Vaksinasi booster telah dimulai. Dengan setengah dosis, manfaat efikasi yang muncul akan sama atau bahkan bisa lebih baik. Langkah Indonesia sejalan dengan panduan WHO.
Kick-off vaksinasi dosis lanjutan (booster) digelar di Balai Desa Sardonohardjo, Ngaglik, Sleman. Sekitar 600 warga lanjut usia (lansia) diundang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Yang hadir lebih dari 700 orang dan semuanya dapat dilayani.
‘’Alhamdulillah, warga antusias mengikuti program vaksin booster ini,’’ kata Dokter Cahya Purnama, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, di Balai Desa Sardonoharjo, Sleman, Rabu (12/1/2022) pagi.
Pemerintah Kabupaten Sleman sudah menyiapkan acara kick-off itu sejak beberapa waktu. Sleman telah memenuhi syarat untuk menjalankan program vaksin booster, karena cakupan vaksinasi dosis 1 sudah di atas 70 persen dan cakupan dosis 2 telah melampaui angka 60 persen. Acara kick-off itu dihelat untuk menandai bahwa Pemkab Sleman telah siap sedia menjalankan vaksinasi booster. Pada tahap berikutnya dan dimulai Kamis (13/2/2022), vaksin booster ini dapat diberikan di semua fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) milik pemerintah di seluruh wilayah Sleman. Semua gratis.
Seluruh fasyankes pemerintah di DKI Jakarta juga telah secara serentak memberikan vaksin booster sejak Rabu (12/1/2022) pagi. Warga lansia menyerbu puskesmas. Sebagian lain ke rumah sakit besar. Pada hari yang sama ada ribuan puskesmas di ratusan kabupaten/kota menggelar program vaksinasi booster perdananya.
Aba-aba start vaksinasi booster ini diberikan oleh Presiden Joko Widodo, pada Selasa (11/1/2022) sore, dari Istana Merdeka, Jakarta. Presiden memaklumatkan bahwa pemberian vaksin booster Covid-19 itu dimulai pada 12 Januari 2022 dengan prioritas masyarakat lanjut usia (lansia) dan kelompok rentan.
‘’Saya memutuskan pemberian vaksin ketiga ini gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia dan sekali lagi saya tegaskan bahwa keselamatan rakyat adalah yang utama,” ujar Presiden Jokowi.
Menurut Presiden Jokowi, pemberian vaksin booster Covid-19 dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat dari paparan virus Corona yang terus bermutasi. ‘’Syarat dan ketentuan yang dibutuhkan untuk menerima vaksinasi booster ini ialah calon penerima sudah menerima vaksin Covid-19 dosis kedua lebih dari enam bulan,” ujar Presiden Jokowi, seraya mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan meski telah divaksin.
Ketentuan itu yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Sleman dan diikuti masyarakat. Semua lansia yang hadir di Balai Desa Sardonoharjo itu telah menjalani suntikan vaksin lengkap dua dosis, umumnya dengan vaksin Sinovac. Sebagian mereka menerima suntikan booster setengah dosis vaksin Pfizer dan sebagian lainnya menerima setengah dosis AstraZeneca. Semua nerimo dan tak ada keluhan.
Dalam keterangan pers virtual, seusai Presiden Jokowi mengumumkan pemberlakuan vaksin booster, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menekankan, secara umum sasaran booster ialah masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas dengan prioritas lansia dan penderita imunokompromais. Syarat lainnya, yang bersangkutan telah menerima vaksinasi dosis lengkap, dengan suntikan kedua telah berjalan lebih dari enam bulan.
‘’Vaksinasi booster ini penting bagi seluruh rakyat dan diberikan sebagai komitmen dari pemerintah untuk melindungi seluruh masyarakat dari ancaman Covid-19 dengan varian-varian barunya,’’ kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi.
Dalam memberikan booster, menurut Menkes, pemerintah mempertimbangkan soal ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini. Pemerintah juga mempertimbangkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti dalam dan luar negeri, yang membuktikan kombinasi vaksin bisa memberikan efikasi (kemujaraban) yang sama atau bahkan lebih baik.
Pemerintah pun memberlakukan jurus kombinasi untuk vaksinasi booster tersebut, atas dukungan, pertimbangan, dan persetujuan Badan POM serta para pakar Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Atas persetujuan itu, Kemenkes kini menerapkan jurus kombinasi vaksin (heterolog) untuk program booster.
Pada saat ini, kebijakan heterolog itu dijalankan dalam dua jurus. Rezim pertama, bagi orang yang menerima vaksin primer (dosis 1 dan 2) dari Sinovac, maka booster-nya ialah setengah dosis vaksin Pfizer atau setengah dosis AstraZeneca, tergantung ketersediaan. Bisa dicatat pula, sebagian besar vaksin primer yang diterima warga di 2021 adalah Sinovac.
Namun, bila vaksin primer yang diterima AstraZeneca, yang berlaku ialah rezim kedua, yakni untuk mereka akan diberikan booster berupa setengah dosis vaksin Moderna. ‘’Ini adalah kombinasi awal vaksin booster yang akan kita berikan berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada, dan juga hasil riset yang sudah disetujui oleh Badan POM dan ITAGI,’’ kata Menkes.
Bagaimana dengan mereka yang menerima vaksin primer (dosis 1 dan 2) dari Moderna, Sinopharm, Sputnik-V (Rusia), Janssen (Belgia), atau Convidecia (China), yang juga sudah masuk ke Indonesia dan mendapat Emergency Use Authorizarion (EUA) dari BPOM? Bagaimana pula booster untuk anak usia 12--17 tahun dan anak 6–11 tahun? ‘’Nantinya bisa berkembang, tergantung kepada hasil riset baru yang masuk dan juga ketersediaan vaksin yang ada,” ucap Menkes Budi.
Secara resmi WHO telah mengeluarkan edaran terkait soal ini. Dalam pernyataan terbuka bertajuk Interim Statement on Booster Doses for COVID-19 vaccination, 22 December 2021, WHO mengakui bahwa penguatan vaksin itu juga diperlukan, karena efektivitas vaksin itu menyusut seiring dengan waktu. Secara rata-rata efikasi vaksin menciut delapan persen untuk mencegah keparahan Covid-19 pasca-enam bulan vaksinasi.
Untuk kelompok usia di atas 50 tahun, daya tangkal vaksin atas keparahan dampak infeksi menyusut 10 persen. Pada kelompok usia 50 tahun ke atas itu, daya tangkal vaksin terhadap gejala ringan dan sedang menyusut 32 persen setelah enam bulan menjalani suntikan dosis kedua.
Dengan keterbatasan vaksin di dunia, WHO pun mendukung vaksin booster secara homolog (dengan vaksin sama pada suntikan 1, 2, dan booster), atau heterolog (vaksin booster berbeda jenis). Dengan penelitian atas sejumlah emergency use listing (UEL), yakni vaksin yang secara sah telah beredar dan terbukti memberi kemanjuran, WHO menyatakan bahwa booster heterolog itu mampu memberikan manfaat. Aturan teknisnya diserahkan ke masing-masing negara.
Panduan WHO itu disambut baik banyak negara, termasuk Indonesia. ‘’WHO memberi keleluasaan kepada masing-masing negara untuk bisa menerapkan program vaksin booster, yang sesuai dengan kondisi ketersediaan vaksin dan logistik pada negara pelaksana vaksin booster,’’ ujarnya.
Menurut Menkes pula, sejumlah penelitian dari dalam dan luar negeri telah menunjukkan bahwa vaksin boosterheterolog bisa meningkatkan antibodi yang relatif sama , atau bahkan lebih baik, dibanding vaksin booster homolog.
Tak hanya itu, data ilmiah juga menunjukkan bahwa booster setengah dosis pun bisa meningkatkan peningkatan level antibodi yang relatif sama dengan vaksin booster dosis penuh, serta memberikan dampak kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang lebih ringan. Manfaat lainnya, dengan separuh dosis berarti lebih banyak lagi cakupan vaksin booster yang bisa dicapai.
Sampai Senin 10 Januari 2022, tutur Menkes, Indonesia telah menyuntikkan 288 juta dosis vaksin, dengan 169 juta dosis pertama, 116 juta dosis kedua serta 3 juta booster untuk tenaga kesehatan. Indonesia menjadi negara keempat terbesar dalam pengenaan vaksin setelah Tiongkok, India dan AS. Stok vaksin yang ada saat ini ialah 150 juta dosis, cukup untuk menjalankan vaksinasi dosis 1, 2, dan program vaksinasi booster.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari