Vaksinasi kembali dikebut. Pasokan AstraZeneca 3,852 juta dosis datang. Presiden Xi Jinping menjanjikan 10-15 juta dosis pada Mei 2021.
Sebanyak 3,852 juta dosis vaksin siap pakai dari AstraZeneca kembali mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Senin petang, 26 April 2021. Vaksin yang diangkut pesawat Emirates EK-9258 itu datang dari jalur Covax Facility, tak berbayar, karena dari perjanjian multilateral bersama WHO dan sejumlah lembaga donor. Ini merupakan paket vaksin ke-9 sejak kedatangan pertama pada 6 Desember 2020.
"Alhamdulillah, dengan mengucap puji syukur kepada Allah, malam hari ini Indonesia menerima batch kedua vaksin dari jalur multilateral yaitu dari Covax Facility berupa vaksin jadi AstraZeneca sebesar 3,852 juta dosis,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam keterangannya di lokasi kedatangan vaksin. Pada batch pertama 8 Maret 2021, Indonesia menerima jatah 1,1 juta dosis.
Kedatangan vaksin memang patut disyukuri di tengah persaingan banyak negara untuk mendapat jatah vaksin, baik yang komersial (bilateral) maupun yang gratis dari Covax Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group. Dalam Covax AMC, Menlu Retno Marsudi duduk sebagai salah satu co-chair yang ikut mempengaruhi keputusan yang diambil.
Covax AMC sendiri adalah badan yang mensinergikan kerja sama di antara organisasi-organisasi internasional di bawah PBB, seperti WHO, Unicef, Bank Dunia, IMF, dan lembaga-lembaga filantropi serta industri farmasi dalam penyediaan vaksin untuk dibagikan pada sejumlah negara. Utamanya, kepada negara-negara dengan penghasilan sedang dan rendah.
Persaingan vaksin tak terelakkan setelah dalam sembilan pekan terakhir insidensi penularan Covid-19 terus menanjak. Pada pekan ketiga April 2021, insidensi hariannya secara global telah mencapai 5,3 juta kasus per hari. Angka ini melampaui rekor delapan juta kasus per hari pada Januari 2021. Brazil, Turki, Iran, dan India adalah negara-negara yang mencatatkan kasus harian tinggi.
Semua negara memerlukan vaksin. Covax AMC harus berpikir keras untuk membagi-bagi vaksin demi memperoleh manfaat maksimal. Di situlah arena diplomasi berperan. “Kita terus berupaya agar program vaksinasi nasional berjalan cepat. Siang dan malam kita terus melakukan diplomasi agar kebutuhan vaksin kita tercukupi,” tuturnya.
Indonesia sendiri masih memerlukan vaksin lebih banyak lagi. Dari delapan kali pengiriman sebelumnya, tersedia sekitar 48,7 juta dosis vaksin (jadi) Sinovac dari Tiongkok dan 1,1 juta dosis Astra-Zeneca. Dengan tambahan 3,852 juta vaksin itu, kini tersedia hampir 54 juta dosis vaksin. Sebagian telah terpakai untuk vaksinasi nasional yang dimulai 13 Januari 2021.
Terkait diplomasi vaksin itu pula Presiden Joko Widodo pun melakukan telekonferensi level tinggi dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Intinya, Presiden Jokowi mendesak ke Pemerintah Tiongkok agar menambah pasokan vaksin CoronaVac, yang diproduksi perusahaan farmasi Sinovac.
“Alhamdulillah, Bapak Presiden sudah melakukan conference call (panggilan konferensi,red) tingkat tinggi dengan Pemerintah Tiongkok dan hasilnya bagus sehingga di bulan ini kita mendapatkan (tambahan) vaksin dari Sinovac. Ada tambahan vaksin Sinovac yang akan masuk antara 10 sampai 15 juta pada April dan Mei,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang memberikan keterangan persnya bersama Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 26 April 2021. Dari Sinovac, kiriman terakhir tiba 18 April lalu sebanyak 6 juta dosis bulk (bahan vaksin).
Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan kabar baik yang lain bahwa melalui renegosiasi Menlu Retno Marsudi dengan Covax AMC, Indonesia memperoleh percepatan penerimaan dosis vaksin. Selain pasokan 3,852 juta dosis AstraZeneca yang telah tiba pada Senin petang itu, kiriman akan berlanjut di bulan Mei. “Bulan depan akan datang lagi dua kali 3,8 juta,” ujarnya.
Dengan datangnya kiriman sejumlah dosis vaksin Covid-19 tersebut ke Indonesia pada April ini dan komitmen pasokan di bulan Mei, pemerintah akan kembali melakukan percepatan langkah vaksinasi, setelah sebelumnya agak berkurang intensitasnya demi menjaga stok vaksin di dalam negeri.
“Pesan saya ke seluruh jajaran kepala daerah, yuk kita suntikan lagi. Kemarin agak kita rem sedikit karena suplainya kurang. Tapi sekarang suplai untuk Mei akan cukup banyak, untuk itu segera akan kita kembalikan pace penyuntikannya seperti semula,” Menkes menambahkan.
Per 25 April 2021 vaksinasi nasional sudah menjangkau 18,6 juta orang, dengan 6,83 juta di antara mereka (2.5 persen dari populasi), menerima dosis lengkap dua suntikan. Indonesia masuk dalam 10 besar negara dalam memberikan layanan vaksinasi.
Hingga saat ini ada 13 vaksin yang resmi telah mengantungi sertifikat emergency use autorization (EUA) setidaknya dari satu negara. Yang paling populer ialah Oxford-AstraZeneca, yang digunakan di 136 negara. Pfizer-BioNTech di peringkat kedua dengan 95 EUA, dan Sputnik-V mengantungi 63 sertifikat EUA.
Pada papan tengah dalam popularitas, ada Vaksin Moderna dari AS (48 EUA), Johnson & Johnson (46), Sinopharm dari Tiongkok (43), dan CoroVac buatan Sinovac Tiongkok (28). Pada peringkat berikutnya Covaxin buatan Bharat Biotect India (14), Convidecia Tiongkok(6), EpiVac Corona dari Rusia (3), RBD Dimer dari Tiongkok (3), Sinopham dari Tiongkok (3), CoviVac Rusia (1), dan Qaz Covid-in Kazakhstan (1).
Selalu ada kontroversi terkait efikasi dan efektivitas vaksin-vaksin tersebut, terutama ketika harus menghadapi varian baru Covid-19 yang terus muncul. Namun, fakta yang ada menunjukkan bahwa negara yang mencatat tingkat vaksinasi tinggi, seperti Kerajaan Inggris dengan realisasi 50,5 persen dari populasi, dan Amerika Serikat 42,6 persen, berhasil menekan penularan Covid-19.
Di Inggris, insidensi Covid-19 per hari saat ini sekitar 2.400 kasus, jauh menurun dari level 60.000 kasus per hari pada awal Januari 2021, ketika vaksinasi baru dimulai. Pada kurun yang sama, kasus harian di AS juga menyusut dari rata-rata 250.000 kasus menjadi kini di bawah 60.000 kasus sehari. Seiring dengan situasi itu, angka kematiannya pun jauh menurun.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari