Presiden Jokowi meresmikan kereta listrik Yogyakarta-Solo pp. Lebih cepat dari kereta diesel, lebih efisien, dan tak menambah polusi. Keretanya buatan PT Inka Madiun.
Lebih cepat, lebih hemat, dan lebih nyaman pula. Begitulah yang dibuktikan oleh kinerja kereta rel listrik (KRL). Maka, moda baru KRL itu dipilih untuk melayani rute Yogya-Solo. Ia menggantikan kereta api legendaris Prambanan Ekspres (Prameks) yang selama puluhan tahun menderum di jalur ramai tersebut.
Peresmian trayek baru KRL itu dilakukan Presiden Joko Widodo, Senin (1/3/2021) di Yogyakarta. Presiden sempat mencoba menaikinya dari Stasiun Tugu Yogya sampai ke Klaten, menempuh jarak sekitar 30 km, dalam waktu sekitar 35 menit. Dia tampak gembira. “Dari sisi biaya operasi, KRL jauh lebih murah. Ini efisiensi yang sangat bagus,”ujarnya, dalam siaran live melalui platform youtube.
Menurut presiden, biaya operasional per penumpang turun 50 persen dibanding kereta diesel. Dengan kehadiran KRL ini, sang legenda Prambanan Ekspres (Prameks), kereta bermesin diesel itu, harus pindah jalur. Ia melayani rute Yogya-Kutoarjo (Kebumen) pp, menempuh jarak 85 km sekali jalan, ke arah Barat, agak berkebalikan dengan arah Solo yang menuju timur laut.
Untuk menghadirkan KRL ini, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp1,2 triliun guna membangun konstruksi elektrifikasinya. Pembangunannya dua tahun dan selesai akhir 2020. Setelah uji coba, KRL ini beroperasi per 12 Februari 2021. Pengelolanya adalah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), yang telah berpengalaman menangani KRL di sekitar Jakarta.
Saat ini, KRL Yogya-Solo itu telah melayani 22 perjalanan setiap harinya. Ada 11 stasiun yang setia disingahinya dari Yogya-Solo dan sebaliknya. Rinciannya, bertolak dari Stasiun Tugu Yogyakarta ke Stasiun Lempuyangan, Maguwo, Prambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari dan berujung di Stasiun Solo Balapan. Jaraknya 59,6 km, lebih panjang dibandingkan Jalur Stasiun Kota (Jakarta) lewat Manggarai ke Stasiun Bogor yang hanya 54,8 km.
Kereta listrik buatan PT Inka (Persero) Madiun itu mampu menempuh jarak Yogya-Solo dalam 68 menit. Dengan kereta Prambanan perlu 75 menit meski hanya dengan persinggahan di 7 stasiun. KRL lebih cepat, dan mampu melaju 90 km per jam. Sedangkan kereta diesel Prambanan Ekspres kecepatan maksimumnya 78-80 km per jam.
Sebelum masa pandemi, Kereta Prameks mengangkut sekitar lima juta penumpang per tahun. Angka itu cenderung naik dan diperkirakan akan mencapai enam juta pada 2021. Dengan proyeksi enam juta per tahun, rata-rata sebulan ada 500 ribu penumpang, dan sehari antara 16-17 ribu. Namun, mengingat jalur Yogya-Solo itu banyak dilewati wisatawan, angka itu akan meningkat pada masa-masa liburan dan hari besar.
Kereta listrik itu mondar-mandir dengan satu train-set yang terdiri dari empat gerbong. Sepanjang masa pandemi ini masing-masing gerbong kereta dibatasi untuk 74 orang saja. Semua penumpang wajib menjalani tes embusan nafas ge-nose guna memastikan semua bebas dari indikasi terinfeksi Covid-19. Tak ada kompromi.
Bila kondisi kembali normal, tiap train-set (empat kereta) bisa mengangkut 670 penumpang, dan dalam keadaan ramai bisa membawa 954 orang sekaligus. Kereta listrik Yogya-Solo itu seluruhnya pindahan dari rute Jabodetabek, sebagai cadangan, setelah dioperasikan sejak 2013.
Seperti pada layanan kereta komuter di Jabodetabek, PT KCI hanya melayani penumpang dengan tiket berupa kartu elektronik. Penumpang harus membawa tiket berupa Kartu Multi Trip (KMT) dari KAI Commuter. Pilihan lainnya kartu uang elektronik E-money Mandiri, Flazz BCA, BRIZZI, dan BNI Tap Cash. KMT telah dijual di seluruh stasiun KRL dengan harga Rp30.000 sudah termasuk saldo Rp10.000.
Ongkos satu kali perjalanan KRL adalah Rp8.000,- (tarif flat). Besaran tarif ini sama dengan tarif KA Prameks relasi Yogyakarta–Solo yang ada sebelumnya. Sementara itu, Prambanan Ekspres jurusan Kutoarjo–Yogyakarta pp tarifnya juga Rp8.000 dengan cara reservasi serta pembelian melalui KAI Access seperti selama ini.
Pengoperasian KRL Yogya-Solo itu tidak mengganggu perjalanan kereta reguler. Jadwal kereta cepat Jakarta-Solo lewat Yogya, misalnya, tak berubah. Begitu halnya dengan jadwal kereta lain menuju Yogya atau Solo.
Ke depan, KRL ini akan diperpanjang lagi sampai ke Madiun. Presiden Jokowi sendiri berharap agar jalur KRL itu terus semakin panjang. “KRL ini sarana transportasi massal yang ramah lingkungan. Efisien, bersih, dan tidak menimbulkan pencemaran udara,” katanya.
KRL Yogya-Solo ini adalah yang kedua setelah KRL Jabodetabek. Adapun KRL Jabodetabek itu sendiri kini telah menjangkau Cikarang, Bekasi, yang ke arah timur. Yang ke arah barat telah masuk ke Kota Tangerang, Serpong, Maja, dan Rangkasbitung. Yang ke selatan sampai Bogor. Dalam waktu dekat , KRL juga akan hadir untuk melayani rute Merak ke Rangkasbitung, Banten.
Sebagai kota metropolitan, Jakarta telah memiliki moda transportasi KRL sejak 1925, hampir seabad silam. Ketika itu rutenya dari Stasiun Kota, Gambir, dan berakhir di Jatinegara. Namun, KRL ini tidak beroperasi lagi pada awal 1960-an karena kereta rusak dan pemerintah kesulitan mendapatkan suku cadang. Kereta listrik baru beroperasi lagi sejak 1976 dengan rute utama Stasiun Kota ke Bogor. Sejak itulah KRL berkembang hingga capaian yang ada sekarang.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari