Indonesia.go.id - Menjaga Optimisme Pertumbuhan Kredit Nasional

Menjaga Optimisme Pertumbuhan Kredit Nasional

  • Administrator
  • Senin, 9 Desember 2024 | 09:45 WIB
PEREKONOMIAN
  Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (20/11/2024). ANTARA FOTO/ Dhemas Reviyanto
Penurunan Fed Fund Rate disusul dengan penyesuaian BI Rate akan mengurangi cost of fund bagi perbankan sehingga berpotensi mempercepat pertumbuhan kredit.

Di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergejolak, otoritas moneter Indonesia tetap memancarkan optimisme terhadap pertumbuhan kredit nasional. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kredit nasional tumbuh di kisaran 11,13% pada tahun 2025 dan 2026, meningkat dari target tahun ini sebesar 10,12% (year on year/yoy).

Proyeksi ini dilandasi oleh kebijakan Bank Indonesia yang tetap menjaga stabilitas sistem keuangan serta kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Proyeksi pertumbuhan kredit perbankan secara nasional di atas tergambar dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024 di Gedung BI, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).

Menurut Perry, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) akan terus diperkuat. Langkah ini memberikan insentif kepada perbankan melalui pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM), dengan fokus pada pembiayaan sektor-sektor prioritas seperti pertanian, perdagangan, industri pengolahan, transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, properti, UMKM, Ultra Mikro (UMi), dan ekonomi hijau.

Jumlah insentif KLM akan ditingkatkan dari Rp259 triliun pada 2024 menjadi Rp283 triliun pada 2025. Hingga saat ini, sebanyak 102 bank telah menerima KLM di atas 3ri Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, kebijakan uang muka kredit 0% tetap diberlakukan untuk kredit properti dan otomotif, guna mendorong pembiayaan di sektor-sektor tersebut.

Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyoroti dampak positif dari potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada 2025. Langkah tersebut diharapkan dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia.

Penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang diikuti dengan penyesuaian BI Rate akan mengurangi cost of fund, sehingga membuka peluang untuk menurunkan suku bunga kredit. Kondisi ini dapat mempercepat pertumbuhan kredit, ungkap Dian.

Namun, ia juga mengingatkan perbankan untuk tetap waspada terhadap dinamika ekonomi global dan domestik dalam menyusun Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk tahun 2025. Tenggat waktu penyampaian RBB jatuh pada akhir November 2024, dengan hasil kinerja yang akan diumumkan pada Desember 2024.

Pertumbuhan Kredit

Sebagai informasi, per September 2024, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 10,85% (yoy) mencapai Rp7.579 triliun. Kredit konsumsi menjadi satu-satunya sektor yang menunjukkan akselerasi, naik dari 10,83% (yoy) pada Agustus menjadi 10,88% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja melambat dari 10,75% (yoy) menjadi 10,01%, dan kredit investasi menurun dari 13,08% (yoy) menjadi 12,26%.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 7,04% (yoy) menjadi Rp8.721 triliun per September 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (7,01% yoy). Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) terus membaik, turun menjadi 2,21% pada September 2024, dibandingkan 2,43% pada periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, rasio kredit dalam risiko atau Loan at Risk (LAR) juga mengalami penurunan signifikan, mencapai 10,11% pada akhir kuartal III-2024, atau turun 196 basis poin (bps) secara tahunan. Tren positif ini mengindikasikan peningkatan kesehatan fungsi intermediasi perbankan.

Meskipun terdapat kemajuan, perbankan tetap menghadapi tantangan dari sisi dinamika global dan kebutuhan penguatan domestik. Stabilitas sistem keuangan menjadi perhatian utama, dengan koordinasi erat antara BI, Kementerian Keuangan, OJK, dan LPS dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Dengan kebijakan yang adaptif dan proaktif, serta dukungan dari perkembangan ekonomi global yang lebih kondusif, prospek pertumbuhan kredit pada 2025 diharapkan mampu mendorong aktivitas ekonomi nasional dan tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

Penulis: Firman Hidranto

Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf

Tag: Pertumbuhan kredit, Bank Indonesia, OJK, Perry Warjiyo, Dian Ediana Rae