Indonesia.go.id - Isoter, Isolasi Terpusat – Isolasi Terapung

Isoter, Isolasi Terpusat – Isolasi Terapung

  • Administrator
  • Jumat, 3 September 2021 | 14:45 WIB
COVID-19
  Petugas kesehatan berpakaian hazmat melintasi Kapal Motor (KM) Bukit Raya yang digunakan untuk tempat isolasi apung terpusat bagi pasien COVID-19 di Pelabuhan Bandar Deli Belawan, Kota Medan, Sumatra Utara, Sabtu (21/08/2021). ANTARA FOTO
Sejumlah kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) disiapkan sebagai fasilitas isolasi terpusat (isoter) terapung.

Angka penularan virus SARS COV-2 di tanah air terus menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada akhir Agustus 2021, misalnya, pertambahan penularan telah berada di angka 5.000-an kasus per hari. Demikian juga dengan angka fatalitas yang terus mengecil, menjadi sekitar 500-an kasus per hari.

Penanganan serius yang dilakukan oleh seluruh pihak terkait selama ini jelas sudah membuahkan hasil. Namun begitu, tentu kewaspadaan dan kesiapsiagaan perlu senantiasa dijaga. Sehingga, tidak mengakibatkan munculnya kelengahan dan berbuah petaka.

Bertolak dari kesadaran itulah, sejumlah terobosan terus dilakukan, dengan menyiapkan lokasi isolasi terpusat (isoter). Sebagaimana diketahui, saat angka penularan melonjak signifikan dan angka kematian melambung tinggi, pada kurun akhir Juni hingga pertengahan Agustus, salah satu titik kritis penanganan pasien Covid-19 terletak pada unsur kecepatan dalam mendapatkan akses ke tenaga medis, obat-obatan, dan peralatan pendukung kesehatan lainnya.

Ketika itu, dengan bed occupancy ratio (BOR) atau rasio keterisian tempat tidur di rumah sakit yang cukup tinggi, ada yang mencapai lebih dari 95 persen, penderita Covid-19 menemukan banyak kendala untuk dapat mengakses layanan kesehatan. Alhasil, tak sedikit yang terpaksa melakukan perawatan mandiri (isolasi mandiri) di rumah.

Di tengah kondisi serupa itu, tatkala kegawatan kesehatan menghampiri pasien, acapkali mereka terlambat untuk mendapatkan penanganan oleh ahlinya. Di masa pahit itu, tercatat jumlah pasien Covid-19 yang mengalami fatalitas saat menjalani isoman lumayan banyak. Demikian pula jumlah pasien yang tidak tertolong saat dalam penanganan di UGD, karena baru tiba di rumah sakit dalam kondisi yang telanjur gawat.

Itulah sebabnya kemudian, pemerintah bergegas melakukan penyesuaian kebijakan dengan menyosialisasikan perawatan pasien Covid-19 di lokasi-lokasi isolasi terpadu atau terpusat demi meminimalisir kegawatan dan memisahkan secara lebih tegas si sakit dengan si sehat.

Awalnya, isoter digelar dengan menggunakan areal perkantoran, sekolah, kampus, dan gedung-gedung yang relatif tidak difungsikan karena mayoritas pegawai atau penghuninya menjalankan pola kerja dari rumah (work from home/WFH). Namun kemudian, demi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, maka disiapkan pula isoter terapung dengan menggunakan moda kapal-kapal laut yang tidak sedang berlayar.

Kini, layanan isoter terapung itu telah dapat ditemui di sejumlah pelabuhan di Indonesia. Antara lain, di Pelabuhan Bitung yang disediakan untuk melayani masyarakat Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara. Lalu di Pelabuhan Belawan (Kota Medan), Pelabuhan Sorong (Kota Sorong), Pelabuhan Jayapura (Kota Jayapura), Pelabuhan Makassar (Kota Makassar), dan Lampung.

Di Medan, Sumatra Utara, isoter terapung dilaksanakan di atas Kapal Motor (KM) Bukit Raya. Di kapal ini, disiapkan sekitar 450 ranjang untuk pasien dan 15 untuk tenaga kesehatan atau nakes. Adalah PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang menyediakan pelayanan dan fasilitas bersandar di dermaga bagi kapal laut milik PT Pelni tersebut.  Lebih dari itu, Pelindo 1 juga memastikan keamanan di lingkungan kapal, membuka akses/jalur khusus ke kapal isoter, pembatasan akses ke kegiatan bongkar muat, dan suplai air bersih melalui PDAM Tirtanadi.

Di Makassar, sebuah kapal penumpang tua disulap menjadi fasilitas isoter terapung sejak Juli 2021. Pemerintah menggunakan KM Umsini sebagai tempat isolasi apung terpadu yang sandar di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan. Kapal itu berkapasitas sekitar 785 ranjang untuk pasien dan 64 untuk nakes. KM Umsini memang usianya sudah tua, namun fasilitasnya lengkap.

Sementara itu KM Lawit sudah siap menerima pasien Covid-19 untuk isolasi terpadu di Lampung. Sejumlah fasilitas telah dipersiapkan untuk menampung pasien yang ingin menjalani isolasi Covid-19. Kapal penumpang yang biasa melayani pelayaran dengan rute Tanjung Pandan (Belitung), Pontianak, Semarang, Kumai, Karimun Jawa, dan Jakarta ini sekarang bersandar di Dermaga C, Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. 

Kapal ini bisa menampung sebanyak 437 pasien Covid-19 yang bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG). Tempat tidur untuk masing-masing pasien berada di dek 3 dan 4. Tempat tidur berjarak dan disekat sesuai protokol kesehatan. Di dek 5, tersedia ruangan buat tenaga kesehatan dengan kapasitas sekitar 20 orang.  Dek di bagian atas kapal digunakan sebagai ruang terbuka dan olahraga, musala, dan kantin.

KM Sirimau juga disulap menjadi tempat isoter bagi pasien C-19 di Sorong, Papua Barat. Sejak Rabu, 25 Agustus, kapal itu resmi beroperasi dan siap melayani masyarakat kota Sorong yang terkonfirmasi positif Covid-19, baik OTG, sedang, maupun ringan. Kapal yang berlabuh 1,5 mil dari Pelabuhan Sorong itu  mempunyai 460 bed, di mana 449 bed diperuntukkan bagi pasien Covid-19, dan 11 bed sisa akan digunakan bagi dokter dan tenaga kesehatan.  Selama berlabuh, mobilisasi bagi tenaga kesehatan dan pasien Covid-19 (yang akan dirawat dan yang sudah sembuh), akan dilayani dengan dua speedboat.

Sedangkan Pemerintah Kota Bitung bersama Pemkab Minahas Utara, Sulawesi Utara, dengan didukung penuh PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dan PT Pelni membangun fasilitas isoman apung terpusat di KM Tatamailau yang sandar di Pelabuhan Bitung. Kapal ini akan dijadikan sebagai isoter yang menjadi alternatif ruang isolasi bagi para pasien Covid-19 tanpa gejala (asimptomatik) maupun yang bergejala ringan.

Fasilitas isolasi terapung di KM Tatamailau memiliki kapasitas penumpang sebanyak 458 bed, dan dibagi menjadi dua fungsi yakni sebanyak 448 bed untuk pasien dan 10 bed untuk tenaga kesehatan.

Penggunaan kapal Pelni sebagai isoter terapung juga dilakukan di Kota Jayapura. Mereka menggunakan KM Tidar sebagai lokasi isolasi terpusat (isoter) terapung pasien Covid-19. Pasien yang dirawat di atas KM Tidar adalah pasien Covid-19 dengan gejala ringan atau OTG. Pemerintah Kota Jayapura mulai menggunakan KM Tidar sebagai isoter terapung pada 20 Agustus. Dengan begitu, pasien Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan yang sebelumnya ditampung di LPMP Kotaraja, Kota Jayapura, akan dipindahkan ke KM Tidar. KM Tidar mampu menampung 929 orang.  KM Tidar merupakan kapal bantuan dari Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut.

“Awalnya isoter hanya ada di darat. Dengan adanya kapal-kapal Pelni yang sementara tidak beroperasi, kami manfaatkan untuk tempat isoter,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan tertulisnya kala meninjau kapal isoter KM Bukit Raya di Pelabuhan Belawan, Medan, beberapa waktu lalu.

Di masing-masing kapal, terdapat fasilitas seperti kamera pengawas (CCTV), jogging track, tempat tidur, poliklinik, alat kesehatan, APD untuk kru kapal, tenaga keamanan, dan penanganan limbah medis. Bahkan untuk beberapa kapal dilengkapi dengan fasilitas senam, tenis meja, dan catur. Juga terdapat fasilitas memancing, bioskop, berjemur, dan snack and coffee time bekerja sama dengan UMKM setempat

Harapannya masyarakat di daerah tersebut yang terpapar Covid-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan, dapat melakukan isoter terapung sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih baik. Menteri BUMN, Erick Thohir saat meninjau kesiapan KM Bukit Raya sebagai sarana isoter bagi pasien Covid-19 Kota Medan di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatra Utara, Sabtu 21 Agustus 2021, mengatakan bahwa upaya percepatan penanganan Covid-19 membutuhkan kolaborasi solid, baik dari pemerintah dan perusahaan BUMN. Termasuk melakukan inovasi berupa penyediaan fasilitas isoter di atas kapal laut yang bersandar di pelabuhan.

Erick Thohir menambahkan bahwa Presiden Jokowi ingin memastikan pelayanan kepada masyarakat di tengah pandemi harus bisa maksimal, terutama dalam penyediaan fasilitas isolasi. Langkah PT Pelni tersebut ternyata disambut baik DPR RI. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena secara khusus memberikan apresiasi tersebut. "Tentu ini kita berikan apresiasi ya, selain membantu masyarakat, tentunya juga merupakan terobosan yang bagus guna membantu KPC PEN dan Satgas Covid," ujarnya Rabu (1/9/2021) di Jakarta.
"Pada intinya kita belajar dari India dan Amerika, jangan sampai kita menganggap situasi sudah mereda, namun tiba-tiba kasus Covid kembali membludak. Ini yang saya kira, langkah Pelni sangat tepat. Suatu saat ada lonjakan di wilayah tersebut, Pelni sudah siaga," tandasnya.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Mugen Suprihatin memastikan, cakupan kapal isolasi terapung akan bertambah. Tidak hanya di enam daerah itu saja, sejumlah pemerintah daerah lainnya pun mulai melakukan pengajuan untuk menggunakan kapal Pelni sebagai tempat isolasi terapung.

Khusus di Bangka Belitung, Mugen menuturkan, terdapat sedikit kendala mengenai keterbatasan kedalaman pelabuhan untuk disinggahi kapal Pelni. Meskipun begitu, pembahasan untuk menyelesaikan masalah tersebut tetap dilakukan dengan adanya sejumlah opsi agar isolasi apung terpadu dapat dilaksanakan di Bangka Belitung.

Untuk menyulap kapal Pelni menjadi tempat isolasi terapung yang terpusat bukan tanpa biaya. Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, BNPB atau Satgas Penanganan Covid-19, pemerintah daerah setempat, dan Pelni memiliki andil di dalamnya untuk berkolaborasi.

Mugen mengatakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah memiliki kontrak public service obligation (PSO) dengan Pelni. Kontrak tersebut mencakup kapal Pelni yang saat ini tengah port stay dan digunakan sebagai tempat isolasi terapung. Kapal-kapal ini mengangkut atau tidak mengangkut penumpang, biayanya sudah ada di anggaran PSO.

Sedangkan, peran pemerintah daerah menyiapkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan di kapal isolasi terapung. Sementara itu, Kementerian Kesehatan mempersiapkan APD, obat-obatan, PCR test, dan tenaga kesehatan. Lalu untuk menyulap kapal Pelni dengan segala fasilitas isolasi mandiri merupakan bagian dari badan nasional penanggulangan Bencana (BNPB) atas Satgas Penanganan Covid-19.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari