Dalam penyempurnaan regulasi perlindungan di ruang digital, pemerintah mendengarkan masukan dari anak-anak karena mereka merasakan langsung dampak positif dan negatif dunia digital dan merupakan pemangku kepentingan utama dari aturan tersebut.
“Anak-anak bukan sekadar pengguna, mereka adalah pemangku kepentingan utama. Mereka merasakan langsung dampak baik dan buruk dunia digital. Jika kita ingin regulasi yang benar-benar melindungi, kita harus mendengar mereka,” ujar Staf Khusus Menteri Bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital, Raline Shah, dalam Forum Group Discussion (FGD) bersama anak-anak dari berbagai sekolah di Perpustakaan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Jakarta Pusat, pada Selasa (18/2/2025).
Raline mengatakan, regulasi yang disusun bukan sekadar wacana, tetapi harus berakar pada pengalaman nyata.
Anak-anak berbagi cerita tentang betapa mudahnya mereka terpapar konten negatif, tekanan sosial di media digital, dan kurangnya kesadaran orang tua dalam mendampingi mereka saat berselancar di dunia maya.
“Banyak yang tidak kita lihat sebagai orang dewasa. Anak-anak menghadapi tantangan yang tidak selalu kita pahami. Perspektif mereka ini yang harus kita jadikan dasar dalam menyusun kebijakan,” tambahnya.
Menurut Raline, salah satu tantangan terbesar yang muncul adalah dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak. Konten negatif yang merajalela bisa mengikis kepercayaan diri, menumbuhkan kecemasan, bahkan mendorong anak-anak ke dalam pergaulan yang berbahaya.
Hal ini menjadi alasan pemerintah untuk menciptakan regulasi yang benar-benar mampu melindungi generasi muda. Namun, regulasi saja tidak cukup karena peran keluarga lebih penting dalam membentuk kebiasaan digital yang sehat.
“Kita bisa bikin aturan seketat apapun, tapi kalau di rumah anak-anak tidak mendapatkan contoh yang baik, semua akan percuma. Orang tua harus hadir, bukan hanya secara fisik, tapi juga dalam dunia digital anak-anak mereka,” kata dia.
Kebijakan ini diharapkan menjadi langkah maju bagi Indonesia dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih aman bagi anak-anak.
Dengan mendengar suara anak, Kemkomdigi memastikan bahwa perlindungan digital bukan hanya wacana, tetapi kenyataan yang benar-benar dirasakan oleh mereka yang paling membutuhkan.
Turut hadir dalam diskusi ini, tim dari Pusat Studi Kebijakan Publik (PSPK) serta 15 perwakilan anak dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Hasil dari FGD ini akan menjadi bahan utama dalam penyempurnaan regulasi perlindungan anak di ruang digital.
Penulis: Wahyu Sudoyo
Redaktur: Untung S
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/904258/kemkomdigi-anak-anak-merasakan-langsung-dampak-dunia-digital