Indonesia.go.id - Kebijakan Gas Pol di Jalan Tol

Kebijakan Gas Pol di Jalan Tol

  • Administrator
  • Kamis, 29 September 2022 | 14:20 WIB
INFRASTRUKTUR
  Foto udara Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) seksi 2 di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022).  ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Sampai 2024 ditargetkan 3.500 km jalan tol beroperasi di Indonesia. Sebagian ruas di tol Trans-Sumatera baru bisa dikerjakan setelah 2024 dan perlu anggaran tambahan Rp572 triliun.

Dari waktu ke waktu, dari ruang ke ruang, ruas-ruas jalan tol terus menjulur maju dan memanjang.  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama dengan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) tak berhenti mempercepat pembangunan jalan tol di berbagai daerah. Tujuannya adalah meningkatkan konektivitas antardaerah dan mengungkit perekonomian masyarakat.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR, Rabu (14/9/2022), Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian mengatakan, ruas jalan tol yang beroperasi sejak 2020 hingga Agustus 2022 sepanjang 453,12 km. Adapun yang direncanakan terbangun atau beroperasi antara  September 2022 hingga akhir tahun 2024 sepanjang 1.014 km.

Target capaian pembangunan jalan tol periode 2020--2024 sepanjang 1.450 km. Kebijakan PUPR pun diarahkan untuk mendukung pencapaian itu. Maka pembangunannya harus dikebut. Gas pol. Pada akhir 2024 dicanangkan, target sekitar 3.500 km jalan tol telah beroperasi di Indonesia.

Rinciannya, sampai 2014 ada 795 km jalan tol yang telah beroperasi. Antara tahun 2015--2019 telah dibangun dan dioperasikan tambahan 1.298 km jalan tol baru. Maka, pada akhir 2019 telah tersedia ruas jalan tol sepanjang 2.093 km.

Namun, pandemi Covid-19 membuat laju pembangunan jalan tol itu melambat. Antara 2020-2021,  “hanya” dapat dirampungkan dan dioperasikan tambahan 405 km. Maka, di akhir 2021 jaring jalan tol yang ada sepanjang 2.489 km. Tambahan 1.010 km akan dikebut pada 2022--2024, demi mencapai target 3.499 km jalan tol. Kementerian PUPR optimistis target bisa dicapai.

‘’Pada 2022 ditargetkan operasional 19 ruas jalan tol sepanjang 283,15 km. Hingga Agustus 2022, enam ruas jalan tol baru sepanjang 84,15 km sudah dioperasikan. Selebihnya, sebanyak 13 ruas sepanjang 199 km, ditargetkan bisa tuntas hingga akhir Desember 2022,’’ kata Hedy Rahadian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI itu.

Hedy Rahadian merinci, enam ruas jalan tol yang sudah beroperasi itu adalah ruas Cileunyi-Sumedang-Dawuan Seksi 1 (11,4 km) di Jawa Barat, ruas Binjai-Langsa Seksi 1 (11,8 km), ruas Manado-Bitung Seksi Danowudu-Bitung (13,43 km), ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 2 (6,35 km), ruas Cibitung-Cilincing Seksi 2 dan 3 (24,45 km), dan ruas Taba Penanjung-Bengkulu (16,73 km).

Adapun 13 ruas lainnya yang ditargetkan operasional hingga Desember 2022 adalah ruas Cileunyi-Sumedang-Dawuan di Seksi 2-6 (49,3 km), ruas Ciawi-Sukabumi Seksi 2 (11,9 km), ruas Semarang-Demak Seksi 2 (16,3 km), ruas Cibitung-Cilincing Seksi 4 (7,7 km), ruas Cimanggis-Cibitung Seksi 2A (3,5 km), ruas Cinere-Cimanggis Seksi 3 (5,5 km), dan ruas Serpong-Cinere Seksi 2 (3,6 km).

Berikutnya ialah ruas Bekasi-Cawang-Kp. Melayu Seksi 1A dan 2A (6,6 km), ruas Jakarta-Cikampek II Selatan Paket 3 (8,5 km), ruas Serpong-Balaraja Seksi 1A (4 km), ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 5 dan 6 (12,5 km), ruas Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat Seksi 1 dan 2 (38,5 km), serta ruas Pekanbaru – Bangkinang (31 km) yang merupakan bagian dari jalan tol Padang-Pekanbaru.

‘’Untuk tol Cisumdawu, seksi 2 sedang tahap penyelesaian, kita harapkan akhir Oktober 2022 sudah bisa kita operasikan hingga seksi 3 Cimalaka. Sedangkan untuk seksi 4--6 kita harapkan selesai paling lambat pada Desember 2022 karena tol ini sudah lama ditunggu oleh masyarakat untuk mengurangi travel time dari Bandung hingga Kertajati,” kata Hedy.

Trans-Sumatera

Dari target penyelesaian jalan tol sepanjang 1.010 km pada kurun 2022-2024, sebagian berada di Sumatra. Jaringan jalan tol Trans-Sumatera itu panjang keseluruhannya 3.042 km. Yang menjulur dari Banda Aceh sampai ke Bakauheni, Lampung, disebut koridor utama (backbone). Jalur backbone itu akan melintasi Banda Aceh, Medan, Dumai, Pekanbaru, Jambi, dan Palembang, hingga berujung ke pelabuhan penyeberangan Bakauheni di Lampung.

Selain jalan yang membujur ada pula tiga ruas yang melintang dan disebut sirip (koridor pendukung). Sirip pertama melintas dari Kota Sibolga, naik ke dataran tinggi Danau Toba, kemudian turun ke Kota  Pematang Siantar, dan menembus tol backbone di Kota Tebing Tinggi (Sumatra Utara). Sirip kedua  dari Padang ke arah Pekanbaru, melewati Bukittinggi. Lantas, sirip ketiganya dari Kota Bengkulu ke arah Palembang.

Dalam keterangan Menteri Basuki, berkenaan dengan refeksi 17 Agustus 2022, di Jakarta, disebutkan bahwa sebagian dari seluruh ruas di koridor backbone dan sirip tol Trans-Sumatera itu bisa selesai pada 2024. ‘’Kita prioritaskan yang dari Bakauheni, Palembang, sampai ke Jambi bisa diselesaikan,’’ ujarnya.

Sampai akhir 2021, dari 24 ruas jalan tol Trans-Sumatera (JTTS), yang sudah selesai dikerjakan dan mulai dioperasikan ada 10 ruas dengan panjang 684 km. Semuanya disebut tahap 1. Ruas-ruas lain yang sedang dikerjakan dan ditargetkan rampung paling lambat 2024 dimasukkan kategori tahap 2, yang  terdiri dari beberapa ruas yang saling terpisah, dengan panjang 553 km.

Adapun yang masuk tahap 3 JTTS ini meliputi sejumlah ruas antara Jambi dan Pekanbaru, antara Dumai dan Kisaran serta sejumlah ruas antara Kota Sigli hingga ke Langsa. Untuk tahap 4 adalah ruas-ruas pada koridor pendukung (sirip) yang pembangunannya belum dimulai.

Ruas demi ruas JTTS tahap 2 itu pun selesai dikerjakan. Pada 2022, beberapa proyek tahap 2 JTTS ini akan rampung. Ruas tol Banda Aceh ke Sigli, sepanjang 74 km, dipastikan selesai pada 2023. Pada ruas yang lain, JTTS bakal menembus batas dua provinsi, yakni antara Aceh dan Sumatra Utara.

Jalur Binjai-Pangkalan Brandan (Sumut) sepanjang 58 km, dan berlanjut sampai ke Langsa (Provinsi Aceh) sejauh 73 km, akan rampung di 2024. Kota Langsa hanya 30 km dari perbatasan Aceh-Sumut, dan berjarak 425 km dari Banda Aceh. Jarak Banda Aceh ke Medan sekitar 570 km.

Bila semua berjalan sesuai rencana, pada 2024 Langsa telah terkoneksi ke backbone tol Trans-Sumatera. Warga Langsa bisa laju berkendaraan melalui jalan tol menuju Pangkalan Brandan, Binjai, Medan, Kualanamu, Tebing Tinggi, dan berlanjut hingga Kota Kisaran. Dengan begitu, jalan tol yang telah beroperasi pada 2024 akan memanjang dari Langsa ke Kisaran, sejauh 260 km.

Kendala Waktu dan Biaya

Ruas-ruas terbangun pada koridor backbone JTTS itu belum bisa sepenuhnya saling terkoneksi. Ada masalah biaya dan waktu. Dalam kalkukasi Kementerian PUPR, Agustus 2022, diperlukan tambahan biaya Rp572 triliun untuk menyelesaikan semuanya (tahap 3 dan 4). Anggaran sebesar itu tidak mungkin tersedia sampai 2024. Seandainya pun ada, waktunya sudah tidak memungkinkan. Dengan begitu maka, tahap 3 dan tahap 4 JTTS harus diselesaikan setelah 2024.

Maka, sampai 2024 backbone JTTS ini baru menjangkau jalur antara Bakauhuni hingga Jambi sejauh 632 km. Masih ada harapan, segmen Jambi-Rengat (Provinsi Riau) sejauh 190 km bisa diselesaikan pula pada 2024. Namun, Rengat ke Pekanbaru masuk tahap 3. Maka, koridor berikutnya dari Pekanbaru ke Dumai 131 km. Setelah itu terputus. Ruas Dumai-Kisaran masuk ke tahap 3, seperti halnya segmen Langsa-Lhokseumawe-Sigli.

Untuk koridor pendukung (sirip) hampir semuanya digeser ke tahap 4, kecuali yang sudah dimulai pekerjaan konstruksinya. Jalur ruas tol Sibolga-Tebing Tinggi sejauh 210 km baru akan selesai di ruas Tebing Tinggi-Pematang Siantar 58 km. Pada koridor sirip Padang-Pekanbaru yang sudah selesai dibangun dan akan segera dioperasikan ialah segmen Pekanbaru-Bangkinang 41 km. Dari arah Padang yang akan selesai 2023 ialah ruas Padang-Sicincin 32 km. Ruas Sicincin-Bukittinggi-Bangkinang (170 km) akan digarap setelah 2024.

Koridor sirip Bengkulu-Palembang tidak lebih beruntung. Dengan rencana koridor sepanjang 350 km, baru dua seksi  yang sudah dikerjakan dan selesai, yakni dari Bengkulu-Taba Penanjun 17 km, dan Palembang-Indralaya 22 km.

Pembangunan infrastruktur memang perlu waktu panjang, anggaran besar serta kebijakan politik yang konsisten dan berkesinambungan. Apalagi, urusan infrastruktur itu tak pernah ada habisnya.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari

-->