Indonesia.go.id - Momentum Pemulihan di 2023 Masih Kuat

Momentum Pemulihan di 2023 Masih Kuat

  • Administrator
  • Jumat, 17 Februari 2023 | 22:12 WIB
PEMULIHAN EKONOMI
  Bahan bakar kendaraan menjadi penyumbang inflasi tertinggii dengan dengan andil 1,07 persen, kemudian diikuti bahan bakar rumah tangga 0,24 persen. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023 akan di atas capaian pertumbuhan periode sama di 2022.

Perekonomian nasional kini terus diliputi optimisme terhadap pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Indikator itu terlihat dari stabilitas sistem keuangan (SSK) sepanjang triwulan IV-2022, dan terus berlanjut pada kuartal I-2023.

Raut wajah optimis itulah yang terlihat tatkala pemangku kepentingan, baik di sektor fiskal maupun moneter, bertemu dalam Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I tahun 2023 di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pada Selasa (31/1/ 2023).

KSSK terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pada pertemuan tersebut, empat institusi itu menyatakan komitmen untuk terus memperkuat koordinasi dan menjaga kewaspadaan terhadap berbagai perkembangan dan kemungkinan terjadinya risiko dari faktor global.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2023 akan di atas capaian pertumbuhan pada periode yang sama pada 2022. “Kegiatan masyarakat terus meningkat, terutama tingkat konsumsi masyarakat. Indikasi penguatan ekonomi pada kuartal I-2023 tecermin dari kegiatan masyarakat yang terus meningkat, terutama sejak berakhirnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak akhir tahun lalu,” ujarnya, saat konferensi pers seusai KKSK itu.

Menkeu menambahkan, pelaksanaan ibadah Ramadan dan jelang Idulfitri pada medio Maret—April 2023, menambah keyakinan terhadap prospek ekonomi pada kuartal I-2023. “Kami masih melihat momentum pemulihan ekonomi pada 2023 masih kuat. Kuartal I-2023, Insyaallah akan lebih kuat dari kuartal I-2022. Jadi, kami memperkirakan pada kuartal I-2023 ini momentum pertumbuhannya masih akan cukup kuat,” ujarnya.

Berdasarkan data, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 tercatat sebesar 5,01 persen. Sementara itu, pada dua kuartal pertama sebelumnya yakni kuartal I-2020 dan kuartal I-2021, pertumbuhan ekonomi masing-masing 2,97 persen dan minus 0,7 persen.

Menurut Menkeu Sri, momentum positif pada kuartal I-2023 dapat terus terjaga sampai dengan akhir tahun. Bahkan walau International Monetary Fund (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi dalam negeri, dia meyakini, laju ekonomi domestik dapat tumbuh di kisaran 5 persen.

Menkeu Sri juga mengungkapkan, angka pertumbuhan itu mendekati asumsi yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar 5,3 persen. Adapun untuk pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2022, Menkeu memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh antara 5,2 persen—5,3 persen.

“Minggu depan akan diumumkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Total yang seperti saya sampaikan antara 5,2 persen sampai 5,3 persen untuk seluruh tahun 2022. Berarti, kuartal IV-2022 di atas 5 persen,” katanya.

Wajar jika pemerintah tetap mematok pertumbuhan 5,3 persen di 2023. Tapi seiring dengan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS), pada Senin (1/2/2023), pemerintah juga perlu memperhatikan laju inflasi.

Bila laju inflasi itu tidak segera direm, tentu laju pertumbuhan seperti yang diharapkan pemerintah akan terhambat. Ini pekerjaan rumah pemangku kepentingan di negeri ini.

Dalam laporannya itu, BPS mengumumkan pencapaian inflasi pada Januari 2023 sebesar 5,28 persen secara tahunan (year on year/yoy).

 

Masih Lebih Tinggi

Menurut lembaga itu, inflasi ini masih lebih tinggi jika dibandingkan posisi sama periode Januari sebelumnya yang berada di 2,18 persen, tetapi lebih rendah dibanding Desember 2022 yang mencapai 5,51 persen

"Inflasi tahunan Januari memang relatif masih tinggi. Karena merupakan akumulasi perubahan harga selama setahun terakhir termasuk saat inflasi pascapenyesuaian BBM," ujar Kepala BPS Margo Yuwono di Jakarta, Senin (1/2/2023).

Margo mengatakan, inflasi tahunan pada Januari terbesar terjadi pada kelompok transportasi mencapai 13,91 persen dengan andil 1,67 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi, di antaranya, pada bensin dengan andil 1,07 persen, kemudian diikuti bahan bakar rumah tangga 0,24 persen.

"Kemudian diikuti oleh beras, beras ini memiliki andil 0,24 persen. Kemudian tarif angkutan udara memiliki andil 0,19 persen, rokok keretek filter juga memberikan andil kepada inflasi tahunan 0,17 persen," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama seusai rapat berkala KSSK I tahun 2023, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengemukakan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup kuat, menjadi salah satu faktor yang dapat memperkuat nilai tukar rupiah. Perry meyakini, stabilitas rupiah akan terus menguat ke depan yang ditopang oleh sejumlah faktor.

Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai cukup baik. “Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global dan sejumlah negara emerging market, Indonesia termasuk yang cukup tinggi yakni 4,8 persen, lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan Tiongkok yang 4,5 persen,” ujarnya.

Kedua, inflasi yang terkendali. Perry menyatakan inflasi inti dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di bawah 4 persen pada semester I-2023. Selain itu, bank sentral memproyeksikan inflasi IHK berada di level 3,5 persen pada akhir 2023. Perkiraan itu cukup kontras dengan inflasi dunia yang pada akhir tahun ini diperkirakan mencapai 5 persen.

Ketiga, transaksi berjalan yang sepanjang tahun lalu mencapai surplus tertinggi sepanjang sejarah. Menurutnya, tren positif itu akan terus berlanjut pada tahun ini. Keempat, imbal hasil yang menarik. Perry mengatakan, yield Surat Berharga Negara (SBN) dibandingkan dengan yield US Treasury ataupun yang lain memberikan imbal hasil menarik.

“Kami sampaikan bahwa year to date sudah terjadi inflow yang relatif tinggi yakni Rp5,8 triliun,” tuturnya.

Faktor terakhir adalah komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengarahkan sesuai dengan fundamentalnya. Hal ini dalam upaya mendukung berlanjutnya pemulihan ekonomi tanah air. Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebutkan, stabilitas sektor keuangan dan kinerja keuangan cukup terjaga.

Fungsi intermediasi di lembaga jasa keuangan tumbuh di atas perkiraan. Penyaluran kredit perbankan sampai dengan Desember 2022 tumbuh 11,35 persen yoy, sejalan dengan membaiknya perekonomian dalam negeri. Pertumbuhan kredit ditopang oleh permintaan jenis kredit modal kerja yang naik 12,17 persen dan kredit untuk debitur korporasi yang mencapai 15,44 persen.

Dari sisi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), tumbuh 9,01 persen ditopang oleh dana simpanan giro yang naik 18,78 persen. Demikian halnya di industri pembiayaan yang tumbuh positif hingga 14,18 persen yoy.

Sementara itu, penghimpunan premi di industri perasuransian mencapai Rp27,63 triliun pada Desember 2022. Perinciannya, penghimpunan premi tersebut berasal dari premi asuransi jiwa dan asuransi umum yang masing-masing mencapai Rp16,41 triliun dan Rp11,22 triliun pada Desember 2022.

Sejalan dengan pertumbuhan premi itu, Mahendra menuturkan, OJK terus berupaya untuk meningkatkan kepercayaan pemegang polis dan masyarakat untuk mempunyai asuransi. “Yang jelas, dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan [SSK] di tengah meningkatnya risiko eksternal, OJK akan proaktif memperkuat kebijakan prudensial di sektor jasa keuangan dalam menjaga stabilitas industri jasa keuangan,” ujar Mahendra Siregar.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari