Indonesia.go.id - Gas Bumi Melimpah Tunggu Eksplorasi

Gas Bumi Melimpah Tunggu Eksplorasi

  • Administrator
  • Minggu, 4 Desember 2022 | 16:36 WIB
GAS BUMI
  SKK Migas akan mendesain jaringan pipa LNG untuk memenuhi kebutuhan sejumlah industri di tanah air. PGN
Potensi gas bumi cair atau LNG di Indonesia sangat besar. Rencananya, SKK Migas akan mendesain jaringan pipa LNG untuk memenuhi kebutuhan sejumlah industri di tanah air.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa potensi gas bumi Indonesia cukup menjanjikan, dengan cadangan terbukti sekitar 41,62 triliun cubic feet (TcF). Meski cadangannya tergolong kecil dibandingkan cadangan dunia, Indonesia masih memiliki 68 cekungan potensial yang belum tereksplorasi yang ditawarkan kepada investor.

Berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2022--2030, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dari lapangan migas yang ada. Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia juga diperkirakan akan mengalami surplus gas hingga 1.715 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) yang berasal dari beberapa proyek potensial.

“LNG ada yang besar-besar, seperti yang sekarang kita punya di Papua, Bontang, Sulawesi. Ke depannya, kita akan punya proyek-proyek LNG cukup besar juga yaitu di Abadi Masela,” ujar Dwi, pada acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta, Bali pada Rabu, 23 November 2022.

Ada pula temuan di Andaman, Aceh Utara, yang memiliki gas bumi, termasuk juga menghidupkan kembali Arun LNG Plant. Berbagai temuan dan potensi gas bumi itu dinilai bisa mengamankan kebutuhan gas dalam negeri.

“Indonesia dapat mengoptimalkan peran LNG. Seperti yang diproyeksikan dalam Neraca LNG Indonesia, akan ada peningkatan produksi LNG pada 2028,” kata Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM.

Proyek-proyek LNG tersebut, kata dia, antara lain adalah Masela yang akan mulai berproduksi setelah pertengahan dekade ini dan proyek IDD yang diharapkan dapat mendukung produksi LNG Bontang. Selain itu, wilayah kerja Andaman dan Agung yang diharapkan bisa berkontribusi dalam jangka panjang.

Tutuka memaparkan, produksi LNG Bontang pada 2026 diperkirakan 27,7 kargo. Pada berikutnya, produksi akan meningkat menjadi 56,2 kargo. Sementara itu, untuk produksi dari Blok Masela, diperkirakan pada 2028 produksi LNG sekitar 149,2 kargo dan hingga 2035 produksinya relatif stabil.

Namun demikian, penyerapan gas untuk kepentingan dalam negeri hingga saat ini masih belum optimal. Penyerapan gas domestik baru mencapai 64,3% dari produksi gas Indonesia pada 2021 atau dengan total gas yang disalurkan adalah 5.734,43 BBTUD.

Dari jumlah tersebut, sebesar 27,45% untuk kebutuhan industri, ekspor berupa LNG sebesar 22,18%, pupuk 12,08%, ekspor gas pipa 13,14%, dan listrik 11,90%. Indonesia juga memanfaatkan gas untuk kebutuhan domestik LNG dan LPG, masing-masing sebesar 8,56% dan 1,56%. Sebagian kecil dari sisa konsumsi adalah untuk gas kota dan gas untuk bahan bakar transportasi.

Sementara itu, menurut data Kementerian ESDM, pada 2011 Indonesia memiliki cadangan gas alam terbukti sebesar 104,71 triliun kaki kubik persegi (trillion square cubic feet/TSCF). Namun, cadangan tersebut turun signifikan sejak 2019 hingga hanya tersisa 41,62 TSCF pada 2021.

Kementerian ESDM menyatakan, penurunan signifikan itu salah satunya dipengaruhi pembaruan standar perhitungan cadangan gas alam, yakni Petroleum Resources Management System (PRMS) yang diperbarui pada 2018 dan diterapkan di Indonesia mulai 2019.

Perkembangan terkini, pada Oktober 2022 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina EP Regional 4 Zona 11 telah menemukan cadangan gas baru di Blok Cepu, Lapangan Banyu Urip, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. SKK Migas dan Pertamina EP saat ini masih melakukan evaluasi dan tes untuk mengetahui nilai kandungan gas dari lokasi tersebut.

Tim masih bekerja untuk memantau volume aliran gas dan pembersihan lokasi pemboran. Temuan cadangan ini merupakan kolaborasi semua pihak untuk terus berkomitmen melakukan eksplorasi untuk meningkatkan produksi migas nasional.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari