Berbagai produk mulai dari senjata, kapal, kereta api, bahan baku baja, hingga pesawat sudah merambah pasar Afrika, Amerika, Asia Tenggara, dan Timur Tengah. Salah satu contoh perusahaan BUMN yang sukses dalam menciptakan beragam produk ekspor tersebut adalah PT Pindad (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Inka, PT Krakatau Steel/ KS (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia/DI (Persero).
Berdasarkan data Kementerian BUMN, ada lima perusahaan lainnya yang terus berkembang dan siap bertarung di pasar internasional yakni PT Dahana (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia/INTI (Persero), PT Len Industri (Persero), dan PT Industri Nuklir Indonesia/Inuki (Persero).
Contoh menarik adalah ekspor komponen kereta api dari Indonesia ke Amerika Serikat oleh PT Barata Indonesia. Kontrak ekspornya terbilang aduhai dengan jangka waktu Panjang dari 2011 sampai 2021. Standar keamanan transportasi di Amerika Serikat sangat ketat, membuat tidak sembarangan perusahaan bisa menjadi pemasok komponen transportasi publik di negara tersebut. Sangat jelas bahwa kualitas produk made in BUMN diakui oleh negara maju.
Contoh lain dari BUMN yang telah sukses menembus pasar global adalah Dirgantara Indonesia dengan mengekspor pesawat jenis CN235 ke Nepal dan Senegal.
Negara di kawasan Afrika dan Asia Selatan punya karakteristik geografis yang tidak bisa dipenuhi oleh spesifikasi pesawat buatan pabrikan Eropa atau AS. Disinilah PT DI mencuat sebagai kompetitor yang punya pasar sendiri, tidak masuk dalam pasar red ocean yang berdarah-darah, tapi mampu menciptakan pasar sendiri (blue ocean strategy). Selain itu pesawat buatan PT DI juga dipesan banyak negara tetangga seperti Filipina dan Vietnam.
Dampak strategi industri strategis BUMN di pasar global tentunya sangat mendukung perekonomian domestik, terutama di sektor industri manufaktur. Penguatan sektor industri dinilai sebagai langkah tepat, karena bisa berdampak positif bagi perekonomian. Industrialisasi yang dilakukan secara masif diharapkan dapat segera memperbaiki struktur ekonomi domestik dengan basis yang lebih kuat. Sebanyak 20% produk domestik bruto (PDB) disumbang dari sektor industri, sehingga arah pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh perkembangan sektor industrinya.
Kemudian jika dilihat dari sisi serapan tenaga kerja, porsi industri manufaktur bisa mencapai 13,2% dari total serapan tenaga kerja nasional atau setara 17 juta orang pada 2017. Apalagi tahun 2030 kita akan memasuki bonus demografi, tidak ada jalan lain kecuali mendorong industrialisasi nasional agar serapan tenaga kerja bisa lebih banyak dan berkualitas.
Dimana posisi BUMN? Dalam konteks peran industri nasional khususnya yang berorientasi ekspor, BUMN dapat menjadi prime mover.
Peran BUMN sebagai prime mover di ibaratkan lokomotif kereta yang mampu menggerakan sektor lainnya untuk masuk ke pasar internasional. Contohnya apabila PT Industri Kereta Api (INKA Persero) berhasil menembus Bangladesh dengan ekspor kereta api, pelaku usaha pasti berpikir bahwa pasar Bangladesh cukup bagus. Ujungnya sebagai lokomotif di pasar internasional, multiplier effect yang diciptakan dari pembukaan potensi pasar baru tersebut sangat relevan, terutama di era perang dagang AS—China.
Selain itu, pertumbuhan BUMN yang bergerak di sektor industri strategis ini juga dapat membuktikan sumber daya manusia Indonesia yang tak kalah bersaing dengan negara lain. Manfaat lain keberadaan industri strategis pun sangat diyakini akan berdampak positif bagi pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Untuk menekan impor senjata, suku cadang dan ketergantungan alutsista militer dari negara lain peran PT Pindad harus terus dioptimalkan.
Hasilnya sudah terlihat adanya perbaikan dari sisi kinerja keuangan BUMN. Dibandingkan tiga tahun lalu, kondisi BUMN dari sisi kemampuan menghasilkan revenue saat ini harus diakui lebih baik. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah jumlah BUMN yang masih merugi mengalami penurunan.
Tiga tahun lalu sebanyak 50% BUMN di sektor strategis masih merugi. Akhir 2017 hanya dua BUMN yang merugi, yakni PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari/DKB (Persero) dan PT Dok Perkapalan Surabaya/DPS (Persero). Pemerintah menargetkan hingga akhir 2019 tidak ada BUMN yang merugi.
BUMN-BUMN industry strategis kita sepertinya bukan hanya mimpi di siang bolong. Ketika kemampuan produksinya diakui dunia, kita semakin yakin sebetulnya Indonesia mampu bersaing dengan banyak negara lain dalam memproduksi produk teknologi tinggi. Yang paling penting adalah merumuskan strategi yang lebih fokus untuk menjadi pemain yang diperhitungkan.
Selain pasar internasional pemerintah sendiri memiliki keinginan politik yang kuat untuk memanfaatkan segala jenis produk dalam negeri sebagai alternative pertama pemenuhan kebutuhan kita. Selain itu keseriusan Kemeterian BUMN untuk membenahi manajemen beberapa BUMN yang masih merugi mulai dirasakan hasilnya.