Indonesia.go.id - Anak-Anak Disayang, Anak-Anak Divaksin

Anak-Anak Disayang, Anak-Anak Divaksin

  • Administrator
  • Senin, 5 Juli 2021 | 16:19 WIB
VAKSINASI COVID-19
  Petugas kesehatan melakukan skrining pada seorang anak yang mengikuti vaksinasi COVID-19 dosis pertama di Lapangan Kesdam IX/Udayana, Denpasar, Bali, Jumat (2/7/2021). ANTARA FOTO/ Nyoman Hendra Wibowo
Di mana-mana ancaman Covid-19 kepada kelompok anak 0--18 tahun meningkat. Varian baru membuat mereka semakin rentan. Vaksinasi kepada anak secara global sedang dimulai.

Virus corona kini tak pandang usia. Tua, muda, bocah, semua diserbu. Dalam update-nya di situs resmi, Central Desease Control  and Prevention (CDC), otoritas federal yang menangani penyakit menular di Amerika Serikat (AS), pada 26 Juni 2021, merilis data bahwa probabilitas semua kelompok usia terserang Covid-19 adalah sama besar. Pandangan bahwa kelompok lansia (lanjut usia) memilki peluang terinfeksi lebih besar, sudah tidak berlaku.

Dalam catatannya, CDC membagi pasien dalam sembilan kelompok usia, yakni 0–4 tahun, 5--17 tahun, 18--29 tahun, 30--39 tahun, 40--49 tahun, 50--64 tahun, 65--74 tahun, 75--84 tahun, dan 85 tahun ke atas. Dari semua kelompok itu, usia bugar 18-29 tahun dijadikan acuan.

Ketika data nasional tentang mereka, yang terdeteksi positif terinfeksi Covid-19, ternyata tak ada perbedaan nyata dalam hal prevalensinya dengan kelompok acuan. Orang-orang tua berpeluang sama dengan orang muda, atau bahkan anak-anak, untuk tersambar Covid-19.

Yang berbeda adalah dampaknya. Kelompok balita (bawa lima tahun) sama peluangnya dikirim ke rumah sakit dengan kelompok 5--17 tahun dan 18--29 tahun. Meski ada yang harus dirawat di RS, mereka umumnya hanya gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali. Sementara itu, untuk kelompok lansia 65--74 tahun punya risiko masuk RS enam kali lebih besar. Bahkan, kelompok 75--84 tahun 9 kali lebih besar, dan yang 85 tahun ke atas 15 kali lebih besar.

Begitu halnya dengan risiko kematian. Risiko yang berbeda terjadi karena munculnya varian baru yang saat ini ada tujuh jenis di AS dengan varian Alpha B-117 dan Delta B-1617.2 disebut paling dominan. Ada pula varian Epsilon B-1427 dan B-1429, asal Amerika, yang cukup galak.

Dengan hadirnya banyak varian itu, kelompok usia tua menjadi semakin rentan. Pada usia 0--4 tahun, 5--17 tahun, dan 18--29 tahun, angka kematian akibat Covid-19 relatif sama. Tiga kelompok ini punya risiko yang sama. Kelompok usia 30--39 tahun punya risiko kematian empat kali lebih besar, dan yang 40--49 tahun  10 kali lebih besar.

Semakin tambah usia semakin besar risikonya. Maka, yang berusia 50--64 tahun risikonya 35 kali lebih besar, yang 65--74 tahun 95 kali lebih besar, bahkan yang 85 tahun ke atas risikonya 610 kali lebih besar ketimbang yang usia 0--29 tahun. Para lansia tetap kelompok paling rentan pada situasi pandemi ini. Namun, dibandingkan potret di 2020, ada yang berubah. Yakni, kelompok anak dan remaja yang dulunya dianggap kurang berisiko, kini dipandang cukup rawan.  

Di India dampak serangan Covid-19 kepada kelompok anak cenderung meningkat. Pada 21 Mei 2020, menurut The Times of India (edisi 10 Juni 2020), kelompok bocah  0--14 tahun hanya menyumbang 0,5 persen terhadap kasus positif Covid-19. Pada awal Juli 2020, angka meningkat menjadi 1 persen.

Berikutnya, menurut Bloomberg Quint (21 April) mencatat, kasus positif aktif anak usia 0--10 tahun pada Desember 2020 adalah 2,97 persen, dan melonjak menjadi 4,03 persen di medio April 2021. Tentu, kelompok 0--14 tahun lebih besar lagi. Yang ditekankan oleh Bloomberg Quint adalah semakin hari anak-anak yang terserang Covid-19 semakin besar porsinya.         

Situasi yang sama juga terjadi di Inggris. Lonjakan Covid-19, yang kembali melanda Inggris pada Juni 2021, mengerek kasus positif hariannya dari 2.000-an ke 22.000-an di akhir bulan. Bukan lonjakan yang kecil. Akibatnya, kasus positif pada siswa sekolah dasar dan menengah meroket.

The Guardian (29 Juni) mencatat, setiap hari satu dari 20 siswa di Inggris absen dengan alasan yang terkait Covid-19, di antaranya melakukan swab tes, vaksinasi, atau menjalani isolasi. Per 24 Juni, menurut The Guardian, ada 15 ribu siswa sekolah negeri yang menjalani isolasi mandiri. Melonjak 66 persen dari minggu sebelumnya.

Sampai menjelang akhir 2020, kasus Covid-19 pada kalangan anak-anak dan remaja di Inggris bukan isu serius. Angkanya di bawah 2 persen. Namun, situs opendata di akun comden.gov.uk pada 29 Juni lalu merilis potret terbaru, yakni. Covid-19 pada kalangan anak-anak bukan lagi urusan sepele. Dari kasus aktif yang terbaru, anak-anak usia 0--9 tahun menyumbang 5,52 persen, dan usia 10--19 tahun berkontribusi 13.74 persen. Risiko untuk anak dan remaja tidak main-main.

Fenomena Covid-19 pada anak dan remaja itu sudah menjadi masalah global. Masyarakat Indonesia sempat dikagetkan dengan kabar yang dirilis Satgas Covid-19, dalam laporan bertajuk “Update Data Nasional dan Analisis Kasus Covid-19 pada Anak-anak” per 24 Juni 2020. Kelompok anak usia bawah 18 tahun anak ini cukup besar, yakni 12,6 persen dari seluruh pasien yang positif Covid-19.

Dari kelompok anak-anak itu, sebagian besar yang terpapar ialah bocah usia SD (7--12 tahun), yakni 28 persen, kemudian kelompok anak SMA (16--18 tahun) sebesar 25 persen, dan anak SMP (usia 13--15 tahun)  20 persen. Namun, yang paling rentan terhadap risiko kematian adalah anak-anak bayi 0--2 tahun. Mereka menyumbang 0,81 persen terhadap seluruh korban jiwa Covid-19. Porsi mereka lebih besar dibanding usia 16--18 tahun yang 0,22 persen atau 3--6 tahun yang 0,19 persen.

Kondisi yang memprihatinkan ini  membuat sejumlah negara kini membuka program vaksinasi bagi anak-anak, meski masih pada batas 12-17 tahun. Selama Juni 2021, beberapa negara telah  mengeluarkan keputusan resmi untuk melakukan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12--17 tahun. Di Asia Tenggara dan Asia Timur, yang akan melakukan vaksinasi untuk anak-anak adalah Indonesia, Singapura, Filipina, Hongkong, Tiongkok, Jepang, dan Korea.

Di Kawasan Teluk, negara yang akan mengawalinya adalah Uni Emirat Arab, dan di saat yang sama banyak negara akan melaksanakannya, di antaranya Inggris, Prancis, Norwegia, Austria, Hungaria, Italia, Spanyol, dan banyak lainnya. Amerika Serikat juga akan mempelopori vaksinasi anak.

Sejauh ini, baru tiga produsen yang melaporkan telah melakukan uji klinis lengkap vaksinnya untuk kelompok anak, yakni Moderna, Pfizer-Bintech (keduanya dari AS), dan Sinovac dari Tiongkok. Tidak tertutup kemungkinan produk lainnya akan segera masuk ke pasaran vaksin anak-anak.

D Indonesia, vaksin Sinovac sudah mendapatkan izin edar (emergency use authorization/EUA)  dari  Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan siap dioperasikan Juli ini. Skala serangan Covid-19 pada anak di Indonesia belum terekam secara representatif.

Pencatatan di DKI Jakarta belakangan menunjukkan, sekitar 12--13 persen dari kasus positif  harian ialah anak-anak di bawah 18 tahun. Angka ini dekat dengan catatan Satgas Covid bahwa secara kumulatif pada 2020, anak-anak menyumbang 12,6 persen dari kasus positif. Hal tersebut ikut mengglorifikasikan bahwa insidensi Covid-19 pada anak-anak di Indonesia tertinggi di dunia.

Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) punya catatan yang berbeda. Sampai pertengahan Juni 2021, ada 130.000 pasien Covid-19 dari kelompok anak, dari sekitar 2 juta kasus yang muncul sejak pandemi. Jadi, porsinya hanya 6,5 persen. Catatan lain dari Satgas Covid-19 menyebutkan, per 10 Agustus 2020 terdapat 127.083 kasus positif, dan dari kelompok anak di bawah 18 tahun ada 3.928 kasus atau 3,1 persen.

Rincian angka-angka tersebut bisa berbeda, namun ada kepedulian yang sama bahwa semakin hari porsi anak-anak yang terpapar Covid-19 semakin besar. Vaksinasi yang dilakukan sejak Januari lalu di Indonesia menyasar pada orang-orang dewasa, sehingga anak-anak relatif tidak terproteksi, kecuali oleh imunitas tubuhnya yang terbentuk secara alamiah.

Pada saat yang sama muncul berbagai macam varian baru yang telah terbukti punya daya transmisi lebih cepat dan virulensi yang lebih kuat, yang mampu menembus imunitas tubuh anak dan remaja. Mereka perlu vaksin dan para orang tua perlu membantu mereka agar bisa mendapatkannya.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari