Tahun 2021 pemerintah menargetkan penyelesaian pembangunan 17 bendungan. Delapan di antaranya sudah diresmikan.
Ketika meresmikan Bendungan Bendo, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa pada tahun ini akan selesai pengerjaan 17 proyek bendungan di sejumlah wilayah di tanah air. Dari 17 bendungan tersebut, delapan di antaranya sudah selesai dibangun dan bahkan sudah diresmikan, selebihnya masih dalam proses penyelesaian.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dibutuhkan suplai air irigasi, dan untuk memenuhi kebutuhan diperlukan keberadaan bendungan yang sebanyak-banyaknya untuk menyediakan suplai air secara kontinu dan berkelanjutan. Diberitakan sebelumnya, pada Februari 2021 telah diresmikan Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Bendungan Tapin di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Kemudian, pada Maret 2021 telah diresmikan Bendungan Sindang Heula di Kabupaten Serang Banten, Bendungan Kuningan di Jawa Barat, dan pada 31 Agustus dan awal September Bendungan Way Sekampung di Lampung. Pada 7 September pun diresmikan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Lalu Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, dan Bendung Gilireng pada 9 September 2021.
Untuk tahun ini masih ada sembilan proyek bendungan lagi yang akan diselesaikan dan diresmikan pada 2021. Kesepuluh bendungan tersebut adalah:
- Bendungan Karalloe di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang rencananya diresmikan Oktober.
- Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi (Oktober).
- Bendungan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (Oktober)
- Bendungan Ciawi di Kabupaten Ciawi, Jawa Barat (November)
- Bendungan Sukamahi di Kabupaten Ciawi, Jawa Barat (November)
- Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Desember)
- Bendungan Gongseng di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Desember)
- Bendungan Pidekso di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Desember)
- Bendungan Margatiga di Kabupaten Lampung Timur, Lampung (Desember)
Saat meresmikan Bendungan Bendo pada Selasa, 7 September 2021, Presiden Jokowi mengatakan bahwa bendungan-bendungan itu akan dapat meningkatkan produktivitas di sektor pertanian, menambah pasokan air, sekaligus meningkatkan produktivitas para petani.
“Saya ingin berpesan agar bendungan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan disambungkan dengan seluruh jaringan irigasi yang ada, sehingga sekali lagi masyarakat utamanya para petani bisa meningkatkan produktivitas pertaniannya,” ujar Presiden.
Bendungan Bendo berlokasi di Dusun Bendo, Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Bendungan multifungsi yang dibangun dengan biaya sebesar Rp1,1 triliun ini memiliki kapasitas 43 juta meter kubik, tinggi 74 meter, serta luas genangan 170 hektare. Bendungan ini akan melayani irigasi untuk 7.800 hektare sawah dan juga untuk pasokan air baku 370 liter per detik. Bendung Bendo bisa mengurangi banjir/mereduksi banjir 31 persen atau sebesar 117,4 meter kubik per detik.
Bendungan Bendo dikerjakan sejak 2013 dan merupakan salah satu dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan menambah kapasitas tampungan air sehingga keberlanjutan suplai air irigasi ke sawah dapat terjaga. Selain sebagai sumber air baku, Bendungan Bendo dapat diandalkan saat musim kemarau tiba, karena bendungan itu juga difungsikan sebagai waduk tadah hujan dan pengendali banjir. Selain sebagai sumber air baku, Bendungan Bendo juga dapat menjadi salah satu destinasi wisata karena sudah disiapkan ruang terbuka hijau.
Dua hari kemudian Presiden RI Joko Widodo juga meresmikan Bendungan Paselloreng dan Bendung Gilireng di Desa Arajang, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. “Alhamdulillah Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, yang dibangun sejak 2015 hari ini ini sudah selesai dan siap difungsikan,” ujar Presiden Jokowi, mengawali sambutan peresmian pada 9 September 2021.
Bendungan Paselloreng dibangun dengan biaya Rp771 miliar itu memiliki kapasitas tampung yang sangat besar, yaitu 138 juta meter kubik, serta luas genangan 1.258 hektare. Bendungan ini juga telah didukung dengan saluran irigasi Bendung Gilireng. Presiden Jokowi meyakini keberadaan infrastruktur itu akan sangat bermanfaat untuk mendukung Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan nasional.
“Bendungan ini mampu mengairi sawah 8.500 hektare. Kita harapkan dengan suplai air yang ada akan meningkatkan frekuensi tanam yang mungkin satu, bisa jadi tiga atau dua [kali] sehingga meningkatkan produktivitas lahan serta akhirnya bisa kita harapkan meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Selain untuk mendukung sektor pertanian, bendungan multifungsi ini juga bermanfaat untuk mendukung ketahanan air, mereduksi banjir Sungai Gilireng sebesar 489 meter kubik per detik, serta menyediakan air baku 145 liter per detik yang akan melayani enam kecamatan di Kabupaten Wajo. Bendungan ini juga berfungsi untuk konservasi, yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan memberikan alternatif pendapatan baru bagi masyarakat.
Presiden pun menegaskan bahwa pemerintah akan terus berkomitmen menyediakan suplai air secara berkelanjutan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Salah satu komitmen pemerintah diwujudkan dengan menyelesaikan 17 bendungan yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Desember mendatang. “Kita harapkan dengan bendungan-bendungan yang ada ini, sekali lagi, ketahanan pangan akan bisa kita perkuat dan kita tingkatkan,” ungkapnya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun 61 bendungan yang ditargetkan selesai pada 2024 untuk meningkatkan kapasitas irigasi teknis. Dengan tambahan 61 bendungan tersebut diharapkan 20 persen lahan irigasi teknis Indonesia bisa dialiri dengan air bendungan. Selama ini aliran irigasi teknis baru 9 persen. Dengan irigasi teknis dari air bendungan, maka diharapkan intensitas tanam bisa dinaikkan menjadi 2 kali setahun atau 3 kali per dua tahun.
PUPR menjelaskan, hingga 2024 selain bendungan, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas penyediaan air baku mencapai 50 meterkubik per detik, 500 ribu hektare irigasi baru dan rehabilitasi 2 juta hektare irigasi eksisting, dan revitalisasi 15 danau prioritas. Selain itu, dilakukan peningkatan menjadi 100 persen akses terhadap air minum yang layak, 90 persen akses terhadap limbah domestik, serta 100 persen akses layanan sampah perkotaan. Upaya Kementerian PUPR tersebut dalam rangka mendukung ketahanan air yang mampu mendukung ketahanan pangan nasional.
Data yang diungkap Kementerian PUPR menyebutkan, selama periode 2015-2020 sebanyak 18 bendungan baru telah dirampingkan. PUPR juga mengatakan, potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun meter kubik per tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar meter kubik per tahun, dan yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar meter kubik per tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan, dan irigasi.
Namun keberadaan potensi tersebut tidak merata dalam dimensi ruang dan waktu, sehingga membutuhkan tampungan-tampungan air baru. Di mana pada musim hujan air akan ditampung dalam bendungan dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari