emas setelah di final menyikat Jawa Barat, 4-2 di GOR Futsal, Kota Timika, Minggu (3/10/2021).
Sentra Olahraga Nasional
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali dalam konferensi pers di Media Center Kominfo PON Papua Klaster Kabupaten Mimika, Kota Timika, Senin (4/10/2021) mengatakan bahwa kemunculan talenta dan bibit baru Papua di PON harus disikapi oleh induk-induk cabang olahraga. Terlebih lagi telah terbit Peraturan Presiden nomor 86 tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Dalam DBON itu akan segera dibuat 10 sentra pembinaan atlet muda nasional di mana Papua menjadi salah satunya.
Sentra-sentra olahraga ini dibangun berdasarkan karakter olahraga di daerah-daerah tuan rumah sentra. Ini merupakan bagian dari persiapan jangka panjang dengan sasaran utama Olimpiade. Terdapat 12 cabang olahraga terukur menjadi prioritas untuk dibina agar dapat merebut medali Olimpiade. Mereka adalah angkat besi, atletik, bulu tangkis, balap sepeda, dayung, karate, menembak, panjat tebing, panahan, renang, senam artistik, dan taekwondo.
Terdapat dua cabang usulan yakni wushu dan pencak silat dan dapat dimasukkan apabila Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade. "Jadi, bibit-bibit muda Papua dan daerah-daerah lain harus dapat diambil, dibina dalam pemusatan latihan nasional, dan dipersiapkan untuk terjun dalam event internasional," kata Menpora.
Semoga saja dari tanah damai, di mana surga kecil jatuh ke bumi, bisa lahir pahlawan olahraga seperti Lisa Rumbewas. Bukan saja mengharumkan Indonesia, juga menjadi kebanggaan masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari