Indonesia.go.id - Indonesia Tangguh di Tengah Ancaman Resesi Global

Indonesia Tangguh di Tengah Ancaman Resesi Global

  • Administrator
  • Kamis, 3 November 2022 | 15:49 WIB
KINERJA PEMERINTAH
  Pemerintah Indonesia sejak awal 2021 sampai 19 Oktober 2022 telah menyuntikkan 442.075.588 dosis vaksin corona kepada masyarakat Indonesia. ANTARA FOTO/ Andreas Fitri Atmoko
Pemerintah terus menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan krisis pangan, energi, serta gejolak keuangan dunia.

Indonesia sepanjang 2022 merupakan satu dari sedikit negara dengan resiliensi baik di tengah situasi pandemi yang belum mereda dan krisis global yang dipicu perang Rusia-Ukraina. Lembaga dunia seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memuji kinerja perekonomian Indonesia sekaligus pengendalian pandemi di tengah ancaman resesi global.

Pemerintah menyadari, pemulihan ekonomi tak akan terwujud jika kasus Covid-19 tidak dikendalikan dengan betul. Vaksinasi massal menjadi kunci, di samping penanganan pasien, penguatan layanan kesehatan, dan protokol kesehatan.

Dalam hal mengatasi pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia sejak awal 2021 sampai 19 Oktober 2022 telah menyuntikkan 442.075.588 dosis vaksin corona kepada masyarakat Indonesia mulai dari anak 7--11 tahun, tenaga kesehatan, ASN, hingga lansia. Gerakan masif vaksinasi ke seluruh daerah selama 2022 dengan bekal 100 juta dosis vaksin didukung oleh operasi lapangan oleh aparat TNI, Polri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Mereka bekerja sama dengan dinas kesehatan daerah maupun instansi lainnya menggelar vaksinasi di kantor polsek, polres, markas koramil, kodam, kapal perang TNI-AL, pelabuhan, serta turun menjemput bola ke rumah-rumah penduduk melewati gang sempit, pegunungan, serta pulau-pulau terpencil di ujung Maluku Utara, Papua, sampai Anambas, Kepulauan Riau.

Dengan dukungan personel TNI dan Polri, terjadi akselerasi dalam mencapai target cakupan vaksin bagi masyarakat. Setidaknya sudah 80 persen lebih masyarakat menerima vaksin dosis 1 dan 70 persen mendapatkan suntikan dosis 2. Adapun target suntikan booster (ketiga dan keempat) terus dikebut.

Upaya pemerintah tersebut yang dicatat sebagai capaian kinerja pemerintah dalam mengatasi berbagai tantangan global tersebut disampaikan dalam diskusi daring bertajuk "Capaian Kinerja Pemerintah Tahun 2022" yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) Kementerian Kominfo, pada Jumat (21/10/2022)

Pada diskusi tersebut dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, serta Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Aris Darmansyah.

Strategi penanganan pandemi Covid-19 menjadi poros utama. Tanpa itu, sulit dilakukan pemulihan ekonomi nasional. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia dan tercatat merupakan yang terbesar dalam sejarah. Sehingga semua negara menghadapinya bersama-sama.

Pada saat pandemi Covid-19 terjadi, Menkes memaparkan, puncak kasus di Indonesia pernah mencapai 600.000 per hari. Sekarang sudah turun menjadi di bawah 2.000 per hari. Sementara yang masuk rumah sakit pernah mencapai 100.000 orang, sementara sekarang hanya 3.100 orang per hari. Adapun yang meninggal pernah mencapai 1.800 orang, sekarang kini sudah berhasil ditekan hingga turun di angka 20-an kasus per hari.

“Jadi itu adalah pencapaian yang kita raih di masa pandemi ini dan seluruh dunia juga mengakui bahwa penanganan kita adalah yang paling baik, khususnya di gelombang terakhir, varian omicron, B.4 dan B.5,” tegasnya.

Bahkan pada Juni hingga Agustus kemarin, ujar Menkes Budi, Indonesia tidak mengalami peningkatan kasus meskipun negara-negara lainnya melaporkan kenaikan kasus yang signifikan. Hal ini disebabkan strategi penanganan pandemi oleh pemerintah yang sangat baik.

Diakui oleh Kepala KSP Moeldoko, pandemi Covid-19 yang melanda dunia, merupakan pukulan berat bagi ekonomi Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan konflik Rusia-Ukraina.

“Hakikat dari kondisi Covid-19 dan peperangan ini memunculkan tiga varian ancaman baru. Pertama adalah krisis pangan, kedua krisis energi, dan ketiga adalah krisis keuangan global,” kata Moeldoko.

Dalam rangka mengatasi krisis pangan, pemerintah terus mendorong terwujudnya swasembada pangan. Indikatornya, kata mantan Panglima TNI itu, pemerintah telah membangun infrastruktur yang masif di sektor pangan ini. Antara lain, 35 unit bendungan, 10.035 hektare (ha) daerah irigasi, rehabilitasi terhadap 152.615 ha jaringan irigasi, pembangunan 21 embung, dan pembangunan 157 km tanggul pengendali banjir dan pengamanan pantai.

“Hal ini, membuat Indonesia relatif surplus pangan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, Indonesia surplus 10 juta ton pangan,” ujar Moledoko.

Berkaitan dengan energi, pemerintah telah mengantisipasi dengan menyiapkan kebijakan, salah satunya adalah Program Mandatori B30 yang mewajibkan semua bahan bakar diesel di Indonesia memiliki campuran minimal 30 persen biodiesel dan 70 persen solar. Selain itu, bantuan-bantuan sosial sebagai bentuk perlindungan sosial diberikan cukup masif untuk menjaga daya beli masyarakat khususnya kelompok tak mampu.

 

Tingkat Inflasi Indonesia Aman

Pada kesempatan yang sama, Yustinus Prastowo selaku Staf Khusus Menteri Keuangan RI mengakui, selama tiga tahun terakhir, Indonesia berjibaku dengan pandemi Covid-19. Hal itu membuat anggaran negara cukup bengkak. Di mana tercatat sebanyak Rp1.895 triliun disiapkan baik untuk penanganan kesehatan maupun pemulihan ekonomi nasional.

"Kita bersyukur, sebab di balik wabah ada hikmah dan bahkan ada berkah. Indonesia saat ini dapat mempertahankan, bahkan dalam beberapa hal, dapat mengoptimalkan berbagai potensi. Kita termasuk negara dengan tingkat inflasi yang terjaga, relatif rendah di 5,95 persen," papar Yustinus Prastowo.

Yustinus menambahkan, pendapatan Indonesia di 2022 setelah dua tahun berjuang untuk pulih, justru bisa tumbuh 49,8 persen. Sementara rasio utang yang seringkali menjadi catatan selama masa Covid ini, Yustinus menjelaskan, Indonesia terpaksa menambah utang untuk menangani pandemi. Namun penetrasi rasio utang terhadap PDB yang sempat menyentuh 4,1 persen, perlahan diturunkan dan sekarang di angka 3,8 persen.

Hal terpenting lagi, terkait neraca perdagangan, Indonesia konsisten surplus selama 28 bulan berturut-turut. Bahkan per September tahun ini, ekspor Indonesia mencapai USD24,8 miliar. Adapun cadangan divisa Indonesia, terjaga di angkat USD138 miliar atau 2,3 quatriliun rupiah di tengah berbagai tantangan yang kita hadapi. Selain itu, indikator perbandingan dengan negara ASEAN dan G20 juga cukup bagus.

“Mudah-mudahan ini jadi bekal yang bagus untuk menyongsong tahun depan yang juga akan lebih dinamis,” jelas Yustinus.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer