Komunitas Batik Toeli di sentra batik Laweyan, Solo, terdiri dari perajin disabilitas dengan talenta berkreasi tak biasa.
Beberapa waktu lalu sempat viral foto desain batik tak biasa. Motifnya adalah gabungan gambar Stadion Manahan Solo, gunungan, logo atau piktogram cabang-cabang olahraga diikuti atlet disabilitas, juga Rajamala, maskot ASEAN Paragames 2022. Semua gabungan gambar tadi dibuat dengan latar warna dasar merah di atas kain katun berukuran 2 meter x 1,15 meter.
Itulah karya Dian Primadyka, penyandang disabilitas tuna rungu asli Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah. Ia mendedikasikan kain batik tulis itu untuk menyambut ASEAN Paragames 2022 di Kota Solo. Dian adalah salah satu dari empat penyandang disabilitas yang bergabung dalam komunitas Batik Toeli, yang digagasnya bersama Muhammad Fauzan Wicaksono.
Mereka menjadikan tempat tinggal Fauzan di sebuah rumah beralamat di Jl Parangkusumo Gentan Baki nomor 19A, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, sebagai pusat kegiatan. Rumah bercat hijau buatan tahun 1970-an itu menjadi bengkel kerja mereka sejak 2020, ketika komunitas itu pertama kali didirikan.
Fauzan juga mendedikasikan tempat tinggalnya itu untuk lokasi produksi. "Saya tertantang untuk mengajak rekan-rekan penyandang disabilitas ini untuk lebih maju lagi dalam berkarya karena mereka punya potensi besar buat dikembangkan," kata pria 28 tahun itu, Selasa (2/8/2022).
Ia juga menggandeng produsen batik tulis asal Laweyan, Batik Mahkota, sebagai bapak angkat. Batik Toeli pun didaulat sebagai rumah produksi kreatif batik untuk penyandang disabilitas tadi. Seluruh bahan baku membatik serta kain dipasok Batik Mahkota.
Seluruh hasil produksi Dian dan kawan-kawan pun dipajang di ruang pamer Batik Mahkota. Fauzan menjelaskan, sejak dua tahun berdiri, Batik Toeli sudah mampu memberikan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Dian dan rekan-rekannya.
Fauzan mengaku tak salah memilih Dian sebagai mitra. Sebab, sosok pria berusia 32 tahun itu diakuinya serbabisa. Tak hanya mahir mencanting, Dian pun mampu mendesain aneka motif batik termasuk untuk jenis cap atau printing memakai komputer. Padahal, Dian awalnya hanya bekerja sebagai pencelup kain batik di Batik Mahkota sejak 2012.
Sejak di Batik Toeli itulah ia mengembangkan seluruh bakat dan kemampuan. Ia juga aktor pantomim potensial di Kota Surakarta dan sering diminta tampil di sejumlah lokasi, baik di Surakarta atau pun kota lainnya di Jawa Tengah. Dian sempat berguru kepada Septian Dwi Cahyo, aktor pantomim terkenal di Indonesia.
Motif Unik
Rumah produksi kreatif ini tidak hanya menciptakan motif batik ASEAN Paragames 2022. Komunitas kreatif unik ini sudah menelurkan lebih dari 100 motif batik, sejak didirikan. Sebagian besar motif tersebut berjenis kontemporer. Misalnya, motif Persis, klub kebanggaan warga Kota Surakarta, atau motif pebalap MotoGP, untuk menyambut gelaran balap motor di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Dian juga sedang mempersiapkan motif khusus menyambut perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2022. Motif khusus itu bergambar Proklamator RI Soekarno dan lambang negara Burung Garuda. Sejumlah wajah artis terkenal juga sempat dibuatkan motif batiknya. Dian mengaku tidak punya latar pendidikan khusus demi mempelajari setiap motif batik, termasuk yang bercorak flora atau yang telah lama menjadi pakem batik Laweyan, seperti sidomukti, parang, dan lainnya.
Waktu yang diperlukannya untuk membuat satu kain batik berbeda-beda tergantung dari tingkat kerumitannya. "Untuk motif ASEAN Paragames 2022 diselesaikan dalam waktu lima hari termasuk dengan pola agar pas jika dijahit sebagai baju batik. Sedangkan motif paling rumit seperti sidomukti atau parang perlu waktu paling lama 14 hari," ujarnya.
Fauzan mengatakan, para perajin disabilitas ini punya kelebihan dibandingkan perajin pada umumnya. "Mereka jauh lebih fokus dalam pengerjaan batik dan punya etos kerja tinggi. Sangat menyenangkan bisa bermitra dengan mereka," kata Fauzan.
Ia sendiri sampai hari ini masih mengandalkan media sosial sebagai ajang berpromosi paling ampuh. Lewat promosi gencar ini produk mereka kemudian mulai diliput oleh media massa nasional. Setelah mendapatkan pemberitaan yang luas, masyarakat pun menjadi mengenal karya Dian dan kawan-kawan. "Mas Dian juga aktif mempromosikan Batik Toeli ke berbagai komunitas sehingga menjadi lebih dikenal meski kami baru berdiri dua tahun ini," ungkap Fauzan.
Diborong Ibu Negara
Dian punya cerita menarik soal desain batiknya. Suatu hari, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, yang dikenal punya kepedulian tinggi terhadap penyandang disabilitas di tanah air, memborong karya Dian. Produk itu akan dijadikan cendera mata saat mengundang sejumlah istri pemimpin negara saat mendampingi suami mereka melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
"Saya waktu itu sangat senang karena produk yang dihasilkan bisa diborong Ibu Iriana buat tamu-tamunya ketika berkunjung ke Istana Bogor, Jawa Barat," ucap Dian mengingat peristiwa yang tejadi pada 2017 tersebut.
Tak hanya diborong Ibu Negara, Presiden Joko Widodo, pernah menjadikan Dian sebagai penerima simbolis sertifikat uji kompetensi profesi pembatik dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi pada 2 Oktober 2019.
Bahkan, Dian dijadikan sebagai salah satu orang Solo pertama yang mengantongi sertifikat itu. "Waktu itu Pak Presiden ucapkan selamat dan dia bangga kalau saya bisa lulus uji kompetensi sebagai pembatik profesional tersertifikasi," jelas Dian.
Fauzan mengatakan, karya-karya Dian bernilai jual tinggi kendati dirinya tidak pernah mematok berapa harga karya mitranya itu. "Itu kesepakatan antara Mas Dian dan pihak Batik Mahkota sebagai ayah angkat usaha kami ini," ujar Fauzan mengenai rumah produksi batik di kawasan Kampung Laweyan itu.
Saat ini Fauzan hanya ingin mengarahkan Dian untuk lebih fokus dalam menciptakan motif-motif batik tulis yang lebih unik dan dapat menjadi ciri khas dari Batik Toeli ke depannya.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari