Rencana pembangunan 15 bandara baru oleh Presiden Jokowi telah tuntas dikerjakan. Pesawat sekelas ATR-42 kini bisa mendarat di berbagai pelosok negeri. Distribusi lancar, pasar membesar.
Dengan mengenakan jaket merah maroon bermotif batik Dayak, Presiden Joko Widodo menabuh genderang besar. Bunyi genderang itu menandai diresmikannya Bandar Udara Tebelian di Sintang, Kalimantan Barat, pada Rabu, 8 Desember 2021. Dilengkapi bangunan terminal yang representatif, seluas 2.000 m2, bandara yang dibangun dengan anggaran Rp518 miliar tersebut dapat melayani 75 ribu penumpang per tahun.
‘’Bandar udara ini sangat penting untuk melayani peningkatan kebutuhan transportasi udara bagi masyarakat dan melayani arus pergerakan orang yang makin ramai,” ujar Presiden Jokowi, seraya menekankan bahwa konektivitas adalah kunci di era kompetisi antarnegara yang semakin sengit.
Pemerintah, menurut Presiden Jokowi, harus mampu menyediakan infrastruktur agar konektivitas antarprovinsi, antardaerah, antarkabupaten semakin mudah, lancar, dan terjangkau oleh masyarakat. Dengan demikian, sentra-sentra ekonomi baru akan tumbuh makin banyak di berbagai daerah.
‘’Kita patut bersyukur bahwa angka investasi tahun ini di luar Jawa semakin meningkat dan lebih tinggi peningkatannya dibandingkan di Jawa. Peningkatan investasi di luar Jawa ini tidak lepas dari upaya kita dalam menyiapkan infrastruktur secara merata di seluruh penjuru tanah air,’’ Presiden Jokowi menambahkan.
Lebih jauh Presiden menekankan, selama ini kebijakan pemerintah terkait pembangunan infrastruktur tak hanya dipusatkan di Jawa. Bukan Jawa sentris melainkan Indonesia sentris. Presiden Jokowi meyakini bahwa daerah-daerah luar Jawa bisa tumbuh dengan cepat jika didukung oleh infrastruktur konektivitas dan transportasi yang memadai.
‘’Produksi akan meningkat, distribusi akan lancar, bisa menjangkau pasar yang semakin besar dan luas,’’ kata Presiden dalam sambutannya. Manfaat berikutnya ialah memangkas waktu serta biaya transportasi sehingga biaya logistik semakin efisien dan kompetitif.
Dalam laporannya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan, Bandara Tebelian adalah yang kedua di Kabupaten Sintang. Ia dibangun guna menggantikan Bandara Susilo yang sudah tak bisa dikembangkan lagi. Landasan pacunya pendek dan tak bisa lagi diperpanjang karena dibatasi sungai dan jalan raya.
Kehadiran Bandara Tebelian ini diharapkan dapat mendukung berbagai industri dan pariwisata di Kabupaten Sintang dan daerah sekitarnya. ‘’Bandara ini yang penting untuk mendukung industri perkebunan, pertambangan, pariwisata, baik bagi Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, maupun Melawi,” ujar Menhub.
Bandara Tebelian berdiri di atas lahan seluas 153 hektare. Landas pacu sepanjang 1.820 meter dan lebar 30 meter yang saat ini bisa didarati oleh pesawat sejenis ATR-72-600. Panjang runway masih bisa dikembangkan hingga 2.200 meter. ‘’Apabila kita memperpanjang (landas pacu), maka ini akan bisa didarati (pesawat) narrow body Boeing 737,” imbuh Budi.
Pembangunan Bandara Tebelian ini sebetulnya sudah cukup lama diselesaikan. Bahkan, bandara ini telah giat beroperasi sejak 2018. Penerbangan rutin telah berjalan, terutama dari dan ke Pontianak. Jarak kedua kota itu menjadi terasa lebih dekat.
Jalur darat Pontianak-Sintang panjangnya 325 km dan harus ditempuh selama 7– 8 jam. Jalur air juga ada, yakni lewat alur Sungai Kapuas yang berkelok-kelok dan panjangnya 856 km, kalau dilayari perlu waktu berhari-hari. Dengan jalur udara, semisal menggunakan pesawat ATR-42, hanya perlu waktu 50 menit.
Jalur penerbangan Pontianak-Sintang cukup ramai. Pada 2012, jumlah menumpang pada rute ini baru sekitar 26 ribu dan meningkat menjadi 96 ribu pada 2017, yang dilayani lewat Bandara lama Susilo. Setelah Bandara Tebelian beroperasi, tren kenaikan penumpang itu tertampung. Bahkan, di tahun 2019 jumlah penumpangnya sudah jauh di atas 100.000.
Namun, pandemi Covid-19 yang merebak sejak Maret 2020, telah membuat mobilitas warga anjlok. Arus penumpang Pontianak-Sintang dan sebaliknya mendadak sepi. Bandara ini pun sempat ditutup untuk sementara, dan menurut Menhub Budi Karya Sumardi, akan reopening 17 Desember nanti.
Dengan diresmikannya Bandara Tebelian (nama yang diambil dari nama sungai setempat), rencana Presiden Jokowi sejak 2015 untuk membangun 15 bandara baru telah tuntas. Bandara baru tersebut mulai bandara kecil, dari kelas lokal ukuran sedang, hingga internasional.
Salah satu bandara lokal yang dibangun ialah Bandara Werur di Kabupaten Tambraw, Papua Barat. Bekas bandara militer Jepang era Perang Dunia II itu direhab total oleh Kementerian Perhubungan dan selesai pada 2016. Hasilnya, sebuah runway 1.400 meter dengan lebar 30 meter, bangunan terminal dan menara pengawas. Penerbangan rutin telah berlangsung, dan jika skala keekonomiannya dapat tercapai, ATR-42 dengan 40-45 penumpang bisa mendarat di sana.
Sejumlah bandara baru lain, dari kelas yang sama dengan Bandara Werur, yang telah dibangun dan beroperasi ialah Bandara Koroway Batu, Tanah Merah, Papua; Bandara Namniwel di sisi Utara Pulau Buru, Maluku; Bandara Miangas di Kepulauan Miangas di Sulawesi Utara; Bandara Siau di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara; Bandara Pantar, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT); Bandara Tambelan di Pulau Kepulauan Riau; dan Bandara Letung, di Kepualauan Anambas, Kepri.
Dalam kelompok yang lebih besar dan lebih lengkap, ada Bandara Maratua di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, Bandara Toraja di Tana Toraja, Sulawesi Selatan; Bandara Morowali di Sulawesi Tengah; Bandara Haji Muhammad Sidik di Desa Tringsing, Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah; dan Bandara Tibelian di Sintang. Semuanya bisa didarati pesawaat kelas ATR-42, dan bisa dikembangkan untuk didarati pesawat kelas Boeing 737.
Dari paket 15 pelabuhan udara itu, ada yang masuk katagori kelas dunia yaitu Bandara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur. Bandara ini memiliki runway 2.250 m x 45 m dan apron 300 m x 123 m, dan dapat melayani pesawat kelas Boeing 737. Bandara baru ini dioperasikan untuk menggantikan Bandara Temindung yang sempit dan terletak persis di tengah kota.
Dari seluruh paket itu yang memiliki ranking tertinggi adalah Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat (Jabar). Bandara yang mulai dioperasikan 2018 itu diharapkan menjadi titik penghubung bagi transportasi udara di Jabar. Ia bandara kedua terbesar di Indonesia setelah Soekarno-Hatta, dan ia dilengkapi dengan segala teknologi terbaru untuk sebuah airport. Landasan pacunya yang 3.000 m bisa didarati pesawat-pesawat antara benua seperti Boeing 777 dan Airbus 330.
Bukan hanya 15, Pemerintahan Presiden Jokowi juga memberikan bonus dengan membangun Yogyakarta International Airport (YAI) di Kulonprogo, 40 km di sebelah barat Yogyakarta. Selain besar, YAI ini juga memiliki semua fitur laiknya bandara mutakhir.
Belum semua bandara itu ramai oleh aktivitas penerbangan. Situasi pandemi membuat mobilitas orang semakin terbatas, dan dunia penerbangan kehilangan penumpang. Namun, sejalan dengan meredanya gejolak pandemi, bandara-bandara baru itu diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari