Stok barang kebutuhan bahan pokok dipastikan aman khususnya untuk persiapan Nataru 2023/2024. Subsektor makanan dan minuman pada kuartal III-2023 tumbuh positif.
Berita lama itu kembali berulang, harga pangan merangkak naik. Kenyataan yang seolah menjadi ritual rutin setiap kali menjelang perayaan hari raya agama dan juga libur panjang, seperti Idulfitri maupun Natal. Kali ini, memasuki libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024, harga bahan pokok pangan pun kembali melonjak.
Sekedar menyebut contoh, sesuai data Panel Harga Badan Pangan Nasional, Selasa (13/12/2022), beras premium mengalami kenaikan sebesar 1,71 persen per kilogram (kg) menjadi Rp13.100 dibanding sepekan lalu. Begitu juga beras jenis medium naik 1,24 persen menjadi Rp11.470 per kg.
Kedelai impor pun naik 0,75 persen menjadi Rp14.820 per kg, bawang merah naik 1,28 persen menjadi Rp35.500 per kg, bawang putih naik 0,75 persen menjadi Rp25.690 per kg, daging sapi murni naik 1,21 persen menjadi Rp135.780 per kg.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, tidak menampik fakta tersebut. Menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan, misalnya cabai, bawang merah, bawang putih, dan telur.
"Kenaikan harga telur disebabkan permintaan yang meningkat jelang Natal dan tahun baru. Harga telur naik sedikit karena permintaan naik. Nanti kalau permintaannya biasa lagi, harganya akan turun kembali. Kenaikan ini masih wajar sebesar Rp30.700/kg, tetapi di ritel modern masih Rp27.000/kg," jelas Mendag, pada Senin (12/12/2022).
Meski ada kenaikan, Kemendag memastikan stok barang kebutuhan bahan pokok aman, khususnya untuk persiapan Nataru. Selain itu, inflasi pun terkendali.
Pada November 2023, inflasi tercatat sebesar 5,42 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71 persen. Dalam upaya menjaga inflasi terkendali, Kemendag bersama Kementerian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik (BPS), dan pemerintah daerah, berkolaborasi menyusun Indeks Perkembangan Harga (IPH).
Tumbuh Positif
Pada sisi lain, libur Nataru 2023/2024, telah pula memberi dampak positif pada subsektor industri makanan dan minuman. Perayaan Nataru mendorong peningkatan permintaan produk sukbsektor yang sejauh ini berkontribusi 6,59% di sektor industri manufaktur Indonesia.
Laju pertumbuhan subsektor makanan dan minuman pada kuartal III-2023 tumbuh positif sebesar 3,28% (year on year/yoy). Selain itu, subsektor tersebut juga memiliki peran penting dalam mendukung upaya penerapan dekarbonisasi dan peningkatan ekonomi hijau dengan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan, memanfaatkan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan mengolah limbah.
“Inovasi dan teknologi adalah pendorong utama dalam transformasi industri pangan,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat plant tour di fasilitas produksi PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk dalam rangkaian kunjungan kerja di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Kamis (14/12/2023).
Menko Airlangga mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah sedang menjalankan hilirisasi, termasuk di industri pertanian, sehingga hal ini akan mengembangkan industri substitusi impor di dalam negeri. Selain itu, produksi komoditas pangan juga terus diperkuat di dalam negeri agar bisa mencapai ketahanan pangan nasional.
“Kita tahu bahwa mengembangkan food estate siklusnya tidak sama dengan membangun pabrik. Jadi itu butuh ekosistem, pengembangan pertanian, dan kita akan coba sistem pertanian yang modern,” tutur Menko Airlangga.
Kunci Kesejahteraan Petani
Yang dimaksud hilirisasi oleh Menko Airlangga adalah proses mengolah bahan mentah menjadi produk turunan bernilai tambah. Program tersebut saat ini tengah menjadi tren dalam kebijakan pemerintah.
Hilirisasi di sektor pertanian sendiri merupakan satu dari 21 komoditas yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu selain komoditas lain dari sektor pertambangan, perkebunan, dan kelautan.
Sebagai proses yang memberikan nilai tambah, hilirisasi di bidang pertanian otomatis menjadi salah satu kunci kesejahteraan bagi petani, mengingat selama ini petani cenderung menjual produknya secara langsung saat panen berupa gabah tanpa mengolahnya dulu menjadi padi, sehingga keuntungan yang diterimanya lebih kecil.
Maka jika petani kemudian difasilitasi untuk melakukan hilirisasi, pendapatan yang akan diterimanya jelas akan meningkat signifikan. Semua tahu bahwa menjual barang mentah pasti lebih murah ketimbang menjual barang jadi atau setengah jadi.
Sektor pertanian yang diusahakan petani memerlukan pemberian nilai tambah yang konkret pada produk yang dihasilkannya. Pengertian nilai tambah (value added) adalah suatu komoditas yang bertambah nilainya karena melalui proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi.
Dalam kaitannya dengan komoditas pertanian, khususnya padi, terjadi perubahan bentuk mulai dari penanaman oleh petani menjadi bahan pangan karbohidrat yang siap dikonsumsi. Perubahan itu mulai dari benih, gabah, beras, hingga nasi.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari