Indonesia.go.id - Ditunggu Pasar Lokal, Dinanti Ekspor

Ditunggu Pasar Lokal, Dinanti Ekspor

  • Administrator
  • Kamis, 13 September 2018 | 03:36 WIB
BUAH LOKAL
  Beragam buah-buahan. Sumber foto: Pexels

Sebagai negara tropis, mestinya Indonesia dapat menghasilkan buah berkualitas tinggi. Kondisi alam dan kesuburan tanah memperkuat harapan itu. Makanya, aneh jika buah impor banyak menghiasi pasar tanah air.

Total buah impor sejatinya hanya menempati posisi 10% di pasar. Namun karena posisinya dijual di supermarket dan kios-kios buah modern, jadi kelihatan banyak. Sementara itu buah-buahan lokal dijual di pasar tradisional.

Pada 2014 pemerintah mulai memberlakukan kebijakan mengurangi kuota impor buah sampai 50%. Kebijakan ini diyakini membawa angin segar bagi petani buah. Ini memacu produsen buah kita untuk memenuhi pasar dalam negeri.

Pasar buah dunia sendiri setiap tahun terus mengalami pertumbuhan. Cina adalah salah satu pasar buah terbesar dengan peningkatan konsumsi sampai 24% per tahun dengan nilai mencapai US$3,11 miliar. Wajar saja, booming ekonomi Cina membuat pertumbuhan kelas menengahnya terus melaju. Mereka inilah yang menjadi konsumen buah-buahan dunia.

Presiden Joko Widodo yakin, Indonesia mampu menjadi pemasok buah yang diperhitungkan dunia. Indonesia termasuk 20 negara penghasil buah terbesar. Jumlah itu akan ditingkatkan lagi. Mungkin dalam pembangunan perkebunan kita selama ini sangat terfokus pada pengembangan kelapa sawit. Bayangkan, ada 14 juta hektar lahan sawit.

Sementara itu, untuk tanaman buah tidak sampai setengahnya. Padahal sawit merupakan produk yang kini banyak dijegal pasar dunia, terutama Eropa karena dianggap merusak hutan.

Jokowi sendiri berharap setiap daerah memiliki kebijakan untuk mengembangkan perkebunan buah yang khas daerahnya. Setidaknya, setiap perkebunan bisa memanfaatkan tanah seluas 5 sampai 50 hektar. Bukan hanya dengan hasil buah yang diharapkan mengisi kantong petani, melainkan perkebunan yang juga bisa dikembangkan sebagai potensi agrowisata.

Selain penyediaan lahan dan pelatihan kepada petani buah, yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan mengelolaan pascapanen. Seringkali kemampuan pascapanen ini yang menjadi kendala dalam pemasaran. Lemahnya penanganan pascapanen menyebabkan standar produksi buah di Indonesia tidak stabil.

Menurut data Kementerian Pertanian, ada 12 varietes buah lokal yang sudah diakui dunia sebagai buah asli Indonesia. Sebut saja jeruk bali keprok, durian, manga, manggis, alpukat, nanas, rambutan, salak, pisang, papaya, melon, dan semangka.

Total produksi buah lokal pada 2014 mencapai 19,80 juta ton atau naik 8,30% ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 18,28 juta ton. Untuk produksi jeruk saja tercatat 1,999 juta ton, salak 1,036 juta ton, pisang 1,008 juta ton, dan mangga 2,464 juta ton.

Tahun lalu, nilai ekspor buah sampai 600.000 ton dengan tujuan negara-negara Asia dan Eropa. Produk ekspor utama adalah mangga, jeruk, nanas, dan durian. Paling banyak berasal dari Lampung disusul Jawa Timur, Sulawesi, dan daerah lain di Sumatra.

Menurut hitungan IPB produksi buah meningkat 10,2 persen dalam lima tahun terakhir dengan luas lahan tanam mencapai 6 ribu hektar. Tentu saja lahan sebesar itu masih sangat kecil dibandingkan dengan lahan kelapa sawit, misalnya.

Jika mengacu pada standar kesehatan, kebutuhan konsumsi buah setiap orang adalah 32,6 kg per orang per tahun. Itu artinya dibutuhkan hampir 68 miliar kilo per tahun. Padahal saat ini produksi buah kita baru mencapai 10 miliar kilo per tahun. Artinya terdapat pasar yang sangat besar di dalam negeri sendiri.

Sayangnya gap kebutuhan itu diisi oleh produk impor. BPS mencatat impor buah pada 2010 masih US$685 juta, kemudian pada 2014 mencapai US$804 juta atau naik 17%. Dari sisi volume terjadi peningkatan 3% setiap tahunnya.

Meskipun demikian, kita sendiri berhasil menembus pasar ekspor. Pada 2016, menurut data Direktorat Buah dan Florikultura, Dirjen Holtikultura, Kementerian Pertanian, kita berhasil mengekspor 60,3 ribu ton buah. Jumlah itu sendiri meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2011 total ekspor kita baru mencapai 20 ribu ton, pada 2012 menjadi 26 ribu ton. Sedangkan pada 2013, 2014 dan 2015 jumlah ekspor buah kita masing-masing 26,9 ribu ton, 18,16 ribu ton dan 58,5 ribu ton.