Indonesia.go.id - Panen Energi Bersih dari Tapanuli-Toba

Panen Energi Bersih dari Tapanuli-Toba

  • Administrator
  • Jumat, 17 Juni 2022 | 11:36 WIB
ENERGI
  Jaringan pipa Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro di Parmonangan, Tapanuli Utara. Hutama Karya
Produksi EBT di Sumut telah mencapai 44,9 persen dari kapasitas terpasangnya. Energi air sangat besar, energi geotermalnya pun kaya, biomassanya juga melimpah.

Dalam hal bauran energi listrik, Sumatra Utara (Sumut) adalah juara nasional. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) di sana telah mencapai 44,9 persen, dari kapasitas terpasang yang 3.050 Mega Watt (MW), dengan 143MW (4,7 persen) di antaranya dikirim ke Sistem Jaringan Listrik Aceh. Dari 44,9 persen sumbangan EBT, yang setara dengan 1.370 MW itu, sebagian terbesar (1.040 MW)  dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan mikrohidro, selebihnya dari geotermal (panas bumi).

Secara nasional, capaian bauran energi sampai 2021 ialah 11,5 persen. Target 23 persen pada 2025 masih terasa jauh. Toh, realisasi EBT hingga 44,9 persen di PLN Unit Induk (UIW) Wilayah Sumut itu cukup memberi harapan. Beberapa daerah di Sumatra lainnya juga menunjukkan capaian EBT yang  cukup tinggi. Sebut saja, UIW Sumatra Barat 27,7 persen, Lampung 21,7 persen, Sumatra Selatan 20,8 persen, Bangka Belitung 19,7 persen, Jambi 14 persen, dan Provinsi Aceh 13,3 persen.

Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Sungai Buaya, Kabupaten Deli Serdang, sebesar 2x1,5 MW, pada awal April 2022, menandai percepatan pelaksanaan bauran energi di Sumut. Kini telah beroperasi 18 unit pembangkit mikrohidro di Sumut dengan kapasitas seluruhnya 131,8 MW. Semua berstatus inpedenden power produser (IPP), diusahakan oleh badan swasta, dan produksi dayanya diserap oleh UIT Sumut.

Kontribusi listrik tenaga air di Sumut itu akan semakin besar dengan pembangunan PLTA Asahan 3 yang saat ini masih berlangsung. PLTA Asahan 3 ini dibangun guna memanfaatkan kelebihan energi potensial air Sungai Asahan yang berhulu dari Danau Toba yang berada pada  ketinggian 904 meter dari permukaan laut. Dengan panjang 147 km, kontur aliran yang curam, dan air yang deras, Sungai Asahan memiliki banyak energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik.

PLTA Asahan III

Yang paling hulu adalah PLTA Asahan 1 (dioperasikan oleh anak perusahaan PLN) berkapasitas 360 MW. Ia beroperasi sejak awal 2011. PLTA Asahan 2 ada di sisi hilirnya, dengan dua unit pembangkit, masing-masing menghasilkan 286 MW di PLTA Siguragura dan 317 MW pada PLTA Tangga. Adapun PLTA Asahan 3 (berkapasitas 2 x 87 WW) dibangun sekitar 24 km ke arah hulu dari PLTA Tangga.

Bila PLTA Asahan I dan II berada di Kabupaten Toba, PLTA Asahan 3 dibangun di Kabupaten Asahan. Seperti PLTA Asahan I, PLTA Asahan III ini dibangun dan akan dikelola oleh anak perusahaan PT PLN Persero sendiri.  Saat ini sudah proyeknya sudah  memasuki progress 55,44 persen. Toh, PLN cukup optimistis pembangkit listrik ini bisa beroperasi pada semester pertama 2024.

Capaian terpenting dalam konstruksi pembangkit ini ialah selesainya pengeboran terowongan jalur air atau sering disebut headrace tunnel. Terowongan air sepanjang 7,75 km itu adalah titik proyek besar ini. Tunnel dibangun miring, agar air mengalir deras. Mulut terowongan menganga di pinggir bendungan sudut sungai. Di ujung, terowongan bercabang untuk menggerakkan dua turbin.

Pembangunan PLTA Asahan 3 merupakan salah satu upaya PT PLN yang menggenjot beroperasinya pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT). Ia akan mendekatkan pada target bauran energi 23 persen pada 2025, dan target net zero emission pada 2060. Setidaknya, ia juga akan dapat mengungkit bauran energi listrik di Sumatra Utara masuk ke posisi 50 persen,

Pemanfaatan energi  potensial air danau untuk dikonversi menjadi tenaga  listrik juga dilakukan oleh PT Poso Energy dari Group Bosowa. Membangun tiga kompleks pembangkit listrik di sepanjang Sungai Poso, PLTA Poso 1, 2, dan 3 kini bisa menghasilkan 515 MW. Mesti tak sebesar Danau Toba, Danau Poso di Sulawesi Tengah juga memiliki energi besar dan lestari. Selain memiliki volume air lestari yang besar, Danau Poso terletak sekitar 600 meter di atas permukaan laut, sehingga punya simpanan energi potensial yang besar.

Tenaga Panas Bumi

Sumatra Utara tak hanya memiliki sumber daya air. Toba juga memiliki potensi energi geotermal. Potensi itu  yang dipetik melalui  Pembangkit Listrik Tenaga Panas  Bumi (PLTP) Sarulla yang dioperasikan oleh Medco Energy Indonesia, dalam  konsorsium dengan mitranya dari Jepang dan Amerika Serikat.

Dengan investasi USD1,6 milyar (Rp23,2 triliun), PLTP Sarulla yang berada di daerah perbatasan Kecamatan Pahae Julu dan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, dioperasikan. Produksi dayanya 330 MW, dan membuatnya menjadi PLTP terbesar kedua di Indonesia, setelah  PLTP Gunung Salak, di perbatasan Bogor-Sukabumi, yang berkapasitas 377 MW.

Namun, PLTP Sarulla merupakan pembangkit listrik energi panas bumi pertama di Indonesia yang menggunakan tiga metode dalam pembangkitannya, yaitu condensing, bottomic, dan binary. Pada teknologi tersebut, sisa buangan air panas dari uap panas bumi diolah kembali untuk mendapatkan kapasitas daya listrik. Pembangkit listrik ramah lingkungan ini diresmikan pada 2017.

Pada teknologi terdahulu, air panas sisa uapnya dibuang begitu saja. Teknologi yang diterapkan di PLTP ini sangat efisien dalam memanfaatkan uap dan produk uap (brine). Dengan kombinasi ketiga metode itu, PLTP Sarulla bahkan bisa menorehkan efisiensi yang lebih tinggi dari PLTP lain di tanah air, yang dikenal canggih, yaitu PLTP Darajat, PLTP Kamojang, dan PLTP Wayang Windu. Ketiganya berada di Jawa barat.

Tidak jauh dari Danau Toba, yakni  di Berastagi, Kabupaten Kato, sempat beroperasi PLTP Sibayak yang berkapasitas 2 MW. Namun baru tiga tahun beroperasi, PLTP itu berhenti beroperasi, tepatnya pada 2015. Turbinnya aus terkikis oleh uap yang mengandung belerang tinggi. Operatornya, PT Dizamatra Powerindo Sibayak, belum sanggup mengoperasikannya kembali.

Masih banyak energi bersih lainnya di Sumut yang bisa dimanfaatkan guna membangkitkan energi baru dan terbarukan di Sumatra Utara. Semuanya menunggu momentum untuk digerakkan. Ada energi air, panas bumi, dan biomassa limbah dari perkebunan sawit.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari