Indonesia.go.id - Perisai Tambahan bagi Nakes Garda Depan

Perisai Tambahan bagi Nakes Garda Depan

  • Administrator
  • Sabtu, 10 Juli 2021 | 08:09 WIB
VAKSINASI COVID-19
  Sejumlah petugas kesehatan beraktivitas di RSUD Pandan Arang, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (29/6/2021). Antara Foto/ Aloysius Djarot Nugroho
Tenaga Kesehatan (nakes) merupakan salah satu garda penentu dalam upaya mengakhiri pandemi. Namun kini angka kematian nakes justru relatif tinggi. Pemerintah pun memutuskan pemberian vaksinasi ketiga.

Pemerintah senantiasa melindungi tenaga kesehatan (nakes) baik secara fisik maupun mental. Hal itu penting, terlebih di tengah gelombang kedua penularan Covid-19 di tanah air.

Kesiapan nakes dalam memberikan pelayanan di tengah lonjakan kasus Covid-19 bisa dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan menghalau serangan virus SAR COV-2. Oleh karena itu, menjaga kondisi nakes senantiasa prima, baik secara fisik maupun mental, menjadi tanggung jawab bersama.

Itulah sebabnya, dalam keterangan tertulisnya, pada Jumat (9/7/2021), Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan, pentingnya pemerintah membuat sistem perlindungan bagi para nakes.

"Tugas nakes bukan saja membantu kesembuhan para pasien Covid-19, tetapi juga menjaga dan melindungi dirinya serta keluarganya agar tidak ikut terinfeksi virus. Oleh karenanya, kami meminta pemerintah membuat sistem perlindungan untuk nakes, baik secara fisik maupun mental," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, data yang dikumpulkan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), menunjukkan bahwa sejak awal pandemi, yakni 2 Maret 2020, hingga 28 Juni 2021 ada sebanyak 1.031 SDM medis yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona mutan.

"Jadi, Indonesia telah kehilangan ribuan pejuang kesehatan akibat pandemi ini. Dengan kasus harian yang terus melonjak, kondisi para nakes semakin mengkhawatirkan," ungkap Puan.

Bukan hanya itu, dari laporan yang diperolehnya, Puan mengungkapkan, para SDM medis yang terpapar Covid-19 juga tidak memiliki banyak waktu untuk memulihkan kesehatannya. Begitu tes menyatakan hasil negatif, sambung dia, para SDM medis penyintas Covid-19 itu kerap langsung diminta kembali bekerja karena keterbatasan jumlah tenaga medis di rumah sakit.

Itulah sebabnya, Puan pun kemudian mengajak masyarakat luas untuk dapat terus turut mengapresiasi para tenaga kesehatan yang sedang bekerja keras menangani pandemi. "Atau kalau belum bisa mengapresiasi, minimal masyarakat, khususnya keluarga pasien, agar menghindari selisih paham atau tuduhan-tuduhan yang kontraproduktif kepada para nakes, sehingga tidak berakibat melemahkan mental dan fisik mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PERSI, Lia Gardenia Partakusuma dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (5/7/2021), mengatakan bahwa dari data total SDM medis yang meninggal, ada 405 dokter, 43 dokter gigi, 328 perawat, 160 bidan, dan 95 SDM medis lainnya.

 

Pekan Depan

Upaya memberikan perlindungan bagi para nakes garda terdepan tentunya telah menjadi pemikiran serius dari Pemerintah Indonesia, terlebih saat angka penularan Covid-19 mengalami kenaikan signifikan, mulai beberapa pekan belakangan. Hingga pada Jumat (9/7/2021), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menghadirkan informasi terkini terkait upaya perlindungan bagi SDM medis. Bentuknya adalah program vaksinasi ketiga.

Satgas PC-PEN mengungkapkan, program vaksinasi ke-3 akan dilakukan mulai minggu depan untuk 1,47 juta SDM medis. "Teknis pelaksanaannya akan diatur oleh Kementerian Kesehatan," tulis satgas dalam paparan Airlangga di konferensi pers itu.

Penegasan pemberian vaksinasi ketiga hanya untuk SDM medis disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dia menjelaskan, hal itu perlu lantaran target vaksinasi nasional belum tercapai sehingga prioritas diberikan kepada nakes yang bekerja di garis terdepan dalam penanganan Covid-19.

“Penting untuk kita pahami, vaksinasi ke-3 ini hanya diberikan kepada nakes karena mereka yang setiap bertemu dengan virus Covid-19,” katanya dalam konferensi pers, dikutip dari YouTube Perekonomian RI, Jumat (9/7/2021).

Pada kesempatan itu, Menkes Budi juga mengakui, telah mengantongi rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), sebagai penasihat independen, untuk melaksanakan program vaksinasi ketiga tersebut. “Sudah disetujui bahwa vaksin ke-3 akan diberikan menggunakan vaksin Moderna,” katanya.

Vaksin Moderna sendiri, menurut Menkes Budi, akan datang pada Juli, sebanyak 4 juta dosis secara bertahap.

 

Pengembangan Vaksin

Tak hanya di ranah kebijakan, vaksinasi ketiga juga tengah menjadi perbincangan serius di dunia riset. Penelitian atas vaksin booster (penguat) juga terus dikembangkan, di antaranya oleh Pfizer dan BioNTech.

Perusahaan itu telah mengumumkan aktivitas pengembangan vaksin penguat Covid-19 yang mereka lakukan dengan tujuan melumpuhkan jenis virus corona varian Delta. Perusahaan itu mengatakan, mereka percaya suntikan ketiga dari vaksin dua dosis mereka kini memiliki potensi untuk mempertahankan "tingkat tertinggi" perlindungan terhadap semua varian yang diketahui ada saat ini, termasuk delta.

“Seperti yang terlihat dalam bukti dunia nyata yang dirilis dari Kementerian Kesehatan Israel, kemanjuran vaksin telah menurun enam bulan pascavaksinasi, pada saat yang sama varian Delta menjadi varian yang mendominasi di negara itu,” kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan tertulis, melansir dari CNBC, Jumat (9/7/2021).  

Mereka pun mengatakan, temuan itu konsisten dengan analisis berkelanjutan dari studi fase 3 perusahaan. “Itulah sebabnya kami mengatakan, dan kami terus percaya bahwa kemungkinan, berdasarkan totalitas data yang kami miliki hingga saat ini, dosis ketiga mungkin diperlukan dalam waktu 6 hingga 12 bulan setelah vaksinasi penuh,” katanya.    

Terkait itu, perusahaan mengungkapkan, rencana melakukan studi klinis dapat dimulai pada awal Agustus, tergantung pada persetujuan peraturan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang telah memperkirakan varian Delta 55 persen lebih mudah menular dibandingkan dengan varian Alfa, varian yang pertama kali ditemukan di Inggris dan pernah mendominasi AS.

Di Tiongkok, pada awal Juni lalu, tepatnya 5 Juni 2021, perusahaan pembuat vaksin CoronaVac, yakni Sinovac, juga mengaku tengah melakukan penelitian mengenai kapan suntikan ketiga vaksin sebaiknya diberikan. Sinovac menyebutkan, suntikan ketiga vaksin Covid-19 Sinovac dapat meningkatkan antibodi 10 kali lipat.

Mengutip Global Times, pernyataan tersebut berdasarkan uji klinis fase kedua yang telah dilakukan perusahaan itu. Meski demikian, penerapan penyuntikan dosis ketiga masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kepala produsen vaksin Sinovac Yin Weidong, Sabtu (5/6/2021), mengatakan bahwa perusahaan telah menyelesaikan uji klinis fase kedua. Sukarelawan dalam uji klinis tersebut sebelumnya telah menerima dua kali suntikan, dan mereka menerima suntikan ketiga setelah tiga dan enam bulan dari penyuntikan kedua itu.

Penelitian kemudian mengonfirmasi bahwa tubuh sukarelawan menunjukkan respons antibodi yang melonjak 10 kali lipat setelah seminggu dan 20 kali lipat setelah 15 hari. Akan tetapi, Yin menyebutkan, Sinovac masih melakukan penelitian untuk menentukan waktu terbaik penyuntikan booster vaksin ketiga ini bagi masyarakat umum. "Setelah menyelesaikan dua suntikan, tubuh kita sudah menghasilkan memori kekebalan. Adapun kapan suntikan ketiga akan dibutuhkan," kata Yin.

Seorang dokter dan ahli imunologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok Shao Yiming mengatakan, saat ini data orang yang divaksinasi enam bulan lalu tengah dianalisis. Hasil awal menunjukkan, tingkat antibodi mereka yang telah disuntik dengan vaksin kedua itu masih cukup baik. “Dengan dukungan data ilmiah, kami akan menentukan kapan orang yang sudah lama divaksinasi harus diberikan suntikan booster,” kata dia.

Sementara itu, Chile menjadi salah satu negara yang telah melakukan kesepakatan untuk penyuntikan dosis ketiga, baik dari Sinovac maupun Pfizer. Dikutip dari Bloomberg, kesepakatan itu akan dilakukan beberapa bulan ke depan jika memang penyuntikan ketiga diperlukan. “Tambahan tujuh juta suntikan Sinovac dan lima juta dari Pfizer akan tiba pada akhir tahun jika otoritas kesehatan menganggapnya perlu,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Rodrigo Yanez.

 

Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari