Indonesia.go.id - Lambat tapi Pasti, Kasus Penularan kian Tinggi

Lambat tapi Pasti, Kasus Penularan kian Tinggi

  • Administrator
  • Jumat, 22 Juli 2022 | 07:39 WIB
COVID-19
  Warga berfoto di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pinisi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (19/7/2022). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mangatakan bahwa untuk standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat transmisi atau penularan COVID-19 di Jakarta sudah mencapai level 3 sementara transmisi secara keseluruhan untuk Indonesia masih di level 1. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Perlahan tapi pasti, grafik kasus di tanah air bergerak naik. Diprediksi, gelombang keempat dimulai dengan dominasi subvarian BA.4 dan BA.5. Prokes dan vaksin pun kian digencarkan.

Mencermati situasi beberapa waktu belakangan, ada hal yang boleh dibilang cukup memicu kembali rasa cemas. Betapa tidak. Suara raungan ambulans yang melaju dengan kecepatan tinggi kembali kerap bergema di beberapa kota di tanah air. Padahal, pemandangan ambulans yang wara-wiri di jalan perkotaan dengan kecepatan tinggi dan suara sirene yang memekik, itu tak lagi mudah didapati sejak Maret 2022.

Pada Maret itu, angka penularan harian Covid-19 memang telah menurun signifikan dibandingkan pada saat gelombang ketiga terjadi, terhitung sejak medio Januari 2022. Ketika itu, angka penularan harian yang sejak Oktober 2021 bertengger di kisaran puluhan hingga ratusan kasus, naik hingga 1.054 kasus.

Hanya berselang lima hari, jumlah infeksi harian meningkat menjadi 2.116. Tren kenaikan terus terjadi hingga puncaknya pada 16 Februari 2022, di mana infeksi harian virus corona di Indonesia mencapai angka 64.718 kasus. Jumlah itu bahkan lebih tinggi dari puncak-puncak gelombang sebelumnya, yakni gelombang pertama di 14.518 kasus dan gelombang kedua di 56.757 kasus.

Tren kasus di gelombang ketiga kembali menurun setelah mencapai titik puncak infeksi pada pertengahan Februari. Penurunan terjadi perlahan dari level 60 ribu, menjadi 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu, terus menurun hingga menginjak 4 digit. Sejak 14 April, kasus infeksi harian pun stabil di kisaran 3 digit.

Bergerak seiring tren penurunan kasus infeksi, kecenderungan kasus kematian harian pun kemudian berangsur menyusut. Jika pada 8 Maret 2022 puncak kasus harian terekam sebanyak 401 kematian, maka di akhir gelombang tren fatalitas berkisar di angka 20-40 kasus per hari. Puncak angka kematian pada gelombang ketiga yang infeksinya didominasi varian Omicron, berada jauh di bawah gelombang dua yang disebabkan varian Delta, yakni sebanyak 2.069 kasus.

 

Gelombang Baru

Sejak awal Juni 2022, angka penularan harian kasus Covid-19 di tanah air kembali menunjukkan adanya peningkatan. Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, Indonesia memasuki gelombang keempat pandemi. Pemicunya, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Sejumlah indikator menjadi landasan penilaian IDI, di antaranya, kasus positif Covid-19 harian meningkat signifikan. Dalam beberapa hari terakhir, kasus Covid-19 bertambah lebih dari 3.000 kasus. "Tapi kita masih belum capai puncak gelombang BA.4 dan BA.5," kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI Zubairi Djoerban dikutip Minggu (17/7/2022).

Sementara itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, adanya gelombang baru bisa dilihat dari naik turunnya kurva epidemiologi. Semakin tinggi kenaikan kurva dari dasar, maka tampak jelas terjadinya gelombang Covid-19.

Terkait itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan, puncak gelombang keempat yang dipicu subvarian BA.4 dan BA.5 itu hanya sepertiga dari gelombang yang disebabkan Delta dan Omicron. "Jadi kita amati di Afrika Selatan sebagai negara pertama yang BA.4 dan BA.5 masuk, puncaknya itu sepertiga dari puncaknya Omicron atau Delta sebelumnya," kata Menteri Budi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/6/2022).

Itulah sebabnya, Menteri Budi lalu menyebut, jika pada puncak gelombang Omicron, penambahan kasus positif harian mencapai 60.000, maka pada gelombang BA.4 dan BA.5, peningkatan kasus harian diperkirakan hanya 20.000. "Kira-kira nanti estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan, mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari," ucap Menteri Budi.

Lebih jauh, Menteri Budi mengatakan, BA.4 dan BA.5 cepat menular. Hanya saja, sambung dia, fatalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan Delta dan Omicron. "Mungkin (fatalitasnya) seperduabelas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," imbuhnya.

Menteri Budi juga mengungkapkan bahwa virus corona subvarian BA.4 dan BA.5 mampu menembus proteksi yang telah diberikan oleh vaksinasi. Ia menyebut, kemampuan menembus vaksinasi yang dimiliki subvarian BA.4 dan BA.5 dua hingga tiga kali lipat lebih efektif dibandingkan varian Omicron BA.1. "Sehingga kemungkinan masyarakat untuk terkena, terinfeksi, lebih tinggi walaupun yang bersangkutan sudah divaksinasi," kata Menteri Budi.

Kendati demikian, proteksi vaksinasi masih cukup tinggi untuk mencegah pasien Covid-19 mesti dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia. Ia mengatakan, data menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang paling banyak meninggal adalah orang yan belum divaksinasi atau baru divaksinasi satu dosis.

Sedangkan, Menteri Budi menegaskan, pasien yang sudah divaksinasi dua dosis maupun tiga dosis atau booster tingkat fatalitasnya berada di bawah pasien yang belum divaksinasi. "Sehingga disarankan masyarakat tetap cepat-cepat saja di-booster karena walaupun ada kemungkinan terkena tapi booster itu terbukti mampu melindungi kita untuk tidak masuk rumah sakit dan kalau toh pun masuk rumah sakit, tingkat fatalitasnya akan sangat rendah," ujar dia.

Terkait tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) pada gelombang pandemi kali ini, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro pada 15 Juli 2022 menyebut adanya kenaikan di RS rujukan Covid-19, dalam satu pekan terakhir. Tercatat, BOR sampai 13 Juli 2022 sebesar 3,22 persen, atau naik 0,31 persen sejak Juni 2022.

Sementara itu, pada konferensi pers sebelumnya, pada 13 Juli 2022, Juru bicara Satgas Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa kenaikan kasus aktif di tanah air terjadi hingga lebih dari 23 ribu kasus, atau naik hingga empat kali lipat. Dia juga mengingatkan, jumlah kasus positif harian mengalami peningkatan hingga enam kali lipat dibanding bulan lalu.

Tren kenaikan juga terjadi pada positivity rate mingguan. Jika bulan lalu angkanya masih berada di 3,71 persen, pada pekan kedua Juli sudah naik menjadi 5,12 persen. "Angka tersebut sudah melewati standard WHO, yakni 5 persen," tegas Profesor Wiku.

 

Laporan WHO

Hingga Rabu, 19 Juli 2022, tren kasus harian Covid-19 di Indonesia memang masih naik. Data yang dipublikasi di situs Kemenkes itu menunjukkan penambahan sebanyak 5.085 kasus positif. Dengan tambahan tersebut, jumlah total kasus yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini menjadi 6.143.431 kasus.

Dari jumlah tersebut, 30.989 masih positif Corona (kasus aktif). Dilaporkan juga, hari ini  2.596 orang di Indonesia yang sembuh dari COVID-19. Jumlah total yang telah sembuh dari Corona sebanyak 5.955.577 orang.

Selain itu, dilaporkan pula sebanyak enam pasien positif corona di tanah air meninggal dunia. Dengan demikian, jumlah total penderita Covid-19 yang meninggal 156.865 orang.

Dari jumlah total penambahan harian, kasus paling banyak ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Di mana berdasarkan data sebaran, penambahan kasus corona di Jakarta dalam 24 jam terakhir sebanyak 2.485 kasus. Kemudian, di Jawa Barat ditemukan sejumlah 971 kasus, sedangkan di Banten ditemukan 649 kasus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan Provinsi DKI Jakarta berada di level 3 transmisi komunitas penularan Covid-19. Berdasarkan WHO Covid-19 Situation Report - 92 yang rilis pada 13 Juli 2022, transmisi penyebaran di DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibanding 33 provinsi lainnya.

"Di tingkat provinsi, pada pekan 4-10 Juli, DKI Jakarta mencatat kasus tertinggi insiden dengan 73,8 per 100.000 penduduk (diklasifikasikan sebagai level transmisi komunitas tingkat sedang (level 3). Sisanya, 33 provinsi berada pada tingkat transmisi rendah (level 1) dengan insiden kasus mingguan <20 per 100.000 penduduk," tulis laporan WHO situation report Indonesia, dikutip Sabtu (16/7/2022).

Ketika transmisi DKI Jakarta tembus 73,8 per 100.000 penduduk, provinsi lain jauh di bawahnya. Transmisi di Banten tercatat 12,8 per 100.000 penduduk, Bali 10,3 per 100.000 penduduk, Jawa Barat 5,4 per 100.000 penduduk serta DI Yogyakarta 2,5 per 100.000 penduduk. Sisanya di bawah 2 per 100.000 penduduk.

WHO pun mewanti-wanti agar menekan penyebaran kasus Covid-19. Khususnya, penyebaran kasus di wilayah Jawa. "Peningkatan insiden kasus diamati di semua wilayah selama minggu 4 Juli hingga 10 Juli. Per 10 Juli, insiden kasus per 100.000 penduduk meningkat menjadi 8,8 di Jawa-Bali, 0,3 di Sumatra, 1 di Kalimantan, 0,3 di Sulawesi, dan 0,5 di Nusa Tenggara-Maluku-Papua," demikian laporan WHO.

Kendati penyebaran kasus tertinggi ada di DKI, kasus kematian terbanyak akibat virus itu berada di provinsi lain. "Selama 4 sampai 10 Juli, Nusa Tenggara Barat (0,12), DKI Jakarta (0,09) dan Bali (0,05) melaporkan jumlah kematian Covid-19 terkonfirmasi tertinggi per 100.000 pendudukdari 34 provinsi," tulis laporan tersebut.

Bertolak dari kondisi terkini itulah, pemerintah senantiasa menyampaikan imbauan agar masyarakat luas menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Kembali mengenakan masker di manapun berada, mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir, serta menjaga jarak menjadi sebuah keniscayaan.

Tak hanya itu, program vaksinasi Covid-19 pun digencarkan demi menciptakan kekebalan komunal (herd immunity). Baik vaksinasi tahap 1, 2, maupun booster.

Pemerintah juga telah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 hingga 3 demi menekan laju penyebaran corona. Terkait itu, warga diminta menaati aturan yang diberlakukan selama PPKM agar pandemi virus corona dapat teratasi.

Wabah memang belum berakhir. Kewaspadaan atas ancaman kesehatan menjadi hal yang penting. Terlebih, seperti disampaikan pemerintah dalam keterangan pers usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/7/2022), puncak kasus gelombang Covid-19 di Indonesia kali ini tidak akan tercapai dalam waktu cepat.

"Indonesia itu mirip dengan India di mana kenaikannya tidak cepat, tetapi perlahan, naik terus, dan kita belum melihat puncaknya tercapai dengan cepat seperti yang terjadi di negara-negara yang lain."

 

Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari