Indonesia.go.id - Menjaga Akurasi di Kecepatan 350 Km/Jam

Menjaga Akurasi di Kecepatan 350 Km/Jam

  • Administrator
  • Minggu, 18 September 2022 | 16:32 WIB
KERETA CEPAT
  Kereta inspeksi (Comprehensive Inspection Train/CIT). Kereta cepat generasi keempat dari pengembangan kereta cepat produksi CRCC Qingdao Sifang Co Ltd yang sudah berdiri sejak 1900. Qingdao Sifang sejak April 2022 lalu telah merampungkan pembuatan 11 set EMU pesanan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Qindaao Sifang CO LTD
Operasional kereta cepat penumpang dilengkapi kehadiran kereta inspeksi yang mampu mengecek kondisi lintasan secara terukur dan akurat kendati sedang belari cepat.

Pencangkulan pertama pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden atau Surakarta oleh Gubernur Hindia Belanda Baron Sloet van de Beele, 17 Juni 1864, menjadi pembuka langkah masuknya moda transportasi massal modern pertama di Nusantara. Kala itu, kehadiran kereta api diperlukan untuk mengangkut rumpun-rumpun tebu menuju pabrik-pabrik gula di sekitar Semarang hingga Surakarta.

Jaringan rel kereta itu juga menjadi yang kedua di Asia, setelah sebelumnya kolonial Inggris melakukan pembangunan di India pada 1853. Dalam perkembangannya, kereta api tak hanya mengangkut rumpun tebu saja. Alat transportasi itu mampu membawa puluhan penumpang untuk sekali perjalanan.

Kemajuan dunia perkeretaapian di tanah air mencapai puncaknya 152 tahun kemudian. Yaitu, ketika Presiden Joko Widodo meletakkan batu pertama pembangunan jaringan kereta cepat (high speed railway), pada 21 Januari 2016, di kawasan sejuk Walini, Jawa Barat. Berbalut teknologi tercanggih dari Tiongkok, jalur kereta cepat ini menghubungkan Jakarta menuju Bandung sejauh 142,3 kilometer dan resmi beroperasi pada Juni 2023.

Disebut cepat karena kereta itu sanggup melaju hingga kecepatan maksimal 350 kilometer per jam dan melibas jarak 142,3 km hanya dalam 40 menit. Inilah jaringan kereta cepat pertama di Asia Tenggara.

Kereta-kereta canggih itu bergerak sebanyak 68 kali perjalanan dalam sehari untuk mengantarkan 30 ribu penumpang antara Jakarta dan Bandung atau sebaliknya. Tepat pada Kamis (1/9/2022) malam, kapal kargo Dau Hua milik perusahaan angkutan laut terbesar di dunia, Cosco Shipping dari Tiongkok berlabuh di Dermaga 200-201, Pelabuhan Nonpeti Kemas Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Perut kapal berbendera Panama buatan 1998 dan berbobot mati hampir 17 ribu ton itu berisi dua set EMU berbalut terpal hijau yang dibawa dari Pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, 5 Agustus 2022. Ini sekaligus ekspor perdana produk kereta cepat generasi terkini buatan Tiongkok.

Kedua set kereta (train set) itu terdiri dari satu set kereta penumpang berwarna dan lainnya adalah kereta inspeksi (Comprehensive Inspection Train/CIT). Unit berkode produksi KCIC400AF itu merupakan tipe terbaru kelas Fuxing, generasi keempat dari pengembangan kereta cepat produksi CRCC Qingdao Sifang Co Ltd yang sudah berdiri sejak 1900. Qingdao Sifang sejak April 2022 lalu telah merampungkan pembuatan 11 set EMU pesanan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan akan dikirimkan bertahap ke Indonesia hingga Februari 2023.

Secara kasat mata sulit membedakan bentuk kedua jenis kereta futuristik itu, kendati punya fungsi yang tak sama. Untuk set kereta penumpang yang disapa dengan Komodo Merah ditandai dengan warna merah dan abu-abu metalik di sepanjang gerbongnya. Sedangkan kereta inspeksi berkelir kuning cerah di samping kiri dan kanan gerbong. Kedua jenis kereta ini punya delapan gerbong dan panjang tiap gerbong rata-rata 25,6 meter, kecuali dua gerbong bermoncong lancip berukuran 27,9 meter.

Seperti dikutip dari website China Railways, di negara asalnya kereta CIT KCIC400AF sudah dioperasikan pada sekitar 10 lintas utama berkecepatan tinggi. Misalnya, Beijing-Guangzhou sejauh 2.298 km dan Shanghai-Kunming (2.252 km), dua lintas dengan jarak tempuh terjauh di Tiongkok yang dijangkau dengan kereta cepat. Seperti juga CIT Doctor Yellow di jalur Shinkansen, Jepang, kereta inspeksi Jakarta-Bandung punya fungsi yang sama.

 

Sarat Teknologi Canggih

Kendati melaju sangat cepat bak anak panah dilesatkan dari busur, fungsi CIT KCIC400AF sebagai pengecek kondisi lintasan tidak dilupakan. Ia mampu dengan sangat akurat mendeteksi kondisi lintasan, dan pemeriksaan terhadap sistem kelistrikan aliran atas (Overhead Contact System/OCS). Begitu pula pengecekan jaringan telekomunikasi antara kereta dan stasiun pengendali, sistem persinyalan yang terhubung dengan satelit dan masih banyak lainnya.

Sesuai fungsinya, kereta CIT ini punya spesifikasi yang diperlukan untuk inspeksi jaringan rel di jalur Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya. Ia diberangkatkan paling pagi, sekitar pukul 4.00 WIB atau sebelum Si Komodo Merah beroperasi. Untuk membantu kereta yang hanya ada beberapa unit saja di dunia, tersemat beragam teknologi paling canggih saat ini. 

Menurut Direktur Rolling Stock di proyek itu, Liu Shaoyu, produsen CIT KCIC400AF telah membenamkan teknologi tinggi pada moda transportasi yang kerap dijuluki sebagai kereta peluru (bullet train) tersebut. Unit CIT ini ditenagai oleh 16 motor listrik YJ302A berkekuatan 625 kilowatt (kW). Misalnya, dalam pembagian fungsi di tiap gerbong CIT ini.

Gerbong satu difungsikan untuk kebutuhan pengujian lintasan, sedangkan gerbong dua memeriksa sistem persinyalan dan komunikasi. Kemudian gerbong tiga untuk fungsi OCS dan gerbong empat serta tujuh sebagai ruang kantor. Gerbong lima berfungsi sebagai restorasi, gerbong enam merupakan ruang pertemuan dan gerbong delapan untuk fungsi sinyal dan integrasi rel-roda.

Sedangkan Presiden Direktur KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, pemeriksaan jalur lintasan oleh CIT tetap terukur dan akurat kendati sedang belari cepat. Untuk mengukur geometri lintasan, CIT menerapkan teori inersia, pemrosesan gambar berkecepatan tinggi, dan teknologi laser berkecepatan tinggi. Dengan begitu, kereta CIT mampu melakukan pengukuran akurat terhadap lebar rel, kesejajaran rel, pertinggian rel kiri-kanan (cross section), dan lendutan rel.

Lalu untuk OCS, teknologi pengukuran kontak dan nonkontak digunakan untuk mengukur parameter geometri kawat kontak, parameter interaksi antara pantograf dan kawat kontak, dan parameter power supply secara realtime. Ada juga sistem pengukuran gaya kontak antara pantograf dan kawat kontak, hard spot, arcing, dan lainnya. Ditambah sistem pengukuran optik untuk mengukur ketinggian kawat kontak, jarak penyangga  horizontal dan vertikal antara dua kabel kontak.

Untuk kebutuhan pemeriksaan komunikasi, kereta khusus ini dilengkapi peralatan untuk mengukur jangkauan sinyal komunikasi, gangguan medan elektromagnetik lingkungan, data suara dan data kontrol layanan penumpang, serta data kontrol kereta. Sedangkan untuk pemeriksaan persinyalan, CIT dirancang dapat mengukur peralatan parameter persinyalan seperti balise untuk mengetahui posisi kereta, track circuit (keseimbangan kereta), kapasitor kompensasi, dan arus balik traksi.

Kereta ini punya peralatan mengukur dan menguji gaya dinamika rel dengan parameter kekuatan rel-roda secara vertikal/lateral, koefisien derailment, dan rasio pengukuran beban roda. Kemudian gaya wheelset lateral, akselerasi badan kereta secara vertikal/lateral, akselerasi kerangka lateral, dan akselerasi kontak gandar vertikal. Ada juga peralatan pemeriksaan sistem integral yang berfungsi sebagai sinkronisasi lokasi, kalibrasi waktu, dan pengolahan data inspeksi secara komprehensif, monitoring video kamera pengawas, dan jaringan data.

Peralatan untuk kebutuhan sistem integral ini telah dilengkapi encoder, teknologi RFID dan GPS untuk mendapatkan lokasi yang akurat saat dalam kecepatan tinggi, dan presisi lokasi hingga dua meter. “Kehadiran kereta ini menjadi penting untuk menguji kualitas dan pemeliharaan kereta cepat Jakarta-Bandung agar dapat beroperasi dengan kualitas pelayanan terbaik bagi seluruh penumpang,” kata Dwiyana.

 

Sinyal Berbasis GSM-R

General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry menjelaskan, untuk sistem berbasis teknologi terkini di lintas Jakarta-Bandung ini dibagi menjadi Signaling System, Communication System, dan Information System. Untuk komunikasi berbasis teknologi nirkabel GSM-R memakai sistem canggih, CTSC-3, yang telah diterapkan pada seluruh lintasan kereta cepat di Tiongkok.

Pada sistem ini menghasilkan komunikasi dua arah yang baik antara kereta cepat dengan peralatan di sepanjang lintasan bahkan ketika memasuki 13 terowongan. Termasuk di Cikalong Wetan sepanjang 4.478 meter, dan menjadi yang terpanjang di ruas Jakarta-Bandung. Frekuensi GSM-R yang digunakan berada pada jalur 900 MHz (876-915 Mhz Uplink dan 921-960 MHz Downlink) yang berada pada rentang frekuensi GSM mobile di Indonesia. Untuk menggunakan frekuensi tersebut, dibutuhkan bandwidth 4 MHz untuk Uplink dan 4 MHz untuk Downlink.

Sistem GSM-R ini diterapkan secara terintegrasi untuk tujuan monitoring dan kontrol kereta cepat, sistem persinyalan, pengaturan shunting di Tegalluar, pemeliharaan trase, layanan penumpang dan sistem diagnostik. Teknologi GSM-R dipakai untuk berbagai keperluan selama perjalanan kereta dan disajikan dalam bentuk data Dynamic Velocity Curves (DVC). Data ini kemudian disambungkan ke peralatan on-board di ruang kendali kereta sehingga memudahkan kerja masinis.

Bagi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo, kehadiran kereta cepat ini selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pergerakan orang di jalur Jakarta-Bandung, juga menjadi kesempatan Indonesia belajar alih teknologi perkeretaapian ultramodern dari Tiongkok.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari