Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2022 tercatat sebesar 128,9, lebih baik dibandingkan periode bulan lalu di 113,1.
Perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren yang semakin membaik dan menumbuhkan optimisme. Beberapa indikator itu terlihat dari beberapa parameter, seperti PMI Manufaktur yang tetap ekspansif dan inflasi yang tetap terjaga.
Belum lama ini, Bank Indonesia juga merilis hasil survei konsumen periode Mei 2022. Survei itu memberikan hasil yang cukup membanggakan. Pasalnya, hasil survei mengindikasikan optimisme terhadap kondisi ekonomi yang terus menguat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2022 tercatat sebesar 128,9, lebih baik dibandingkan periode bulan sebelumnya di 113,1.
Mengomentari hasil survei konsumen periode Mei 2022, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengemukakan, peningkatan IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, usia, dan tingkat pendidikan responden.
Secara spasial, dia menjelaskan, peningkatan IKK terjadi di hampir seluruh kota cakupan survei. Kota dengan peningkatan IKK tertinggi tercatat di Bandung, diikuti kemudian Kota Pangkal Pinang dan Mataram.
Berdasarkan data Bank Indonesia, keyakinan konsumen pada Mei 2022 yang menguat didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Dan merujuk data itu, peningkatan tersebut terjadi pada persepsi terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama (durable goods).
Penguatan keyakinan konsumen pada Mei 2022 juga didorong oleh meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan, terutama ekspektasi terhadap kondisi usaha ke depan. Tak dipungkiri, optimisme yang menguat akan menjadi katalis positif bagi akselerasi perekonomian nasional. Apalagi, struktur produk domestik bruto (PDB) Indonesia amat bergantung pada konsumsi, terutama rumah tangga.
Beberapa data juga menguatkan data hasil survei Bank Indonesia tersebut. Sepanjang kuartal I-2022, konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 53,65 persen terhadap PDB nasional, jauh di atas pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 30,44 persen maupun ekspor yang hanya 23,10 persen.
Berpijak dari kondisi itu, indikasi bahwa prospek pemulihan konsumsi yang menjadi mesin utama penggerak ekonomi, masih terbuka. Salah satu yang penyebab dan menstimulasi prospek menuju pemulihan itu adalah pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Bahkan, pemerintah juga telah melakukan langkah yang tepat untuk terus memacu akselerasi ekonomi ke depan, yakni melalui penebalan bantalan sosial. Sehingga, pertumbuhan ekonomi masih bagus tetap terjaga.
Meskipun perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren yang semakin membaik dan menumbuhkan optimisme, bangsa ini tetap harus waspada dengan kondisi global yang masih belum menentu. Antara lain, terjadinya wabah di Tiongkok walau belakangan pelonggaran lockdown mulai diberlakukan di negeri berjuluk Negeri Panda tersebut.
Kondisi global yang juga krusial adalah konflik Ukraina-Rusia yang masih memanas. Bagi komunitas global, itu tentu tidak bisa dibiarkan terus dan tak menentu. Oleh karenanya, kini sejumlah negara sedang mengupayakan rekonsiliasi. Tentu hal itu menjadi sinyal yang cukup bagus bagi perekonomian dunia.
Dari gambaran di atas, besar harapan kedua faktor eksternal bisa tertangani. Bila itu terjadi, upaya pemerintah untuk terus mendorong laju ekonomi diharapkan bisa terakselerasi. Apalagi, pemerintah telah melakukan berbagai langkah antisipatif dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi, yakni melalui perubahan asumsi dasar serta postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang disahkan belum lama ini.
Esensi perubahan APBN itu adalah penebalan perlindungan sosial serta menaikkan alokasi subsidi dan kompensasi energi guna merespons lonjakan harga minyak di pasar global. Kebijakan fiskal yang antisipatif itu diharapkan menahan kenaikan inflasi di dalam negeri akibat kenaikan harga minyak yang menekan daya beli masyarakat.
Tentu sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah patut diapresiasi. Namun, pemerintah wajib mengawal realisasi program bantuan sosial sehingga optimisme konsumen terjaga sehingga pertumbuhan ekonomi di kisaran target pada tahun ini, yakni 4,8 persen-5,5 tetap terjaga. Selain itu, rekor baru IKK yang baru saja dirilis Bank Indonesia itu bisa menjadi sinyal positif terhadap ekonomi nasional dan menjadi pendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional pada kuartal II-2022.
Terlebih harus diakui, perekonomian Indonesia menunjukkan resiliensi di tengah gejolak global yang terjadi selain terus terjaganya pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi fungsi APBN yang diarahkan untuk memastikan daya beli masyarakat, khususnya kelompok yang rentan, dapat terlindungi.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari