Tentu, dalam kesempatan memperingati hari inovasi sekaligus peresmian Kawasan The Telkom Hub itu, ada pesan kepala negara yang perlu menjadi acuan bagi pelaku usaha negara ini, yakni pentingnya seluruh kalangan terus melakukan inovasi.
"Sudah bukan zaman lagi seperti dulu-dulu, BUMN bisa duduk dengan tenang, merasa sudah berada pada posisi nyaman. Perubahan-perubahan ini bisa menggerus kalau kita tidak hati-hati merespons setiap perubahan," ujar Presiden.
Presiden Joko Widodo pun memberikan gambaran perubahan kini begitu nyata dan berdampak luas. Pada 11 tahun lalu, kepala negara memberikan ilustrasi, kondisi perusahaan multinasional terbesar kini sudah sangat berbeda.
Sebelas tahun lalu, Presiden mengutip data, hanya ada satu perusahaan teknologi yang masuk ke dalam daftar 10 perusahaan terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Namun kini, kondisi tersebut berubah. Dari total 10 perusahaan berkapitalisasi besar skala global, sedikitnya 5 perusahaan teknologi masuk ke dalam daftar tersebut.
"Tadi hanya salah satu contoh kecil bagaimana kemajuan teknologi sudah mengubah dunia kita. Revolusi industri 4.0 sedang terjadi dalam proses terus membawa perubahan yang sangat dahsyat dan cepat," Joko Widodo menjelaskan.
Tak dipungkiri inovatif adalah kata kunci. Bagi perusahan yang tidak inovatif, ibaratnya tinggal menunggu kematian. Kemajuan teknologi dan perubahan perilaku pelanggan, sudah pasti menuntun perusahaan untuk terus melakukan perubahan.
Ini yang membuat perusahaan mampu menciptakan produk dan layanan baru yang semakin memenuhi keinginan pelanggan. Selain itu, perusahaan harus cermat memantau perubahan, berani mengambil peluang sekecil apapun, serta cepat merespons situasi.
Dalam konteks ini, pemerintah sangat menyadari kondisi itu dan mendorong terus tumbuhnya inovasi-inovasi, terutama di bidang teknologi. Wujud nyata itu dengan melahirkan sejumlah kebijakan berkaitan dengan perusahaan rintisan (startup). Salah satunya adalah telah lahirnya roadmap e-commerce Indonesia.
Melalui startup itu diharapkan bisa berkembang menjadi perusahaan unicorn dengan dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Indonesia pun patut berbangga negara ini kini sudah memiliki empat start up yang telah naik kelas atau dikenal dengan nama unicorn.
Keempat start up bergelar unicorn itu adalah Go Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. “Akhir 2019, saya mentargetkan akan lahir satu lagi unicorn baru. Sudah ada puluhan korporasi ekonomi digital kelas start up yang siap naik kelas. Hingga akhir 2019, saya harapkan minimal satu unicorn lagi akan lahir,” tambah Menkominfo Rudiantara.
Tentu untuk membangun inovasi-inovasi berbasis ekonomi digital tidak ringan. Dibutuhkan bakat-bakat di bidang digital. Presiden Joko Widodo mengakui adanya kekurangan tersebut. “Indonesia masih kekurangan bakat-bakat di bidang digital di tengah usaha pemerintah untuk mendorong lahirnya startup baru.”
Meski begitu, berdasarkan data Startup Rangking pada 2018, Indonesia disebutkan telah memiliki 1.930 perusahaan rintisan atau menduduki peringkat kelima di dunia. Posisi pertama diduduki AS (45.829), India (5.752), Inggris (4.821), Kanada (4.207), dan Jerman (1.945).
Keyakinan pemerintah bahwa ekonomi digital akan memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi tentu tidak asal bunyi. Data yang dirilis McKensey and Company menyebutkan, ekonomi Indonesia akan terdongkrak hingga 10% pada 2025 melalui aktivitas ekonomi berbasis digital.
Lembaga riset itu juga berpendapat satu negara akan memperoleh keuntungan ekonomi secara material berupa pemasukan dari meningkatnya produktivitas tenaga kerja melalui ekonomi digital.
Bahkan, sebut data itu, melalui pendekatan teknologi digital juga berpotensi terbukanya peluang pekerjaan sebanyak 3,7 juta orang, termasuk dari skema job matching dan permintaan tenaga kerja melalui platform berbasis online.
Khusus untuk menyiapkan bakat-bakat untuk membangun potensi ekonomi digital, pemerintah pun sudah melakukan pelbagai cara untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia tersebut.
Pemerintah mempunyai program Indonesia Digital Talent to 20.000 in 2019. Dalam rangka itu, pemerintah pun menggandeng perusahaan besar seperti Microsoft, Cisco, Huawey, Amazon, Alibaba untuk mengadakan pelatihan. Kriterianya adalah lulusan SMA, SMK, diploma, atau bahkan sarjana.
Untuk merealisasikan semua itu selain juga ada proses transfer keilmuan, pemerintah juga melakukan kerja sama dengan 22 perguruan tinggi di dalam negeri untuk melakukan pendidikan ke SDM yang telah disaring tersebut.
Artinya, SDM berbasis ilmu digital itu diharapkan sudah siap kerja dan siap mengisi masalah kekurangan SDM di ekonomi digital. Pola pendidikan tidak berhenti cara itu saja, skema pembelajaran berbasis online juga disiapkan untuk menyiapkan SDM digital yang handal.
Tentu kita meyakini terciptanya SDM yang bermanfaat untuk menopang pertumbuhan ekonomi mendatang. Dan, pilihan ekonomi digital sebagai instrumen pendongkrak pertumbuhan ekonomi kerakyatan sangat tepat, karena kebanyakan pelaku-pelaku ekonomi di sektor itu adalah pelaku-pelaku UMKM.