Indonesia.go.id - Industri Indonesia Menguat, Kondisi Ekonomi Stabil

Industri Indonesia Menguat, Kondisi Ekonomi Stabil

  • Administrator
  • Kamis, 4 Agustus 2022 | 07:17 WIB
MANUFAKTUR
  Ilustrasi. Industri tekstil memberi peranan besar dalam stabilitas industri manufaktur nasional. KEMENPERIN
Kinerja sektor manufaktur Indonesia harus diakui masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia.

Bulan ini, Indonesia akan menyelenggarakan HUT Kemerdekaan ke-77 pada 17 Agustus. Di usianya yang matang itu, tema perayaan yang dipilih kali ini adalah “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”.

Tema itu sangatlah tepat, sebab setelah menerima pukulan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari dua tahun, perlahan namun pasti, sejumlah indikator ekonomi Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Salah kabar positif datang dari industri manufaktur di Indonesia.

Dalam Purchasing Managers‘ Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia, pada Juli 2022, tampak bahwa performa industri yang satu itu cukuplah baik. Berada di angka 51,3, PMI manufaktur Indonesia pun menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Mengutip laporan PMI dari S&P Global, kondisi pengoperasian di seluruh sektor manufaktur Indonesia membaik dengan laju yang lebih kuat pada Juli. "Ini didorong oleh kenaikan yang lebih cepat pada output dan permintaan baru, karena permintaan klien domestik," tulis S&P dalam laporan teranyarnya, Senin (1/8/2022).

Tentu saja, kinerja manufaktur Indonesia yang masih cukup baik itu membuat Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berbangga. Pasalnya kenaikan pada Juli 2022, dibanding bulan sebelumnya yang berada di 50,2, menurut Menteri Agus, menunjukkan kondisi ekonomi yang semakin stabil.

“Kondisi itu juga tak lepas dari meningkatnya realisasi komitmen penggunaan produk dalam negeri,” kata Menteri Agus di Jakarta, Senin (1/8/2022). Di antaranya, sambung Menteri Agus, konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan belanja antarsektor.

Dari ketiga faktor pendorong itu, laju peningkatan belanja pemerintah yang diinisiasi lewat Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terutama, di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), begitu juga mesin peralatan elektronik.

Selain itu, pesanan domestik juga naik dengan adanya momen tahun ajaran baru di Juli. Sebelumnya, musim liburan juga menumbuhkan industri pariwisata, sehingga meningkatkan permintaan untuk produk minuman.

“Kemudian, juga terdapat permintaan yang berasal dari sesama industri, seperti untuk produk baja dan alat berat untuk kebutuhan pertambangan,” jelas Menteri Agus.

Masih merujuk laporan PMI dari S&P Global, perusahaan manufaktur juga menambah jumlah tenaga kerja dengan laju paling tajam dalam periode pengumpulan data lebih dari 11 tahun. "Beberapa panelis menyebutkan perekrutan karyawan baru dalam jumlah banyak pada bulan ini," tulis S&P.

Bahkan kinerja sektor manufaktur Indonesia itu lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara di Asia. Masih merujuk laporan S&P Global, tercatat ada Malaysia dengan angka 50,6.

Lalu negara Asia lain yang tetap mengalami pelambatan meski berada di zona ekspansi adalah Filipina (50,8), Vietnam (51,2), dan Jepang (52,1). Sedangkan Korea Selatan (49,8) dan Taiwan (44,6) malahan masih berada dalam zona kontraksi. Kondisi perbaikan serupa Indonesia, dapat ditemui di Thailand dengan PMI Manufaktur berada di level 52,4.

Mengomentari kinerja PMI Manufaktur Indonesia, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menilai, pemulihan domestik yang terus terjadi meeupakan faktor utama dari kinerja positif manufaktur Indonesia. Kondisi itu juga sejalan dengan pengendalian pandemi Covid-19 yang semakin baik.

Menurut Febrio, sektor manufaktur terus berada di zona ekspansi sejak September 2021. "Tren penguatan ini menunjukkan pemulihan yang sejalan dengan tren sejumlah negara," katanya, dalam keterangan resmi, Selasa (2/8/2022). 

Lebih jauh, Febrio menjelaskan, laju ekspansi itu juga sejalan dengan survei Bank Indonesia mengenai tren kapasitas produksi manufaktur yang secara konsisten meningkat dalam dua kuartal terakhir. Bahkan, kondisinya mulai mendekati level prapandemi.

“Peningkatan produksi ini terjadi seiring dengan permintaan konsumen domestik yang menguat. Permintaan dari sisi konsumsi ini akan terus dijaga agar kinerja manufaktur yang menguat ini dapat terus menopang pemulihan ke depan,” ujarnya.

Febrio menilai, tekanan pada harga khususnya untuk nonenergi dunia yang mulai mereda secara bertahap dapat menjadi faktor positif bagi geliat sektor manufaktur ke depannya. Pandangan senada juga disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menurut Menkeu Sri, hal itu tecermin dari setoran pajak pertambahan nilai (PPN) yang tinggi. Pasalnya, kondisi itu menunjukkan adanya aktivitas manufaktur perdagangan yang sudah berjalan optimal.

“Manufaktur perdagangan itu melonjaknya sejak tahun lalu. Kami selalu sampaikan PPN yang berasal dari manufaktur perdagangan double digit, event di tahun lalu. Tahun ini bahkan naiknya di atas 50 persen,” kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers KSSK, Senin (2/8/2022).

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

-->